Kehilangan, senja mengatap, menatap lelayang tak tentu arah, rima angin mengajari menerabas pematang, dihajar mata golok mengawang, menyantap gelap, sebelum hujan mengajar mendarat.
Kepala empat, berkumpul lagi, bandul-bandul rumah tangga lupakan, biarlah tawa seperti kedai kopi, ketika jasad bertemu, hati dan pikiran, jemari menggelayut gawai, ada senyum, tawa bincang semua lesap, larung waktu umpan gelap, tersadar waktu usai, aku sangat kehilangan, bercumbu di medsos sebelum shubuh menggeret angin.
Ke mana alam nyata, aku kehilangan tawa, lupa suara, cengkerama, di ruang tamu rumah, mengunyah nafsu, televisi menyala, kami berlayar dalam gawai. Sangat kehilangan.
2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H