Mohon tunggu...
Rifan Bilaldi
Rifan Bilaldi Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Indraprasta PGRI. Pendidikan adalah gerbang harapan dan bahasa adalah kunci pendidikan. Kita harus menjunjung tinggi pendidikan, pengembangan dan pembinaan bahasa Indonesia

Yuk! Tingkatkan kualitas pendidikan dan mengenal serta belajar bahasa Indonesia untuk menambah pengetahuan dan wawasan.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Kata "Anjay" Mendiskreditkan Tata Susila Tindak Tutur Anak-anak Milenial

30 Agustus 2020   00:05 Diperbarui: 2 September 2020   10:43 827
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber: Dokpri diolah dari gurugeografi.com)

Pada era perkembangan zaman seperti saat ini, banyak sekali perubahan-perubahan menuju perkembangan yang lebih modern lagi. Perkembangan yang modern tidak hanya dalam segi teknologi, tetapi juga dalam segi kebahasaan dan pergaulan.

Banyak di antara kita semua tidak pernah tahu atau tidak teliti memperhatikan hal yang kecil, tetapi memiliki pengaruh yang besar. Terutama dalam hal moralitas dan kesusilaan bibit-bibit bangsa.

Kita ambil saja contonya tentang perilaku dalam bertindak tutur pada anak-anak. Ada apa sih dengan tindak tutur mereka? Boleh saja kita bertanya-tanya tentang hal itu, yang membuat diri kita heran.

Semakin hari, semakin banyak anak-anak yang bertindak tutur di luar batas. Tindak tutur ini merupakan bentuk dari kegiatan kita dalam berkomunikasi sesama lawan bicara. Jadi harus baik dan memiliki tata kramanya.

Namun, anak-anak zaman sekarang, terutama banyak ditemukan pada kalangan SD dan SMP, banyak sekali melontarkan kata-kata yang tidak sepatutnya dilakukan oleh anak-anak di usianya. Pasti di antara kalian semua, tidak asing lagi mendengar atau melihat kata anjay. Satu kata yang membuat kita menjadi biasa aja ketika mendengarnya atau melihatnya.

"Ah memangnya ada apa sih sama kata anjay, orang cuma kata ungkapan takjub kok." Mungkin kita menganggap kata anjay merupakan ungkapan kata takjub, seperti "anjay keren banget lo bisa begitu," dari situlah kita menganggapnya adalah sebuah ungkapan takjub. Kata anjay ini memiliki makna terselubung di baliknya.

Mari kita telusuri perjalanan lebih jauh lagi menelisik kata anjay. Kata anjay merupakan kata yang memiliki asal-usul dari kata anjing, lalu mengalami penghalusan kata atau dalam ilmu kebahasaan disebut dengan eufemisme. Dari kata aslinya yaitu kata anjing, mengalami transformasi penghalusan kata (eufemisme) menjadi kata anjir. Berasal dari kata anjing yang mengalami perubahan pada huruf "n dan g = ng" menjadi "r", sehingga berubahlah jadi kata anjir.

Konotasi kata anjir diikuti dengan intonasi penegasan yang mengubah kata dalam kalimat menjadi istilah kasar menuju penegasan yang mengurangi kekasarannya, yang tadi seperti "Ah anjing! gue kalah mulu." Menjadi, "Ah anjir! gue kalah mulu."

Kemudian, seiring berkembangnya zaman dan pergaulan yang tanpa batas, selalu memunculkan fenomena-fenomena baru dalam kebahasaan, termasuk juga dalam penghalusan kata (eufemisme).

Kata anjir kembali mengalami transformasi penghalusan kata, berubahlah menjadi kata anjay. Perubahan penghalusan kata ini, terjadi karena perubahan pada huruf "i dan r = ir" menjadi "a dan y = ay" dengan tidak mengubah unsur huruf bagian depannya yang tetap mempertahankan huruf "a,n,j = anj." Potongan kata "anj" kerap kali digunakan sebagai singkatan kata anjing untuk ucapan pelucahaan (perkataan kasar).

Kaya anjay pun masih mengalami transformasi penghalusan kata menjadi kata anjas, biar terkesan lebih halus dan tidak menonjolkan penggunaan kata yang buruk. Dari kedua kata transformasi kata anjing, yang sering digunakan adalah kata anjay, kedua anjir, ketiga anjas, selanjutnya bentuk dasar kata aslinya yaitu kata anjing.

Setelah kita menelusuri perjalanan menelisik kata anjay, kita dapat mengetahui bahwa dibalik kata anjay memiliki makna yang buruk. Namun, kebiasaanlah yang menganggap perkataan ini sebuah ungkapan kekaguman kita pada si lawan bicara atau pasangan bicara kita. Kata anjay ini sering kali digunakan oleh anak-anak milenial saat ini.

Kurangnya wawasan dan pengetahuan serta kepedulian orang dewasa kepada anak-anak di sekitar kita, terhadap perkataan anak-anak zaman sekarang, membuat anak-anak dalam berkata tidak memiliki batas kontrol untuk memilah bahwa kata ini baik atau tidak. Kita pun menganggapnya kata anjay ini adalah kaya yang biasa saja, tetapi yang terjadi kata anjay ini secara tidak langsung dapat mendiskreditkan tata susila tindak tutur anak-anak milenial saat ini.

(Sumber: Dok Suara.com)
(Sumber: Dok Suara.com)
Kata anjay pada saat telah menjadi polemik, dikarenakan atas aduan seorang aktor bernama Lutfi Agizal kepada Komnas PA (Perlindungan Anak) tentang kata anjay, yang dilansir oleh suara.com.

Pihak Komnas PA pun akhirnya minta hentikan bicara anjay di kalangan anak-anak. Komnas PA Arist Merdeka Sirait, selaku ketua Komnas PA akhirnya mengeluarkan surat edaran pada sabtu (29/08/2020) yang berisikan imbauan kepada anak-anak agar tidak lagi menggunakan atau melontarkan kata anjay.

Arist pun akhirnya angkat bicara dalam wawancaranya,mengatakan "hentikan sekarang juga menggunakan kata 'anjay'," Ujar Arist kepada Suara.com. Walau kita sebagai masyarakat umum, memiliki  asumsi dan pandangan yang berbeda-beda tentang kata anjay ini.

Ada yang mengatakan penggunaan kata anjay tergantung konteksnya untuk apa. Namun, apabila kita mengingat penelusuran kata anjay dari kata anjing yang dipadanankan atau ditransformasikan melalui penghalusan kata, tetap miliki makna yang buruk.

Pemakaian kata anjay memang harus dihentikan, karena dapat mendiskreditkan tata susila tindak tutur anak-anak milenial. Apabila hal ini dibiarkan dan dibiasakan, ketika muncul penghalusan kata kasar yang baru, maka tindak tutur anak-anak akan mengalami perubahan yang buruk, sehingga dapat merusak perkembangan bahasa. Maka dari itu, latihlah anak dalam berbahasa yang baik, yang benar, yang sopan dan santun, untuk mengutamakan tata susila dalam bertindak tutur.

Percuma apabila memiliki ilmu yang tinggi, tetapi tidak memiliki adab. Karena ilmu yang tidak dibarengi dengan adab, maka akan terlihat seperti orang yang tidak berilmu. Ilmu dan adab seperti jiwa dan pikiran, kalau tidak menyatu, tidak akan berjalan dengan baik. Belajar adab lebih dahulu, baru mencari ilmu.

Semoga bermanfaat.

Belajar bahasa Indonesia itu mudah.

Utamakan bahasa Indonesia, lestarikan bahasa daerah, kuasai bahasa asing.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun