Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Frang Barat Si Joki Mamak Beruk

21 Juni 2019   15:00 Diperbarui: 21 Juni 2019   16:06 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi : pixabay

Akan hal Kakmin, tak merasa rela bila kelapa di kebunnya diambil pengusaha beruk kampung tetangga.  Mungkin dia berprinsip "belanjalah di warung tetangga" (emangnya pengusaha beruk dengan warung, sama, ya?).  Lupakanlah!

Mungkin itulah sebabnya selepas mandi di sungai pagi ini, dia mendatangi rumah Frang. Tubuh Kakmin masih mengepulkan asap panas. Akan hal rumah Frang, sama sekali tak berasap. Hanya halimun kabut menyungkup  halaman.

"Oii, Uda Fang! Waang di mano? Assalamu'alaikum!"  Kakmin  celingak-celinguk. Sepi. Hanya suara jangkrik memberi irama pagi.

Kakmin berjalan ke belakang rumah.  Di antara pohon ketapang, dia melihat seseorang duduk mencangkung. Hempasan ombak yang halus terdengar lamat-lamat.  Kakmin memicingkan mata.  Ternyata seseorang itu adalah Frang. Dia duduk mencangkung di hadapan gundukan tanah merah. Dia lama tertunduk, kemudian tengadah seperti menerawang. Air matanya jatuh di pipi.

"Aii, waang di siko tanyato. Manga waang di siko?" Hening. Aroma melati seolah membuat bulu kuduk berdiri.

Maaf, untuk kali  kesekian aku meminta maaf. Dialog selanjutnya aku memakai Bahasa Indonesia karena takut salah, dan dimarahi Pak Irwan.

"Ada masalah apa, Frang? Kelapaku banyak yang sudah masak. Kita ambil sekarang, ya?"

"Aku tak bisa memanjat."

"Apa selama ini kau yang memanjat kelapa?"

"Hmm, kau buta, ya? Jabatan itu kan diambil Mansi."

Kakmin tersenyum. "Maafkan aku, kawan." Kakmin menepuk pundaknya. "Mansi, mana Manis?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun