Seketika aku tersentak. Tapi kuanggap dia hanya membuat lelucon. "Sudahlah, Mas jangan melucu. Aku mau pulang nih!"
"Aku Laila, Prambudi! Aku seorang gay sepertimu. Sudahlah, kita menginap semalam-dua di rumahku."
"Kau!"
"Tak usah terkejut. Ini sebenarnya sudah diatur. Mirna telah menceritakan semuanya kepadaku. Ya, tentang kebosanannya mempunyai suami sepertimu, yang meskipun kelihatan seperti lelaki normal, tapi kenyataannya tetap gay. Terbukti sampai sekarang kau tak mampu memberinya anak. Lebon hanya anak angkatmu, kan? O, ya... Dia senang telah bercerai denganmu. Sekarang dia di Jakarta. Telah menikah dengan saudari kandungku.."
"Saudari? Maksudmu?"
"Dia seorang lesbian. Kau tak tahu? Betapa bodohnya dirimu, Prambudi. Sekian tahun kau telah dibodohinya."
Aku tertunduk kecewa. Kuingat Lebon. Dia pasti kecewa memiliki orangtua berkepribadian ganda. Orang-orang psikopat. Ya, meskipun dia hanya anak angkatku dan Mirna, tapi dia telah memanggil kami dengan sebuat papa-mama.
Laila merengkuh tengkukku. "Mari kita membaca novel Psikopat ini. Aku belum kelar."
Aku tak merasa apa-apa lagi, selain melihat warna yang begitu suram. Sangat suram.
sekian
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H