Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Terjebak Pengangguran

28 Maret 2019   09:48 Diperbarui: 28 Maret 2019   10:32 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berbilang minggu berselang, aku mulai merasakan sikap Midah menjadi lain. Aku seakan terhinakan. Berkali-kali dia menyindirku sebagai pengangguran. Berkali-kali kami bertengkar, dan aku tetap menjadi yang kalah.

Terkadang terbersit tanya di hati, akankah ini pelabuhan cinta kami? Aku akan menurunkan jangkar, membiarkannya pergi mengarungi dunia daratan, sementara aku kembali melayari laut dan terkatung-katung menuruti arah angin.

Setelah keputusanku bulat untuk berpisah dengan Midah, aku menyempatkan diri berkonsultasi dengan seorang teman. Dia sama sepertiku, menjadi pendompleng rumah tangga. Istri kamilah yang mencari nafkah. Bedanya dia tenang-tenang saja menjalani mahligai keluarga, sedangkan diri ini hampir memutuskan tali mahligai itu.

Darinyalah aku mendapat pencerahan. Bahwa amarah istri yang meledak kepada suami yang pengangguran, adalah suatu kewajaran. Karena bagaimanapun, sudah menjadi peraturan berkeluarga, bahwa istri bagiannya mengurusi rumah tangga. Suami yang mecari nafkah di tengah kerasnya kehidupan. "Ya, jalani saja apa adanya seperti aku. Ketika istri sibuk bekerja, aku tak berpangku tangan mengurusi remah-remah rumah tangga, seperti menyuci piring. Mengapa harus malu karena kenyataan yang kita hadapi memang demikian adanya. Tapi kalau ada kesempatan, bekerjalah."

Aku memikirkan perkataan temanku itu. Tapi aku tak ingin kelak hanya mengurusi remah-remah rumah tangga, sedangkan istri bekerja di luar sana. Apakah dunia sudah terbalik? Ya, mungkin amarah istri meledak-ledak tersebab aku sangat terlena dengan kepengangguranku. Jangankan mencari kerja, membantunya mengurusi remah-remah rumah tangga, pun aku ogah. Mudah-mudahan ke depan aku mendapat pekerjaan layak, kemudian bisa membantu istri meringankan beban rumah tangga, sekaligus meredakan amarahnya yang meledak-ledak itu.

---sekian---

RN

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun