Pembelajaran merupakan proses atau kegiatan belajar yang dilakukan antara peserta didik dengan pendidik, untuk memperoleh ilmu pengetahuan dari hasil pembelajaran. Pembelajaran dapat meningkatkan kognitif peserta didik, apabila terdapat kesungguhan yang dimiliki peserta didik, dalam menempuh segala proses pembelajaran.
Peserta didik yang lalai terhadap proses pembelajaran, hasil yang didapatkan tidak akan maksimal untuk meningkatkan kognitifnya. Lantas apa yang harus dilakukan peserta didik dalam melakukan pembelajaran?
Pembelajaran ini suatu kegiatan yang harus didasari oleh niat. Bila sudah terlahir niat untuk belajar, muncullah kesungguhan untuk belajar, sehingga meningkatkan konsentrasi dalam belajar.
Konsentrasi merupakan yang paling terpenting dalam melakukan kegiatan pembelajaran, dikarenakan konsentrasi terbentuk oleh adanya niat. Kedua hal ini merupakan suatu bekal dalam proses pembelajaran. Namun, dalam menumbuhkan kedua bekal ini, perhatikan dahulu mental peserta didik.
Mental yang sudah goyah, Â akan sulit mengembangkan niat. Ketika niat sudah sulit muncul. Maka, konsentrasi pun tidak akan muncul juga. Inilah pentingnya menjaga kesehatan mental dalam meningkatkan kognitif peserta didik untuk pembelajaran.
Kita terlahir di masyarakat yang homogen. Oleh karena itu, tidak dapat dipungkiri ketika terjun ke dalam lingkup pendidikan formal, keragaman pun terdapat di dalamnya.
Tidak mungkin kita menempuh pendidikan formal hanya dari lingkungan kita saja atau dari satu karakter saja. Maka, akan banyak keragaman di dalamnya. Oleh karena itu, mental sangatlah penting dalam membangun jati diri, untuk meningkatkan kognitif pembelajaran anak.
Karakter setiap anak tentulah berbeda-beda. Ada yang mudah bergaul, pemalu, pendiam, banyak bicara, cekatan, kreatif, terampil, tidak mudah bergaul, dan lain sebagainya.
Sering kita temui anak-anak yang pemalu, pendiam dan tidak mudah bergaul, terkadang enggan aktif di ruang lingkup sekolahnya. Sehingga hal ini akan menghambat perkembangan kognitif sang anak.
Anak yang pemalu, pendiam, dan tidak mudah bergaul walau tidak malu dan pendiam, hal ini merupakan faktor tidak kuatnya mental anak untuk bermasyarakat. Apakah mental anak tersebut sehat? Bisa dikatakan sehat dan bisa dikatakan tidak, tergantung faktornya.
Ada yang memiliki mental yang tidak sehat, karena memiliki riwayat masa lalu yang buruk, seperti diperundungkan, dijahili, dan didikan yang keras dari orang tuanya. Ada juga yang memiliki mental tidak sehat, karena bawaan sejak lahir, karakter turunan, faktor lingkungan yang jauh dari masyarakat. Sehingga kedua faktor pengaruh mental tersebut menjadi penyebab sang anak menjadi pendiam, pemalu, dan tidak mudah bergaul.
Apakah hal tersebut bisa disembuhkan? Tentu saja bisa, untuk yang mempunyai riwayat masa lalu yang buruk, bisa membawa anak ke psikiater atau piskolog. Jika tidak ingin membawa ke sana, peran orang tua atau terdekatlah yang menjadi kepercayaan sang anak, karena itu sangat penting, untuk membangun kembali mental anak hingga kembali sehat.
Anak yang memilki faktor penyebabnya bawaan dari lahir, atau faktor lingkungan, sebagai orang tua harus membiasakan anak untuk selalu bersosialisasi, ajari anak bermasyarakat, bawa sang anak untuk bermain dan berkumpul dengan masyarakat, agar anak tidak lagi merasa malu, pendiam, dan tidak mudah bergaul. Bisa juga lakukan cara-cara lain yang bisa menumbuhkembangkan mental anak.
Anak yang memiliki mental tidak kuat, akan menurunkan rasa percaya diri sang anak. Hal ini apabila dibiarkan, sama saja mengajarkan anak untuk jauh dari masyarakat. Sehingga bisa berdampak pada peningkatan kognitif anak sebagai peserta didik dan tidak sedikit di sekolah anak-anak yang pasif.
Banyak anak-anak yang memiliki kemampuan luar biasa, tetapi karena memiliki mental yang kurang baik, akhirnya terpendamlah kemampuan anak tersebut. Sedangkan anak yang tidak memiliki kemampuan yang luar biasa, tetapi memiliki mental dan kepercayaan diri yang kuat, membuat anak tersebut mampu menjadi anak yang berkemampuan tinggi, karena keingintahuan dan kepercayaan diri sang anak, dia aktif dan mau belajar.
Contoh saja anak yang memiliki bakat luar biasa, tetapi mentalnya lemah. Maka, tidak akan berkembang bakat sang anak, karena kurangnya sosialisasi dan bermasyarakat. Jadi, pentingnya menjaga kesehatan mental anak, untuk meningkatkan kognitif sang anak.
Jika, mental ini sudah dimiliki sang anak. Maka, dapat menguatkan kedua hal tadi, yaitu niat dan konsentrasi. Kalau sang anak tidak memiliki mental yang kuat, sang anak akan enggan memiliki niat yang kuat dan daya konsentrasi yang tinggi, sehingga terhambatlah kemampuannya.
Semisal anak sudah memiliki niat untuk belajar di sekolah, tiba-tiba ia merasa enggan karena pernah menjadi bahan ledekan atau mudah perasaan, akhirnya mengecilah niat itu. Maka, dapat dikatakan pentingnya mental sebagai pondasi pembelajaran anak, karena dari mentallah akan menumbuhkan semangat dalam beraktivitas.
Dengan demikian, mulai sekarang bangunkanlah mental anak-anak kalian, adik-adik kalian, saudara-saudari kalian. Jangan buat mereka menjadi anak-anak yang enggan mengeluarkan segala kemampuannya. Ciptakanlah manusia-manusia yang tangguh, memiliki pengetahuan yang luas, kreatif dan inovatif, dengan mental yang sehat.
Selamat hari kesehatan jiwa 2020.
Semoga bermanfaat.
Sehat jiwanya, sehat mentalnya, sehat pikirannya, semangat belajarnya.
Terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H