Anehnya, apa yang diinginkannya seperti menjelma nyata. Uang gobang yang dikerikkan Sairah ke leher Barda, berhasil meneteskan darah di leher itu. Dia kesenangan. Tangannya beralih ke punggung Barda, mengerik lagi. Darah pun bertetes-tetes indah serupa gerimis. Sairah sangat menikmati kegiatan barunya. Dia ibarat pelukis terkenal yang sangat khusyuk menciptakan maha karyanya.
Sairah baru tersadar dari kegiatan barunya itu, ketika Barda mengerang marah, kemudian membalikkan badan menghadap diri Sairah. Erangannya keras, lalu membisu. Mata Barda terbelalak, dan dia kejang. Sairah gelagapan. Ternyata dia tak lagi memegang uang gobang demi mengerik suaminya. Melainkan sebuah pisau belati yang berhasil menyayat leher Barda. Juga membuat maha karya kerikan terakhir di punggung itu. Karena hari-hari selanjutnya, Barda tak akan meminta dikerik lagi. Dia telah mati!
---sekian---
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H