Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - Menebus bait

Karyawan swasta dan penulis. Menulis sejak 1989 sampai sekarang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Lagu Terakhir untuk Seorang Dei

2 Maret 2020   11:41 Diperbarui: 2 Maret 2020   11:59 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi :pixabay

Aku berhenti membaca suratmu. Kulihat Om Saf tertunduk seolah merasa bersalah.

Juga tentang gelang rotan dari Papua. Lima buku puisi. Dan lusinan buku cerpen. Semua itu masih utuh. Kau bisa memintanya kepada Ayah. Semua kusimpan di kamarku. Kau harus janji akan tetap menjaganya. Merawatnya seperti merawat cinta kita yang pernah kau janjikan. Kuharap kau jangan melupakan aku.

Peluk cium dariku yang telah pergi jauh darimu. Tertanda, DEI.

Air mataku seolah tak habis-habis mengucur deras. Aku rindu sekali padamu, Dei. Di sini begitu dingin dan lembab. Betapa sepi tanpamu.

02/03/2020

---sekian---

Dari kisah yang tercecer sebelum kepergianmu. Aku hanya mencoba merabanya.

Tim Lintas Jawa-Sumatera

Rifan Nazhip

Ummu el Hakim 

Zahrotul Mujahidah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun