Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Untung Si Untung

13 Juni 2019   14:04 Diperbarui: 13 Juni 2019   14:15 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi: unsplash

Alkasiah di sebuah negeri, hiduplah seorang pemuda bernama Untung. Saat berusia sebelas tahun,  kedua orang tuanya meninggal tenggelam di laut saat mencari ikan. Akhirnya dia diasuh oleh sang paman.

Keberuntungan si Untung mulai terlihat ketika dewasa. Pada suatu hari ada perlombaan menjala ikan. Untung tak bisa turut serta. Dia tidak memiliki uang pembeli karcis. Dia menjala ikan di hilir sungai, jauh dari batas lomba. Dia beroleh banyak ikan, sehingga bisa membagi-baginya ke orang kampung.

Ketika raja menyelenggarakan lomba lari, Untung menjadi salah seorang peserta. Dia dan Samaun, mencapai garis finish bersamaan. Kata raja, "Saya tidak bisa memutuskan siapa pemenang lomba ini. Tapi, pasti selalu ada seorang yang jadi pemenang. Agar adil, pilihlah selera kalian. Mau kotak besar atau kotak kecil." Untung pernah mendengar cerita kotak besar dan kotak kecil. Isi kotak kecil biasanya lebih berharga dari isi kotak besar. Untung bermaksud memilih kotak kecil, tapi keduluan Samaun yang berpikiran sama dengannya.

"Saya memilih kotak kecil!" ujar Samaun.

Untung si pengalah, pasrah mendapat kotak besar. Setiba di rumah, alangkah terkejutnya dia melihat isi kotak adalah uang perak yang banyak. Sedangkan Samaun lebih kaget lagi. Isi kotak kecil hanyalah lima keping uang loyang.

Melihat si Untung selalu beruntung, banyak pemuda yang iri. Berkali-kali mereka ingin mencelakakan Untung, tetapi dia selalu beruntung sesuai namanya.

Suatu hari, raja sangat masygul. Putrinya diculik nenek sihir.  Raja mengadakan sayembara, barang siapa yang berhasil menyelamatkan sang putri, apabila lelaki akan menikah dengan sang putri, jika perempuan akan menjadi putri raja.

Para pemuda tak ingin Untung ikut sayembara. Maka pada saat tidur, kepala Untung dipukul balok hingga pingsan. Dia dijebloskan ke penjara dalam hutan. Nenek sihir yang mengetahui puluhan orang akan menyerang kerajaannya di atas gunung, pusing tujuh keliling. Menyihir satu-dua orang dia bisa. Tapi, kalau puluhan orang, dia yakin akan kalah. Bergegas dia membawa putri raja ke hutan. Dulu ada penjara kuno di situ. Sang putri dijebloskan ke sana.

Nenek sihir bernasib sial. Puluhan orang telah mengobrak-abrik kerajaan. Melihat nenek sihir datang, mereka langsung mengepung. Mereka menanyakan di mana sang putri raja. Nenek sihir ketakautan. Dia berlari ke puncak gunung. Dia terpeleset ke jurang, hingga tewas.

Sementara Untung kebingungan saat menyadari bahwa dirinya dipenjara. Dia merenung hampir seharian dengan perut kosong dan sangat haus. Tiba-tiba dia mendengar bunyi berisik di belakangnya.

Dia melihat tumpukan daun kering bergerak-gerak, lalu diam. Beberapa saat kemudian daun itu bergerak-gerak lagi. Keluarlah seekor tikus besar yang sedang membawa makanan. Menyadari ada makhluk lain, tikus itu melarikan diri.

Untung pelan-pelan menyingkirkan tumpukan daun kering itu. Ternyata di bawahnya ada lobang besar. Untung turun ke dalam lobang itu. Dia menelusurinya sampai dia mendengar jeritan perempuan.

"Kau siapa?" tanya Untung. Lobang itu berakhir di penjara lain.

"Aku putri raja yang diculik nenek sihir. Kau siapa?" Perempuan itu ketakutan.

"Namaku Untung. Aku bingung kenapa bisa dipenjara ." Untung menggaruk-garuk kepalanya. Dia menguap karena kelelahan, dan tertidur dengan perut kosong. Sang putri pun tertidur di sebelah si Untung. Beberapa jam kemudian, Untung tersentak karena sangat lapar. Tiba-tiba dia kembali mendengar bunyi berisik tak jauh di samping kirinya. Dia melihat tumpukan daun kering bergerak-gerak, lalu diam. Beberapa saat kemudian daun itu bergerak-gerak lagi. Keluarlah seekor tikus besar yang sedang membawa makanan. Menyadari ada makhluk lain, tikus itu melarikan diri.

Untung mengguncang-guncang tubuh sang putri. Dia yakin di bawah tumpukan daun kering itu ada lobang. Ternyata dia benar. Bersama putri raja, dia turun ke dalam lobang. Menelusuri sampai mereka mendengar suara kepak sayap yang ramai. Ternyata kepak sayap itu milik kalong yang ketakutan.

"Hei, kita bebas!" jerit putri kegirangan. Di bawah pohon tempat bergantung para kalong, mereka menemukan tumpukan buah-buahan. Untung memutuskan mereka makan buah dulu biar badan kembali segar.

Besok paginya saat matahari terbit, Untung dan putri pulang ke istana. Alangkah girangnya raja melihat putrinya sudah pulang diantar pemuda tampan. Raja menepati janji menikahkan pemuda yang berhasil menyelamatkan sang putri. Kelak setelah raja mangkat, jabtan raja dipegang oleh Raja Untung yang adil dan bijaksana.

---sekian---

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun