Keluarga memiliki peran yang signifikan dalam membentuk struktur emosi anak, karena keluarga merupakan kelompok sosial pertama di mana anak-anak belajar dan mengekspresikan diri mereka sebagai individu sosial. Keluarga adalah sebuah institusi Pendidikan dasar partisipatif pembentukan nilai-nilai sosial dimana orang tersebut pertama kali belajar untuk bekerja sama dan belajar memegang bekerja Sebagai  anggota masyarakat  dihubungkan dengan metode tertentu (Gerungan, 2010).
Dalam masyarakat saat ini, orang tua tunggal membesarkan anak adalah hal yang lumrah. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai hal, seperti perceraian, kematian pasangan, atau keputusan seseorang menjadi single mother. Kehadiran orang tua tunggal dalam keluarga berdampak besar bagi anak yang dibesarkan dalam situasi ini, terutama dalam perkembangan kecerdasan emosionalnya(Nashukah, Farokhatin, n.d.)
Single parents ialah seseorang yang memikul tanggung jawab membesarkan anak seorang diri tanpa pasangan atau tanpa bantuan langsung dari pasangannya dalam membesarkan dan mendidik anak. Peristiwa ini biasanya terjadi setelah perceraian, kematian pasangan, atau keputusan seseorang untuk mengambil tanggung jawab orang tua tunggal.
Karakteristik dari Single Parent secara umum Seringkali, orang tua tunggal adalah satu-satunya kepala rumah tangga. Mereka akan membuat keputusan penting dan mengatur kehidupan keluarga tanpa kehadiran pasangan. Selain itu, Sebagai ibu tunggal, mereka harus mengemban tanggung jawab ganda membesarkan dan mendidik anak-anak mereka. Mereka bertanggung jawab atas pekerjaan rumah tangga, pendidikan, dan kebutuhan sehari-hari.
Menurut Chaplin (2006), kecerdasan emosional adalah suatu keadaan atau kondisi di mana seseorang mencapai tingkat kedewasaan dalam perkembangan emosionalnya. Pada tahap ini, individu tersebut tidak lagi mengungkapkan nilai-nilai emosionalnya seperti yang dilakukan oleh anak-anak. Kematangan emosional pada orang muda dapat terlihat dalam kemampuan mereka dalam mengatur waktu belajar, menyelesaikan pekerjaan, menikmati liburan, mengelola hubungan dengan teman, serta mengontrol dan mengelola ekspresi emosional mereka secara efektif. (Nashukah, Farokhatin, n.d.)
Kecerdasan emosional ialah perkembangan kecerdasan yang dimiliki  oleh seseorang yang harus  perlu diperhatikan karena hal ini akan mempengaruhi perkembangan kecerdasan emosionalnya(Athira Hasna'ul Fauzyah & Sukabumi, n.d.)
Orang tua, sebagai figur yang paling dekat dengan anak-anak, memiliki peran penting dalam mengembangkan kecerdasan emosional. Salah satu bentuk perhatian yang dapat dilakukan oleh keluarga, khususnya orang tua, adalah dengan memaksimalkan perkembangan kecerdasan emosional anak.(Athira Hasna'ul Fauzyah & Sukabumi, n.d.)
Pentingnya Kecerdasan Emosional pada Anak
Kecerdasan emosional memiliki peran yang sangat signifikan dalam perkembangan anak karena berdampak luas pada berbagai aspek kehidupan mereka. Ini membantu anak untuk memahami dan mengelola emosi mereka sendiri, serta memiliki pemahaman yang baik terhadap emosi orang lain. Kemampuan ini memungkinkan mereka untuk membentuk hubungan yang positif dan harmonis dengan teman sebaya, anggota keluarga, dan orang lain dalam lingkungan sekitar mereka.
Anak-anak yang memiliki kecerdasan emosional yang baik memiliki kemampuan yang lebih tinggi dalam menghadapi stres, tantangan, dan tekanan sehari-hari. Mereka dapat mengenali dan mengelola dengan baik emosi negatif seperti kecemasan dan frustrasi dengan cara yang positif, sehingga mereka tetap tenang dan dapat mempertahankan fokus saat menghadapi situasi sulit.
