Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Sang Peracik

10 Februari 2019   17:48 Diperbarui: 10 Februari 2019   22:34 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: pixabay.com

Dari hari ke hari semakin banyak orang yang tahu warung Salmiah. Pembeli mulai berjubel. Salmiah tidak lagi berjualan siang hari, tapi dipaksa-paksakan malam hari juga. Ini demi tuntutan pembeli. Sebaliknya para istri atau anak gadis mulai kasak-kusuk. Biasanya makanan yang mereka buat selalu ludes tidak bersisa. Sekarang selalu berlebih dan akhirnya basi. Semua karena magnet makanan Salmiah.

Lama-lama para perempuan itu iri. Suami atau orang tua mereka mulai sering memperbincangkan Salmiah. Lama-lama para perempuan itu protes. Mereka melapor kepada ketua rt masing-masing. Intinya, mereka akan mengadakan demonstrasi. 

"Lho, apa bisa begitu? Orang berjualan mau didemonstrasi," jawab Pak Supangat, salah seorang ketua RT.

"Dia mengganggu ketertiban umum!" jawab warga.

"Dia membuat makanan kami mubazir," sambung yang lainnya.

Roji yang heran melihat warung Salmiah selalu ramai pembeli, suatu hari iseng-iseng makan siang di situ. Dari sekali, kemudian besoknya lagi. Berkali-kali. 

Dari makan siang, lalu makan malam juga. Setiap kali makan di warung Salmiah, dia menyadari para pembeli tidak hanya menyukai makanan yang ada di atas meja. Tapi lama-lama menyukai penjualnya juga alias Salmiah. Benarlah kata orang-orang, bahwa jatuh cinta itu tidak hanya muncul karena tampilan seseorang, melainkan bisa dari perut yang sejengkal.

Roji mulai heran kenapa dia mulai merasa cemburu kepada pembeli yang lelaki. Harusnya hanya dia yang berhak jatuh cinta kepada perempuan itu! Hey, jatuh cinta? Apakah Roji mulai jatuh cinta kepada Salmiah?

Kasak-kusuk perempuan yang iri atas keberadaan warungnya, belakangan sampai juga ke telinga Salmiah. Dia menjadi tidak enak hati. Untuk apa jualannya laris-manis, tapi orang lain membencinya? Untuk apa tertawa di atas kesusahan orang lain? Dulu dia menjadi idola para perempuan sekarang mereka membencinya. 

Karyawannya yang rata-rata perempuan, seorang-dua iri juga kepadanya. Mereka menunjukkan rasa irinya dengan berhenti bekerja. Sekarang karyawannya rata-rata lelaki. 

Roji yang sebelumnya menganggap Salmiah saingan, sekarang tidak hanya mendatangi  warungnya untuk makan siang dan makan malam. Tapi, dia juga sering bertandang ke rumah Salmiah pagi-pagi sekali. Apalagi kalau bukan untuk sarapan pagi, sekaligus memperhatikan perempuan yang kelihatan bertambah cantik dan bertambah molek itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun