Kukucek mata. Kulihat orang itu adalah Rahib. Matanya melotot. Wajahnya pasi. Katanya, "Kau lupa menutup pintu bedeng ini ya? Atau adakah maling yang masuk ke mari? Kau merasa kehilangan apa-apa tidak?" Dia memberondongku. Kulihat pintu terkuak lebar.
Aku baru seratus persen terbangun saat menyadari kotak simpanan dan dompet pinggangku telah kosong melompong. Hasial pencarianku selama empat bulan telah raib. Pasti maling telah menggondolnya. Aku teringat hanya merapatkan  tanpa mengunci pintu bedeng tadi malam. Ya, Allah, lututku lemas. Hilang sudah harapanku pulang kampung  dan memenuhi keinginan anak-istriku.
"Ada barangmu yang hilangkah?" tanya Rahib.
Aku diam.
"Kau sudah shalat shubuh?"
Aku membisu.
-Sekian-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H