Dalam diskusi tersebut, salah satu pemateri menerangkan bahwa Momen peristilahan POKIR yang disalahgunakan ini sebenarnya merupakan dampak dari adanya intervensi yang terjadi pada proses negosiasi oleh eksekutif-legislatif, Dan permasalahan demikian terjadi karena banyaknya pihak yang mengalami tuna-integritas.
Paparan diskusi berdurasi selama 2 jam tersebut diakhiri dengan statement Abdul Aziz yang mengkisahkan posisi Anak Muda dalam menjaga totalitas idaelisnya. Dia melanjutkan bahwa idealis jangan sampai di otak saja tapi perutnya kapitalis, sehingga sifat idealis luntur pasca memperoleh makan, ya seminimal mungkin diajak ketemauan di acara syukuran.
Tak lain, ini merupakan upaya pembangunan karakter agar aktivis idealis tidak bernasib tragis ketika masuk gelanggang politis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H