Berbicara tentang sambal-sambalan tentu tak lepas dari jejak perjalanan saya. Makan tanpa sambal, terasa jomblo sepanjangan. Kali ini saya ingin berbagi beberapa sambal ala Mandailing  yang pernah saya icip saat muda (nyadar sudah tuek)  beberapa tahun lalu.Â
Maka dengan ini saya sebutkan sambal ala Mandailing tersebut :
Pertama dan paling utama adalah sambal tuk tuk. Bagi saya sambal satu ini adalah sambal favorit. Bahan-bahan membuatnya juga murah dan mudah didapat. Kita hanya perlu menyediakan beberapa batang cabe, beberapa siung bawang merah, air jeruk (biasanya jeruk purut), ikan aso aso atau selayur dan garam secukupnya. Seluruh bahan disiapkan mentah, kecuali ikan aso aso atau selayur dibakar di atas bara terlebih dulu.Â
Agar rasanya khas, sambal tuk tuk jangan diblender, melainkan diulek hingga halus.
Pasangan sambal tuk tuk yang paling macing adalah  gulai daun ubi tumbuk, ikan asin dan jengkol bakar. Bagi siapa yang sering mengicip masakan ini, membayangkan saja bisa menerbitkan air liur. Apabila gulai daun ubi tumbuk tidak ada, posisinya bisa digantikan bolgang atau sayur bening.
Hanya cabe merah yang diulek bersama garam. Lalu bawang merah  diiris tipis tipis. Terakhir diaduk bersama kecap manis dan air jeruk purut atau nipis.
Sambal bawang ini sangat enak jika dipadankan dengan ikan sungai panggang. Dulu saya sering menikmatinya bersama keluarga ketika membuka lubuk larangan pada saat lebaran
Sambal bawang dengan rasa asam yang tajam, terkadang dijadikan pencetus lapar ketika ogah makan atau lagi sakit. Dicampur dengan lauk telor dadar, malas makan pun jadi lupa tuh.
Selanjutnya daging belut salai digiling (buang tulangnya) bersama cabe, bawang merah dan sedikit garam. Rasa pedas dan gurihnya akan terasa tajam.