Panas sekali sore ini. Aldo baru pulang kursus Matematika. Dia melintas di dekat pasar beduk. Beragam makanan untuk berbuka puasa dijual di situ. Tak terasa, air liurnya menetes. Ah, puasa begini banyak sekali godaannya.
Saat melihat pedagang es cendol, Aldo langsung merogoh kantong celananya.
"Nggak puasa ya, Aldo?" sapa Putri. Aldo meringis.
"Puasa kok. Cuma, ini mau beli bukaan."
"Oh, kalau begitu, aku duluan, ya!" Putri langsung berlari dan membonceng di motor ayahnya. Aldo masuk ke dalam pasar beduk yang beratap terpal biru. Uang jajan Aldo cukup untuk membeli sebungkus es cendol.Â
Aldo kemudian melangkah cepat menuju rumah. Sore ini dia tak ingin naik becak. Dia ingin bermain-main sebentar di taman kota.Â
Saat di taman, dia melihat seorang anak sebayanya meringis.
"Kenapa? Kau sakit?" tanya Aldo. Anak itu diam, lalu menggelengkan kepala. "Lapar?" lanjut Aldo.
Anak itu mengangguk. Ternyata dia bisu, hingga menjawab pertanyaan Aldo hanya dengan gelengan dan anggukan.
Kasihan sekali anak itu. Aldo melirik es cendolnya. Haruskah dia memberikannya kepada anak itu?Â
"Aku hanya punya es cendol? Kau mau? Tapi aku takut kau nanti sakit perut," kata Aldo. Diangsurkannya es cendol kepada anak itu.