Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cucakrawa yang Sombong

8 Mei 2019   22:36 Diperbarui: 8 Mei 2019   23:07 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi : pixabay

Burung tua menceritakan, dulu dia adalah burung gagah bersuara bagus. Sangkar yang sekarang digunakan cucakrawa adalah bekas sangkarnya.  Dia dipuji-puji oleh seluruh penghuni istana. Hingga setelah tua, dia dimasukkan ke dalam sangkar buruk. "Besok pagi kau tak akan melihat aku lagi. Karena aku sudah berada di perut kucing itu," katanya sambil melihat ke arah seekor kucing yang hilir-mudik di bawah sangkar.

Cucakrawa ketakutan. Dia menyesal kenapa dulu tak mendengar nasihat kadal agar dia menjauhi pemburu itu. Sekarang apa yang harus dia lakukan? Dia menatap langit-langit ruangan.

Besok paginya, sangkar buruk dan burung tua itu telah hilang. Sementara cucakrawa pura-pura sakit, sehingga putri raja bersedih. "Kenapa kau sakit, hai cucakrawa bersuara indah?" tanya si putri raja.

"Saya perlu memanaskan badan di bawah sinar matahari, Tuan Putri. Tolong bawa saya keluar istana," jawab cucakrawa. Putri raja buru-buru membawanya ke taman istana. "Saya tak bisa merasakan sinar matahari di dalam sangkar ini, Tuan Putri. Biarkan saya menikmati sinar matahari di atas batu itu."

Putri raja bingung. "Tapi, kau tak akan lari, kan?"

Cucakrawa mengangguk. "Bagaimana mungkin saya meninggalkan istana yang indah dan megah ini, Tuan Putri?" Putri raja membuka pintu sangkar dan meletakkan cucakrawa di atas batu. Lalu, werrr! Cucakrawa terbang bebas, kembali ke hutan tempat dia tinggal. Sejak saat itu dia menjadi cucakrawa baik hati yang rajin bekerja. Dia juga jarang bernyanyi karena takut ada pemburu yang akan menangkapnya.

---sekian---

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun