Setelah kita menelusuri perjalanan menelisik kata anjay, kita dapat mengetahui bahwa dibalik kata anjay memiliki makna yang buruk. Namun, kebiasaanlah yang menganggap perkataan ini sebuah ungkapan kekaguman kita pada si lawan bicara atau pasangan bicara kita. Kata anjay ini sering kali digunakan oleh anak-anak milenial saat ini.
Kurangnya wawasan dan pengetahuan serta kepedulian orang dewasa kepada anak-anak di sekitar kita, terhadap perkataan anak-anak zaman sekarang, membuat anak-anak dalam berkata tidak memiliki batas kontrol untuk memilah bahwa kata ini baik atau tidak. Kita pun menganggapnya kata anjay ini adalah kaya yang biasa saja, tetapi yang terjadi kata anjay ini secara tidak langsung dapat mendiskreditkan tata susila tindak tutur anak-anak milenial saat ini.
Kata anjay pada saat telah menjadi polemik, dikarenakan atas aduan seorang aktor bernama Lutfi Agizal kepada Komnas PA (Perlindungan Anak) tentang kata anjay, yang dilansir oleh suara.com.
Pihak Komnas PA pun akhirnya minta hentikan bicara anjay di kalangan anak-anak. Komnas PA Arist Merdeka Sirait, selaku ketua Komnas PA akhirnya mengeluarkan surat edaran pada sabtu (29/08/2020) yang berisikan imbauan kepada anak-anak agar tidak lagi menggunakan atau melontarkan kata anjay.
Arist pun akhirnya angkat bicara dalam wawancaranya,mengatakan "hentikan sekarang juga menggunakan kata 'anjay'," Ujar Arist kepada Suara.com. Walau kita sebagai masyarakat umum, memiliki  asumsi dan pandangan yang berbeda-beda tentang kata anjay ini.
Ada yang mengatakan penggunaan kata anjay tergantung konteksnya untuk apa. Namun, apabila kita mengingat penelusuran kata anjay dari kata anjing yang dipadanankan atau ditransformasikan melalui penghalusan kata, tetap miliki makna yang buruk.
Pemakaian kata anjay memang harus dihentikan, karena dapat mendiskreditkan tata susila tindak tutur anak-anak milenial. Apabila hal ini dibiarkan dan dibiasakan, ketika muncul penghalusan kata kasar yang baru, maka tindak tutur anak-anak akan mengalami perubahan yang buruk, sehingga dapat merusak perkembangan bahasa. Maka dari itu, latihlah anak dalam berbahasa yang baik, yang benar, yang sopan dan santun, untuk mengutamakan tata susila dalam bertindak tutur.
Percuma apabila memiliki ilmu yang tinggi, tetapi tidak memiliki adab. Karena ilmu yang tidak dibarengi dengan adab, maka akan terlihat seperti orang yang tidak berilmu. Ilmu dan adab seperti jiwa dan pikiran, kalau tidak menyatu, tidak akan berjalan dengan baik. Belajar adab lebih dahulu, baru mencari ilmu.
Semoga bermanfaat.
Belajar bahasa Indonesia itu mudah.
Utamakan bahasa Indonesia, lestarikan bahasa daerah, kuasai bahasa asing.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H