Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Persahabatan Gajah dan Semut

4 Mei 2019   16:18 Diperbarui: 4 Mei 2019   16:26 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi : pixabay

Gajah dan semut sudah berteman akrab sejak mereka tinggal di Hutan Larangan.  Kedua binatang ini selalu bersama-sama dan saling membantu. Mereka menjadi panutan seluruh warga hutan. 

Tapi beberapa hari belakangan ini, mereka tidak lagi berteman. Harimau bertemu gajah mandi di sungai sendirian. Padahal biasanya gajah selalu bersama semut. Kijang pun melihat semut mengangkut makanan ke sarangnya tanpa sang gajah. Apa yang terjadi? Harimau dan kijang kebingungan. 

"Kenapa ya gajah dan semut seperti bermusuhan?" tanya harimau kepada kijang di suatu siang yang cerah.

"Aku tak tahu, Pak Harimau! Mungkin mereka bertengkar," jawab kijang sedih.

Harimau manggut-manggut. "Bagaimana kalau kau menemui semut, kemudian menanyakan mengapa dia tidak lagi bersahabat dengan gajah. Aku juga akan menemui gajah," kata harimau.

"Baiklah, Pak! Kalau dibiarkan berlarut-larut, ini membahayakan kenyamanan hutan. Bisa-bisa warga saling bermusuhan. Pendukung semut membela semut. Pendukung gajah membela gajah."

Harimau dan kijang akhirnya berjalan berlawanan arah. Harimau menuju ke arah timur. Kijang ke arah barat. Tapi sampai hari gelap, kedua binatang ini tidak menemukan gajah dan semut. Ke mana gerangan gajah dan semut?

Harimau lelah dan mengantuk. Dia merebahkan badan di bawah pohon beringin. Saat itulah dia melihat gajah datang tertunduk-tunduk.

"Hai, Pak Gajah! Ke sini sebentar!" panggil harimau.

Gajah berjalan gontai mendekati harimau. "Ada apa?" tanya si gajah malas-malasan.

"Kenapa beberapa hari belakangan ini kau tidak lagi bersama semut? Kalian bertengkar, ya?" Harimau berbicara pelan agar gajah tidak tersinggung.

Gajah menggerak-gerakkan belalainya. "Kami bertengkar? Pak Harimau mengada-ada saja. Sudahlah! Aku buru-buru. Selamat tinggal, Pak Harimau!"

Harimau semakin yakin kalau gajah dan semut tidak lagi bersahabat akrab. Tadi gajah hanya berkilah. Buktinya dia buru-buru pergi karena tidak ingin kebohongannya terbongkar. 

Sementara kijang yang berjalan ke arah barat, akhirnya bertemu semut yang hampir tenggelam di sebuah telaga. Kijang berusaha menolongnya, tapi tidak berhasil. Beruntung angin bertiup kencang. Tubuh semut yang kecil terbawa riak telaga sampai ke pinggir. 

"Temanmu di mana?" tanya kijang.

Semut mengeringkan tubuh di atas batu. "Teman yang mana?"

Kijang menggeleng-geleng. "Si gajah! Dia kan teman akrabmu! Apakah kalian sekarang bermusuhan? Ingat, Mut! Mencari musuh itu sangat mudah. Mencari teman itu susah bukan kepalang."

"Bermusuhan? Ah, Pak Kijang mengada-ada saja. Aku dan gajah tetap baikan kok! Oya, aku melanjutkan perjalanan dulu, ya!"

Kijang mencoba menghalangi semut. Sayang sekali semut sudah menghilang di balik rerumputan. Kijang terpaksa pulang menemui harimau yang sedang beristirahat di pinggir sungai.

Kedua binatang ini saling mengeluhkan usaha mereka yang gagal. Jangankan menyuruh berdamai, mengetahui apakah gajah dan semut memang sedang bermusuhan, mereka tidak berhasil. Akhirnya kedua binatang ini tertidur sampai pagi.

Seminggu setelah itu gajah dan semut tidak pernah kelihatan lagi. Warga hutan cemas kalau-kalau mereka ditimpa bencana, atau mungkin gajah menginjak semut sampai mati. Kemudian pasukan semut menyerang gajah, lalu si gajah mati.

Beruntunglah minggu berikutnya warga hutan melihat gajah dan semut di bawah pohon yang rindang. Aneh sekali, mereka tiba-tiba kelihatan akrab. Apakah permusuhan mereka sudah usai? Harimau dan kijang buru-buru mendekati dua binatang itu.

"Wah, kami bersyukur kalian baik-baik saja. Lagipula sekarang kalian berubah seperti semula. Menjadi teman akrab sampai akhir nanti," kata harimau senang.

"Ya, seluruh warga hutan berharap kalian tidak bermusuhan lagi. Karena kedamaian itu adalah paling utama di hutan ini," balas kijang.

Gajah dan semut tertawa terbahak-bahak sehingga warga hutan yang hadir di situ kebingungan. Kemudian gajah memberi penjelasan. Beberapa minggu lalu dia dan semut memang sengaja tidak ingin bersama-sama untuk sementara waktu. Mereka bosan ke mana-mana selalu berdua. Mereka ingin mencoba bagaimana rasanya berjalan sendiri-sendiri.

"Hasilnya?" tanya kijang.

Semut tersipu-sipu. Dia menjawab, "Hasilnya memang tidak enak. Berjalan sendiri tanpa teman, membuatku susah. Kalau ada masalah, aku terpaksa menyelesaikannya sendiri, dan itu butuh waktu lama. Berbeda jika dikerjakan berdua, tentu lebih cepat selesai. Bukan begitu, Pak Gajah?"

Gajah mengangguk pertanda setuju. Akhirnya dua binatang ini tetap berteman akrab dan saling membantu. Begitu pula warga hutan lainnya, sehingga Hutan Larangan aman-damai sampai kapan pun.

---sekian---

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun