(d) proses komposisi;
(e) proses abreviasi;
(f) proses derivasi balik'
(g) proses metanalisis; dan
(h) kombinasi proses.Â
Kedelapan proses tersebut mendukung dalam kegiatan berkomunikasi, terutama komunikasi pada khalayak umum (public speaking) harus dapat mengolah kata dengan baik.
Pada proses pertama atau (a) derivasi zero yaitu mengubah leksem tunggal menjadi kata tunggal, contohnya leksem 'tidur' menjadi kata 'tiduran' setelah melalui proses derivasi zero. Proses kedua atau (b) yaitu afiksasi yang merupakan proses pembentukan suatu kata dasar dengan diberikan imbuhan, imbuhan yang dapat diberikan antara lain, awalan (prefiks), sisipan (infiks), akhiran (sufiks), dan terbelah (konfiks). Contoh, pada kata dasar 'kopi' dengan kelas kata nomina (n) yang bisa berfungsi sebagai subjek dan bermakna buah (biji) kopi. Namun, ketika diberi imbuhan meng-, maka kelas katanya akan berubah menjadi verba (v), fungsinya pun berubah menjadi predikat, dan maknanya berubah menjadi minum kopi.
Pada proses ketiga atau (c) reduplikasi yaitu mengubah leksem menjadi suatu kata setelah melalui proses reduplikasi, bisa berupa reduplikasi dwipurwa, dwilingga, dwilingga salin suara, atau dwiwasana.Â
Contoh pada kata 'jalan-jalan, tetua, dan dedaunan'. Proses keempat atau (d) yaitu komposisi atau pemajemukan kata yang mengubah gabungan leksem menjadi satu kata, contoh 'meja dapur, rumah jompo,dan kaus kaki'.Â
Proses kelima atau (e) abreviasi yaitu mengubah leksem atau gabungan leksem menjadi lebih pendek atau kependekan, seperti pemenggalan kata (ma-kan, bu-ah), akronim (pemilu [pemilihan umum], bulog [badan urusan logistik]), kontraksi, dan lambang huruf.
Selanjutnya, proses yang keenam atau (f) derivasi balik yaitu proses yang dapat menjelaskan tentang kenapa adanya bentuk piranti, diagnosa, dan antri yang seharusnya adalah 'peranti, diagnosis, dan antre".Â