Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Hadiah Teman Baru

15 Mei 2019   21:38 Diperbarui: 15 Mei 2019   21:37 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi :pixabay

Ayah membuatku sebal. Biasanya setiap tahun baru, kami selalu jalan-jalan. Tahun baru kemarin, kami ke kebun binatang. Kemarinnya lagi kami pergi ke rumah nenek di kampung. Tapi tahun ini....?

"Ayah lagi banyak kerjaan. Ito harus mengerti, ya!" bujuk Ibu. 

Aku melengos pergi. Bukannya membelaku, Ibu malahan membela Ayah. Paling sebal, ketika sore hari menjelang malam tahun baru, Ayah membawa hadiah yang jelek untukku. 

"Ini teman baru untukmu. Anggap saja hadiah tahun baru. Maaf  ya, Ito. Kita tak akan ke mana-mana tahun baru ini. Ayah harus lebih sering lembur di kantor. Banyak pekerjaan." Ayah langsung masuk ke kamar.

Tinggal aku yang kesal sambil menatap ke layar tivi. Ibu mempersilahkan teman baruku itu duduk di sofa. 

Teman baruku bernama Ijon. Sebenarnya dia hanya tinggal di rumahku selama seminggu. Orang tuanya masih teman sekerja Ayah. Kebetulan mereka ada urusan kantor ke luar provinsi. Ayah berbaik hati menawarkan jasanya. Apalagi kalau bukan menginapkan Ijon di rumah kami.

Ijon selain pendiam, juga berkulit hitam. Matanya besar dan gigi-giginya bersusun tak rata. Sesekali dia mencoba tersenyum kepadaku. Tapi kubalas dengan membuang muka. Biar saja dia tahu kalau aku sedang sebal. Dengan begitu dia tak betah di rumahku. Uh! Mungkin gara-gara dia, maka kami sekeluarga tak ada acara jalan-jalan di tahun baru ini.

"Nanti malam Ijon tidur di kamar Ito, ya!" Ibu masuk ke kamarku. Ijon sedang ke warung bersama Ayah.

"Di kamar ini? Apa tak sebaiknya di gudang saja, Bu? Kan bisa dibersihkan! Lagian, di sini cuma ada satu dipan," kataku setengah berteriak.

"Dipannya kan cukup untuk orang dua!" Ibu melotot. "Ito kok jadi pelit begini. Biasanya ramah dan dermawan."

"Pelit apanya, Bu?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun