Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - Menebus bait

Karyawan swasta dan penulis. Menulis sejak 1989 sampai sekarang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tentang Mangga Manalagi

16 November 2019   11:35 Diperbarui: 16 November 2019   12:55 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Itu ibuku." Seolah tahu apa yang sedang kau pikirkan, Manto membuatmu tak perlu lagi bertanya. Tapi sungguh membuatmu bertanya-tanya. Sebenarnya ayah anak itu siapa?

Kau ingat pagi itu mata Aminah sembab. Kau baru siuman habis mabuk berat. Selimut-selimut berhamburan. Baju Aminah acak-acakan. Kau tak yakin telah melakukannya. Kau hanya mabuk berat. Aminah juga tak bercerita apa-apa sejak itu. Bahkan saat kau akan terbang ke Jerman, dia sedang menginap di rumah neneknya nun di kampung sana.

"Itu foto ibu Manto." Perempuan itu lebih memperjelas." Dia meninggal saat melahirkan anak ini. Ayahnya sungguh tak bertanggung jawab. Sudah melakukan, tapi terbang ke luar negeri. Itu cerita terakhir Aminah sebelum meninggal. "

"Ke luar negeri mana?" Jantungku berdebar.

"Ke Je-Je." Perempuan itu seperti mengingat sesuatu.

"Ke Jerman, ya?"

"Ya, dia memang tak bertanggung jawab. Dia enak-enakan kuliah di sana."

Kau ingat setelah setahun kuliah di Jerman, kau pulang ke Medan. Kau diam-diam mencari Aminah. Tapi kau kehilangan jejak. Rumah perempuan itu telah rata dengan tanah, dan berdiri di atasnya sebuah gedung bertingkat tiga.

Kau tiba-tiba ingin menangis. Kau lihat mata Manto. Ada Aminah tumbuh di matanya. Kau ingin berterus-terang bahwa lelaki yang tak bertanggung jawab itu adalah kau. Namun kau pikir, bukan waktu yang tepat untuk mengatakannya. Sebelum kalian berpisah, kau hanya memberikan uang lima ratus ribu kepada Manto sesuai  janjimu. Janjimu dalam hati akan sering ke rumah ini.

Kau pulang dengan kepala dibanduli masalah. Hari mulai gelap saat kau tiba di rumahmu. Istrimu yang membuka pintu. Dia bertanya tentang mangga pesanannya. Kau tersentak, dan hanya berkata lupa, tanpa ada ekspresi rasa bersalah. Istrimu melihatmu dengan curiga, jangan-jangan kau menyembunyikan sesuatu.

Sapta, 161119

---sekian---

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun