"Mau berjilbab atau tidak, aku pasti tak bisa tidur bermalam-malam bersama perempuan itu. Nah, dia mendekat ke mari.Dia tahu mana laki-laki tampan. Kecuali orang ini." Paolo menunjuk aku. Ketika perempuan itu semakin dekat, gaya sok tampan mereka  menjadi-jadi. Mirip anak sekolah putih-biru.
Perempuan itu merapatkan kedua telapak tangan di depan dada sambil tersenyum. Empat lelaki sok ganteng itu berbuat serupa. Hanya saja ketika perempuan itu meraih tangan dan mencium takzim punggung tanganku, Paolo dan keempat temannya terpelongo.
Perempuan itu berkata, "Maafin bunda ya, Bi. Tadi mendadak ada pasien harus dioperasi. Bunda jadinya ingkar janji."
"Tak apa-apa, Bun. Urusan membantu orang itu lebih penting," ucapku sembari permisi kepada mas-mas yang tetap terplongo. Aisyah melingkarkan tangan di pinggangku.Â
Masih sempat kulihat empat badak betina seakan kebakaran jambul keluar dari dalam taksi.Â
"Paolo, mau main-main ya, Penggatal!"
"Ini bukan seperti yang Mama kira. Papa bisa jelaskan baik-baik." Aku tak ingin melihat adegan selanjutnya, kecuali aku masih mendengar jerit tertahan. Mungkin puser mereka telah menjadi sasaran cubitan. Aku tak ambil pusing!
---sekian---
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI