pada pelukan hangat itu akan tetap abadi
kau selalu impikan rangkul Juni, menunggang hujan saat mekar bersemi, betapa indah!
di sudut paling sudut kota ini, Â kafe itu ternyata mangkir makna
hujan berdusta bertamu Juni, di luar sana gemericik bernyanyi
derai itu bukan tumbuh di sana, tapi sembab di  dada
dusta Juli pada mata air mata  memancar
kau lupa terkadang luka menikam, ketika pupus Juli, hujan itu tumbuh di mata
aku tak sempat mencoba, beritahu pada akhirnya alpa.
rintik hujan bulan Juni, selalu kau impikan nanti
menyemei petir semoga, berpacu kilat sempurna.
duhai, letih tlah coba, amarah meletup hujan magma
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!