Dampak Single Parent terhadap Kecerdasan Emosional Anak
Menurut Balson (dalam Yuniardi & Djudiyah, 2011)dalam keluarga single parent, peran ganda orang tua dalam memenuhi tanggung jawab sebagai orang tua dapat menghambat hubungan antara anak dan orang tua. Kondisi ini sering kali membuat orang tua dan anak kesulitan dalam beradaptasi dan menerima situasi tersebut. Hal ini dapat menyebabkan konflik antara anggota keluarga, terutama saat anak berada dalam masa remaja. Konflik tersebut dapat berdampak negatif pada perkembangan emosi remaja dan menghambat proses kematangan emosional mereka(Nashukah, Farokhatin, n.d.)
Menurut Munandar (2000), remaja yang tinggal dalam keluarga dengan orang tua tunggal cenderung mengalami pola pengasuhan yang tidak lengkap, yang dapat berdampak pada kematangan emosional mereka. Dampak tersebut dapat meliputi kecenderungan menjadi pemarah, suka melamun, dan kecenderungan untuk menyendiri. Meskipun demikian, tidak semua remaja yang berada dalam situasi keluarga ini akan mengalami dampak psikologis yang sama.
Fakhruddin (1999) mencatat bahwa ada beberapa fakta yang menunjukkan bahwa banyak remaja yang memiliki kekurangan dalam kecerdasan emosional, sehingga rentan terpengaruh oleh hal-hal negatif. Contohnya adalah kasus perkelahian di antara pelajar yang dipicu oleh aksi balas dendam, adanya kebencian yang diturunkan dari kakak kelas, konflik yang timbul dari saling tatap, serta insiden tersenggol tanpa sengaja yang semua hal tersebut mengakibatkan kerusakan keamanan dan kerugian.
Strategi untuk Meningkatkan Kecerdasan Emosional Anak
Mempertahankan komunikasi yang terbuka dan jujur dengan anak memiliki kepentingan yang besar. Dengan memberikan perhatian sepenuhnya dan meluangkan waktu untuk berbicara, orang tua dapat membangun rasa percaya, memahami perasaan anak, dan membantu mereka mengungkapkan emosi secara sehat.
Selain itu, mengajar anak untuk mengenali dan mengekspresikan emosi mereka adalah langkah yang penting. Dorong mereka untuk mengungkapkan perasaan dengan kata-kata yang tepat, melalui seni, atau melalui aktivitas fisik seperti olahraga. Juga, bantu mereka memahami bahwa semua emosi memiliki nilai dan penting untuk dipahami(Nashukah, Farokhatin, n.d.)
Terakhir, dalam situasi sebagai orang tua tunggal, orang tua dapat mencari dukungan dari keluarga, teman, atau kelompok pendukung yang memiliki pengalaman serupa. Terlibat dalam komunitas yang memahami tantangan yang dihadapi oleh orang tua tunggal dapat memberikan dukungan emosional dan praktis yang sangat dibutuhkan.
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan dalam kematangan emosional remaja tergantung pada struktur keluarga. Dengan kata lain, keluarga dengan struktur yang lengkap dan keluarga single parent memiliki akibat  yang berbeda terhadap kematangan emosional remaja.
Keberadaan orang tua yang berperan dengan baik pada suatu keluarga menjadi faktor penentu awal bagi perkembangan emosional anak. Jika salah satu dari kedua orang tua tersebut tidak ada, maka fungsi keluarga menjadi tidak lengkap atau tidak sempurna, yang dapat menghambat kematangan emosional anak(priatini, woro, n.d.)
 Ahmadi (2007) menjelaskan bahwa keluarga yang lengkap terdiri dari ayah, ibu, dan anak, di mana kedua orang tua tersebut memiliki peran yang bulat sebagai orang tua terhadap anak mereka dan memberikan perhatian penuh terhadap tugas-tugas mereka
Referensi
Athira Hasna'ul Fauzyah, G., & Sukabumi, U. M. (n.d.). PENGARUH PENDAMPINGAN ORANG TUA PADA PEMBELAJARAN DARING TERHADAP KECERDASAN EMOSIONAL Luthfi Hamdani Maula Iis Nurasiah. https://doi.org/10.21009/JPD.011.20
Nashukah, Farokhatin, U. N. S. (n.d.). Perbedaan Kematangan Emosi Remaja Ditinjau Dari Struktur Keluarga.
priatini, woro, I. P. B. (n.d.). Pengaruh Tipe Pengasuhan, Lingkungan Sekolah, Dan Peran Teman Sebaya Terhadap Kecerdasan Emosional Remaja.
Â
