Mohon tunggu...
Rifan Bilaldi
Rifan Bilaldi Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Indraprasta PGRI. Pendidikan adalah gerbang harapan dan bahasa adalah kunci pendidikan. Kita harus menjunjung tinggi pendidikan, pengembangan dan pembinaan bahasa Indonesia

Yuk! Tingkatkan kualitas pendidikan dan mengenal serta belajar bahasa Indonesia untuk menambah pengetahuan dan wawasan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pentingnya Kesehatan Mental sebagai Pondasi Peningkatan Kognitif Peserta Didik

10 Oktober 2020   11:08 Diperbarui: 10 Oktober 2020   11:13 533
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak yang memiliki masalah mental, menjadi pendiam dan enggan bergaul. (Sumber. Bincangcantik.com)

Pembelajaran merupakan proses atau kegiatan belajar yang dilakukan antara peserta didik dengan pendidik, untuk memperoleh ilmu pengetahuan dari hasil pembelajaran. Pembelajaran dapat meningkatkan kognitif peserta didik, apabila terdapat kesungguhan yang dimiliki peserta didik, dalam menempuh segala proses pembelajaran.

Peserta didik yang lalai terhadap proses pembelajaran, hasil yang didapatkan tidak akan maksimal untuk meningkatkan kognitifnya. Lantas apa yang harus dilakukan peserta didik dalam melakukan pembelajaran?

Pembelajaran ini suatu kegiatan yang harus didasari oleh niat. Bila sudah terlahir niat untuk belajar, muncullah kesungguhan untuk belajar, sehingga meningkatkan konsentrasi dalam belajar.

Konsentrasi merupakan yang paling terpenting dalam melakukan kegiatan pembelajaran, dikarenakan konsentrasi terbentuk oleh adanya niat. Kedua hal ini merupakan suatu bekal dalam proses pembelajaran. Namun, dalam menumbuhkan kedua bekal ini, perhatikan dahulu mental peserta didik.

Mental yang sudah goyah,  akan sulit mengembangkan niat. Ketika niat sudah sulit muncul. Maka, konsentrasi pun tidak akan muncul juga. Inilah pentingnya menjaga kesehatan mental dalam meningkatkan kognitif peserta didik untuk pembelajaran.

Kita terlahir di masyarakat yang homogen. Oleh karena itu, tidak dapat dipungkiri ketika terjun ke dalam lingkup pendidikan formal, keragaman pun terdapat di dalamnya.

Tidak mungkin kita menempuh pendidikan formal hanya dari lingkungan kita saja atau dari satu karakter saja. Maka, akan banyak keragaman di dalamnya. Oleh karena itu, mental sangatlah penting dalam membangun jati diri, untuk meningkatkan kognitif pembelajaran anak.

Ilustrasi seorang yang malu tidak percaya diri ketika menyampaikan materi di depan kelas. (Sumber. Tribun Manado)
Ilustrasi seorang yang malu tidak percaya diri ketika menyampaikan materi di depan kelas. (Sumber. Tribun Manado)
Karakter setiap anak tentulah berbeda-beda. Ada yang mudah bergaul, pemalu, pendiam, banyak bicara, cekatan, kreatif, terampil, tidak mudah bergaul, dan lain sebagainya.

Sering kita temui anak-anak yang pemalu, pendiam dan tidak mudah bergaul, terkadang enggan aktif di ruang lingkup sekolahnya. Sehingga hal ini akan menghambat perkembangan kognitif sang anak.

Anak yang pemalu, pendiam, dan tidak mudah bergaul walau tidak malu dan pendiam, hal ini merupakan faktor tidak kuatnya mental anak untuk bermasyarakat. Apakah mental anak tersebut sehat? Bisa dikatakan sehat dan bisa dikatakan tidak, tergantung faktornya.

Ada yang memiliki mental yang tidak sehat, karena memiliki riwayat masa lalu yang buruk, seperti diperundungkan, dijahili, dan didikan yang keras dari orang tuanya. Ada juga yang memiliki mental tidak sehat, karena bawaan sejak lahir, karakter turunan, faktor lingkungan yang jauh dari masyarakat. Sehingga kedua faktor pengaruh mental tersebut menjadi penyebab sang anak menjadi pendiam, pemalu, dan tidak mudah bergaul.

Ilustrasi anak yang memiliki masalah mental, menjadi pendiam dan enggan bergaul. (Sumber. Bincangcantik.com)
Ilustrasi anak yang memiliki masalah mental, menjadi pendiam dan enggan bergaul. (Sumber. Bincangcantik.com)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun