Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ucin Mar Ucin

16 April 2019   16:29 Diperbarui: 16 April 2019   17:10 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi: pixabay

Ketua panitia menjawab, " Nanti saya bayar, termasuk gerobaknya!"

Tukang bakso hanya menganga.

Tiba di pintu masuk hotel, tiga petugas keamanan itu kelabakan. Si kumis tebal berkata, "Wah, orang ini mengganggu Bapak, ya?"

"Sontoloyo! Ini pembicara seminar, tahu! Bapak Profesor Doktor Haji Ucin Mar Ucin SE, MSi. Sembarangan saja!"

Ketiga petugas keamanan ini melongo.

Itulah sebagian kisah unik Mang Ucin yang pasti membuat orang geli. Tapi bagi mereka yang berpikir, kelakuan Man Ucin itulah yang paling benar. Ketimbang tampilan mewah, tapi korupsi terus karena merasa selalu miskin. Tampilan mewah, tapi nurani lebih jelek dari pencopet pasar.

Beberapa bulan belakangan ini saja, Mang Ucin harus kucing-kucingan dengan orang partai dan wartawan. Pasalnya, dia hendak dijagokan menjadi calon walikota untuk Pilkada mendatang. Pertama, karena kesahajaannya. Kedua, karena memihak rakyat kelas bawah. Ketiga, karena ilmu ekonominya mumpuni. 

Hasil survei di lapangan pun membuktikan. Ketika seorang pejabat teras sebuah partai berhasil mencuri foto wajah Mang Ucin, kemudian menunjukkannya ke orang-orang pasar, banyak yang ternganga, tapi kemudian merasa senang. Mereka selama ini tak tahu kalau Mang Ucin orang hebat. Selama ini mereka hanya tahu Mang Ucin orang biasa seperti mereka. Kendati dia sering memberi uang lebih ketika memakai jasa atau membeli barang dagangan mereka. Mang Ucin juga tak segan-segan membantu orang yang kesusahan.

Mang Ucin tiba-tiba ingin menjadi tukang bakso atau membecak saja. Pasalnya sekarang dia tak bisa menampik harus rapi, berjas dan berdasi. Bersepatu licin dan tak boleh bersendal ke acara resmi. Tak lagi ada kesempatan baginya berjalan kaki ke mana-mana. Tak ada kegiatan kongkow-kongkow, minum kopi bersama mahasiswa di kantin kampus. Pun dia mulai sering harus difoto. Pun harus tampil di tivi.

Mang Ucin memang tak dapat menolak rejeki yang memaksa masuk ke rumahnya. Solmiah sudah mendapat pemberian yang berlebihan dari beberapa tokoh partai agar bisa merayu suaminya mau maju menuju kursi walikota. Termasuk ketiga anaknya. Mang Ucin tentu tak bisa melupakan begitu saja pemberian orang.

Tapi yang membuat Mang Ucin tambah tak nyaman, entah dicomot darimana pula, namanya diganti menjadi Profesor Doktor Haji Husin Hasbulllah Yusuf SE, Msi. Ladalah!

---sekian---

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun