Mohon tunggu...
Rifan Bilaldi
Rifan Bilaldi Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Indraprasta PGRI. Pendidikan adalah gerbang harapan dan bahasa adalah kunci pendidikan. Kita harus menjunjung tinggi pendidikan, pengembangan dan pembinaan bahasa Indonesia

Yuk! Tingkatkan kualitas pendidikan dan mengenal serta belajar bahasa Indonesia untuk menambah pengetahuan dan wawasan.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Kenali 6 Faktor Penggunaan Gaya Bahasa Komunikator di Masyarakat

2 September 2020   23:33 Diperbarui: 2 September 2020   23:28 885
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber: Dokpri diolah dari maxmanroe.com)

Kita adalah komunikator dalam lingkup bermasyarakat. Kita hidup perlu adanya bantuan orang lain. Dengan cara apa kita dapat menjadi seorang yang pantas dibantu? 

Kadang kala pernah mendengar sebuah pepatah, "enggak ada lo, enggak rame". Sebuah kalimat yang memiliki makna bahwa kehadiran kita dibutuhkan orang lain. 

Bukan tanpa sebab kita jadi berharga dan dibutuhkan orang lain, tetapi karena bagaimana diri kita dalam bersikap dan berkomunikasi di masyarakat.

Hal utama dalam bermasyarakat adalah mampu mengolah setiap perkataan dengan baik. Kita tidak mungkin berbicara pada orang yang baru kita kenal dengan gaya bahasa yang orang tersebut tidak paham. Maka yang terjadi adalah orang yang baru kita kenal, akan menilai diri kita seorang yang aneh, mencurigakan, dan lain sebagainya.

Jadi yang perlu kita ketahui dan kita perhatikan adalah bagaimana cara diri kita berkomunikasi dengan baik dan menggunakan perkataan dan gaya bahasa yang baik. 

Mungkin saja di antara kalian semua, memiliki teman yang sangat akrab dengan diri kalian, dari keakraban itu muncullah perkataan dan gaya bahasa yang digunakan sama-sama dimengerti.

Biasanya di saat baru mengenal seseorang apalagi perempuan dan ditambah lagi perempuan itu adalah seorang yang kita suka.

Tidak mungkin kita langsung berkomunikasi dengan kata dan gaya bahasa yang dia tidak mengerti atau gaya bahasa yang mengagung-agungkan itu orang, seperti "Hai, kamu cantik bagai rembulan di tengah malam yang cerah, boleh aku berkenalan denganmu?"Alhasil yang didapatkan oleh dia adalah menjadi takut atau lain sebagainya.

Kata-kata pada gaya bahasa dalam contoh di atas, biasanya banyak digunakan para laki-laki yang sedang mendekati perempuan. Banyak sekali laki-laki yang menggunakan gaya bahasa yang puitisi selama mendekati perempuan, senjata andalan dalam berkomunikasi dengan lawan jenisnya. Apa di antara kalian juga seperti itu? Hmmm. Maka dari itu, penggunaan gaya bahasa harus diperhatikan.

Sedikit menjelaskan definisi mengenai gaya bahasa dan sering disebut dengan majas penggunaannya sering pada menulis sebuah puisi atau karya fiksi lainnya. Gaya bahasa secara garis besar dan kaidah kebahasaan adalah sebuah cara penutur dalam bertindak tutur dengan mengungkapkan maksudnya contohnya pada kalimat di atas tadi, ia menyatakan bahwa perempuan itu seperti rembulan di tengah malam cerah, ia bermaksud dengan mengatakan bahwa sangat cantik dan cerah memesona.

Banyak sekali cara yang dipakai dalam mengungkapkan maksudnya itu. Ada yang menggunakan gaya bahasa metafora, personifikasi sebagai perlambang. 

Ada juga yang menggunakan gaya bahasa eufemisme dan litotes sebagai kehalusan kata, dan masih banyak lagi. Dari semua gaya bahasa itu digunakan oleh para komunikator. 

Dalam menggunakan gaya bahasa tersebut untuk berkomunikasi ada enam faktor yang perlu dipertimbangkan seorang komunikator. Berikut enam faktor komunikator dalam menggunakan gaya bahasa di masyarakat.

Pertama, Cara dan Media Komunikasi

Pada faktor pertama ini adalah sebuah cara atau media apa yang akan kita gunakan untuk berkomunikasi? Lisan atau tulisan, langsung atau tidak langsung, media cetak atau media elektronik. 

Jadi, kita harus mengetahui porsi untuk menggunakannya, jangan salah tempat dalam menggunakan gaya bahasa, karena tidak semua orang mengetahui makna dari gaya bahasa yang dimaksud dan dapat memengaruhi tampilan bahasa dalam berkomunikasi.

Harus sesuaikan dengan cara dan media apa kita menggunakan gaya bahasa ini, apabila  memilih menggunakan media lisan, kita harus lihat lagi, ditujukan kepada siapa kita berbicara dalam menggunakan gaya bahasa. 

Tidak mungkin kita sedang kumpul bersama teman dari kalangan dan pendidikan yang berbeda, kita yang mengerti sastra dan kebahasan menggunakan gaya bahasa metafora, maka muncul ketidakpahaman maksud yang dikatakan.

Kedua, Bidang Ilmu

Faktor yang dapat memengaruhi tampilan bahasa dalam berkomunikasi yang kedua adalah bidang ilmu. Bidang ilmu itu banyak sekali, seperti politik, kesehatan, pendidikan, ekonomi, dan lain sebagainya. 

Gaya bahasa yang digunakan pun apabila pembicaraan tentang salah satu bidang tersebut, harus juga sesuai dalam menggunakan gaya bahasa yang sesuai bidangnya. Contoh saja gaya bahasa satire sering digunakan pada bidang politik. Jadi harus tepat dan sesuai bidangnya.

Ketiga, Situasi

Faktor berikut ini tentang situasi. Jangan salah-salah menggunakan gaya bahasa pada situasi yang tidak tepat, seperti situasi resmi, tidak resmi, setengah resmi. Jangan kita menggunakan gaya bahasa yang terlalu puitisi dan sulit dimengerti dari maksudnya yang dituju pada situasi resmi. 

Biasanya situasi resmi menggunakan bahasa ragam formal, jadi harus sesuaikan gaya bahasa untuk situasi resmi dengan menggunakan ragam bahasa formal. Apabila penggunaannya tidak tepat faktor ini akan memengaruhi tampilan berbahasa.

Keempat, Ruang atau Konteks

Selanjutnya pada faktor keempat ini tentang yang dapat mempengaruhi tampilan bahasa adalah ruang atau konteks yang digunakan. Kita menggunakan gaya bahasa harus mengetahui konteksnya pada ranah apa. 

Ruang atau konteks, seperti seminar, kuliah, ceramah, pidato, perlombaan dan konteks lainnya.Faktor yang dapat menyebabkan rusaknya tampilan bahasa dalam komunikasi adalah salahnya penempatan konteks gaya bahasa yang digunakan. 

Contoh menggunakan gaya bahasa satire atau sarkasme di ruang seminar atau pidato, hal tersebut akan berdampak munculnya tersinggung peserta seminar atau pidato. Jadi harus tepat menyesuaikan konteksnya.

Kelima, Khalayak

Khalayak atau disebut juga dengan ruang publik adalah tempat yang sangat umum untuk siapa pun berhak dan bisa merasakannya atau menikmatinya, seperti jalan, restoran dan lain sebagainya. Khalayak juga mengekategorikan jenjang usia, yaitu anak-anak, remaja, dewasa, dan orang tua. Lalu, jenis kelamin, yaitu laki-laki dan perempuan, selanjutnya tingkat pendidikan dan sosial, yaitu rendah, mengah dan tinggi.

Jadi, dalam penggunaan gaya bahasa, komunikator harus mengetahui penggunaan gaya bahasa yang dilakukan tepat untuk khalayak apa. Masyarakat itu luas, bermacam-macam jenis, dan lain sebagainya. Maka dari itu harus perhatikan secara benar, tepatkah penggunaan gaya bahasa ini untuk kalang A, si B, pendidikan C, jangan menjadikan gaya bahasa yang kita gunakan menjadi bentuk diskriminasi sosial.

Keenam, Tujuan

Faktor terakhir yang keenam ini adalah tujuan. Yang terpenting dari segala yang kita lakukan adalah menentukan tujuan, untuk apa saya begini, untuk apa saya melakukan ini, dan lain sebagainya. 

Dalam bergaya bahasa untuk komunkasi pun memiliki tujuan yang jelas dan dapat berpengaruh pada komunikan, seperti memiliki tujuan yang membangun, membangkitkan emosi, diplomasi, humor, informasi, dan lain sebagainya.

Contoh saja sebuah anekdot, dalam anekdot banyak sekali terdapat gaya bahasa yang sarkasme dan satire yang memiliki tujuan humor sekaligus diplomasi atau sindiran terhadap bidang ilmu politik. Semua harus jelas tujuan dalam menggunakan gaya bahasa untuk apa, agar tidak memengaruhi tampilan berbahasa dalam berkomunikasi.

Itulah keenam faktor penggunaan gaya bahasa komunikator di masyarakat yang perlu kita kenali atau kita ketahui. Karena dalam berkomunikasi harus jelas tujuan dan sasarannya. 

Penggunaan gaya bahasa yang sesuai ketika berkomunikasi tidak berorientasi pada komunikator, tetapi malah berorientasi pada komunikan atau audience. Jadi, kalian gunakanlah keenam faktor tersebut sebelum kalian menggunakan gaya bahasa. Agar tidak berdampak pada komunikan dan komunikasi berjalan efektif.

Semoga bermanfaat.

Belajar bahasa Indonesia itu mudah.

Sahabat bahasa, sahabat dikbud, sahabat kita semua.

Terima kasih

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun