Mohon tunggu...
Rifan Bilaldi
Rifan Bilaldi Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Indraprasta PGRI. Pendidikan adalah gerbang harapan dan bahasa adalah kunci pendidikan. Kita harus menjunjung tinggi pendidikan, pengembangan dan pembinaan bahasa Indonesia

Yuk! Tingkatkan kualitas pendidikan dan mengenal serta belajar bahasa Indonesia untuk menambah pengetahuan dan wawasan.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Melestarikan Bahasa Daerah dengan Mengenal 6 Variasi Dialek Bahasa Indonesia

8 Oktober 2020   23:33 Diperbarui: 8 Oktober 2020   23:42 447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber: Dok. Media Indonesia)

Sudah banyak kita diketahui bahwa dialek di Indonesia, memiliki keragaman dialek dari setiap daerahnya. Penggunaan istilah dialek dalam bahasa di masyarakat umum, kerap kali memiliki keliruan atau keambiguan. Dalam tataran linguistik masih dapat dimengerti. Jika, alat komunikasinya adalah dua dialek dari bahasa yang sama.

Penggunaan dialek berbeda, jika diterapkan dengan perilaku tindak tutur di masyarakat yang berbeda letak geografis atau wilayah, misalnya penuturnya orang Batak dan petuturnya orang Jawa. Hal ini dapat dikatakan beda dialektal yang akan berujung pada ketidaksaling-mengertian.

Orang Batak dengan variasi dialektal Batak akan berlogat tinggi, jika dipadukan dengan penuturan orang Jawa dengan variasi dialektal Jawa yang memiliki logat rendah, maka akan terjadi masalah keambiguan atau kesalahpahaman.

Orang Jawa ketika berkomunikasi dengan orang Batak. Orang Jawa akan menganggap orang Batak kasar, padahal inilah yang disebut dengan dialek Batak dengan logat tinggi, tetapi maksudnya lembut.

Untuk membahas mengenai variasi kebahasaan, maka akan panjang perjalanan kita untuk meniliknya. Maka, dari itu saya akan mengenalkan 6 variasi dialektal bahasa Indonesia. Berikut ini variasi dialektal bahasa Indonesia yang dapat kalian ketahui.

Dialektal orang Jawa.

Orang Jawa atau wilayah Jawa dan sekitarnya, memiliki variasi dialektal yang memiliki bentuk bunyi atau fonem /b, d, g/. Jika membentuk suatu kata dasar yang terdapat fonem /b, d, g/. Maka, akan ada penekanan intonasi pada fonem /b, d, g/. Contoh pada kata "[B]an[d]un[g], ng[g]eh", bunyi /b, d, g/ lebih ditekan pada pelafalannya.

Dialektal orang Batak.

Orang Batak memiliki variasi diealeknya sendiri. Dialektal orang Batak terdapat bunyi /e/-// pepet. Jika, membentuk suatu kata yang terdapat huruf e, maka, penggunaan huruf e dilafalkan dalam menggunakan /e/-// pepet.

Apa itu /e/-// pepet? Istilah pepet ini adalah sebuah istilah linguistik yang menjelaskan sebuah peletakan tanda "^" untuk menyatakan bunyi // dalam kata "segar dan lekas." Dari kedua kata itu saja, ketika dilafalkan akan terasa berbeda bunyinya.

Orang Batak ini memiliki variasi dialektal /e/-// sebagai ciri khas bunyi pelafalannya. Contoh pada kata "keparat" mereka akan menyebutnya dengan pelafalan "k[]parat." Itulah perubahan bunyi yang terjadi pada dialektal orang Batak.

Dialektal orang Sunda.

Tidak asing lagi bagi kita ketika mendengarkan orang Sunda berbicara, di dalam perkataannya terdapat kata yang ada huruf [f] dan mereka melafalkan [f] itu dengan mengubahnya menjadi [p].

Itulah dialektal orang Sunda, yang memiliki ciri khas tersendiri dengan menggunakan fonem [p] sebagai pengganti fonem [f]. Bunyi /f/-/p/ sebagai variasi dialektal orang Sunda. Contoh pada kata /frustrasi/-/[p]rustrasi/, /fajar/-/[p]ajar/, dan lainnya.

Dialektal orang Bali.

Orang Bali memiliki sebuah ciri khas yang tidak dimiliki oleh daerah-daerah lain dalam pelafalan, yaitu memiliki keahlian di lidah dalam melafalkan bunyi [t]. Pelafalan ini dalam istilah fonologi untuk dialekologi bunyi bahasa Bali disebut dengan teretoflek.

Bunyi variasi dialektal orang Bali, yaitu /t/-/th/. Jika, dilafalkan akan terdengar penyatuan bunyi /th/ dengan posisi lidah tetap di bawah. Namun, tetap menyentuh bagian atas mulut, dengan rahang bawah yang bergerak. Contoh /putu/-/pu[th]u/, /betutu/-/be[th]u[th]u/, dan lainnya.

Dialektal orang Makassar.

Saya pernah bertanya-tanya kepada Paman saya, yang berasal dari Makassar, ketika beliau memanggil Om saya, yang bernama Pudin, beliau menyebutnya dengan pelafan Puding. Justru saya terheran, ini orang apa agar-agar? Ternyata itulah dialektal orang makassar.

Orang Makassar memiliki dialektal dengan bunyi /n/-/ng/, yaitu perubahan bunyi huruf /n/ menjadi /ng/ dalam bentuk kata dasar yang terdapat fonem /n/, seperti /makan/-/maka[ng]/ dan juga kata dasar asli Makassar, yaitu "batilang, basang, jempang, kalompong" dan lain sebagainya.

Dialektal orang Madura.

Dialektal orang Madura memiliki bunyi yang sangat unik dan ciri khas, yaitu terdapat pengulangan yang khas bagi orang Madura. Tentunya kita tidak asing lagi dengan bentuk pelafalan dan bunyinya. Contoh saja pada kata /sate/-/te-sate/. Itulah ciri khas yang unik pada dialektal orang Madura.

Jadi, itulah 6 variasi dialektal bahasa Indonesia yang dimiliki setiap daerah dan mempunyai kekhasannya masing-masing, sebagai identitas daerahnya. Maka, dari itu dengan mempertahankan bahasa daerah, merupakan wujud pelesarian bahasa daerah di Indonesia.

Semoga bermanfaat.

Utamakan bahasa Indonesia, lestarikan bahasa daerah, kuasai bahasa asing.

Belajar bahasa Indonesia itu mudah.

Semarak menuju bulan bahasa.

Terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun