"Kenapa aku dikurung di sangkar buruk ini? Kau pembohong! Lepaskan aku." jerit cucakrawa.
Pemburu meminta maaf. Itu hanyalah sangkar sementara cucakrawa. Kalau ada yang menyukai nyanyiannya yang indah, cucakrawa akan memperoleh sangkar bertatahkan emas dan berlian.
Cucakrawa percaya saja. Dia dibawa si pemburu ke kota. Selama perjalanan, dia hanya makan beras yang sudah rusak dan air minum yang kotor. Cucakrawa ingin protes. Tapi dia akhirnya terdiam ketika melihat jalanan di depannya mulai ramai. Orang-orang berlalu-lalang. Saat cucakrawa bernyanyi, berkumpullan mereka mengelilingi pemburu.
Mereka menawarkan harga yang berbeda-beda untuk si cucakrawa. Tapi si pemburu menolak. Hingga lewatlah seorang putri raja yang tertarik mendengar suara cucakrawa yang merdu.
"Aku menginginkan burung itu!" katanya kepada pemburu.
"Boleh! Asal Tuan Putri mau meletakkan burung ini di dalam sangkar bertatahkan emas dan berlian," jawab pemburu. Dia mengedipkan mata kepada cucakrawa. Dia mengatakan bahwa cucakrawa akan tinggal di rumah impiannya.
"Rumah bertatahkan emas dan berlian? Ach, itu perkara mudah!" Putri tersenyum. Pemburu mengangguk senang. Segepok uang langsung dia terima. Kemudian berpindahlah cucakrawa dari tangan pemburu ke tangan putri raja.
Cucakrawa kesenangan. Dia tidak pernah membayangkan akan tinggal serumah dengan putri secantik dan sekaya dia. Teman-temannya di hutan pasti iri bila mendengar bahwa si cucakrawa tinggal di istana.
Maka ketika dia ditempatkan di sebuah sangkar, cucakrawa tak mau berontak. Meskipun hanya sebuah sangkar, tapi semuanya bertatahkan emas dan berlian. Dia bernyanyi riang.
"Hai, suaramu bagus sekali!" Suara itu berasal dari seekor burung tua yang tinggal di dalam sangkar yang buruk. "Tapi aku kasihan kepadamu. Kau akan mengalami seperti apa yang kualami."
"Apa sebenarnya yang kau alami?" tanya cucakrawa ketus.