Mohon tunggu...
Rifa Miftahul Janah
Rifa Miftahul Janah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Blog ini dibuat sebagai media portofolio online dan juga penyaluran hobi. Semoga tulisan-tulisan yang saya unggah bisa sedikit bermanfaat untuk para pembaca.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Kebiasaan Multitasking, Apakah Ternyata Berbahaya?

17 Maret 2023   15:13 Diperbarui: 28 Maret 2023   00:15 1146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Multitasking (Sumber: unsplash.com)

Multitasking, mungkin kata tersebut sering sekali kita dengar dan ucapkan. Sebenarnya apa sih multitasking itu? 

Multitasking adalah keadaan dimana seseorang mampu mengerjakan berbagai aktivitas secara bersamaan. Misalnya ketika ibu sedang memasak, biasanya diselingi dengan aktivitas beberes rumah.

 Atau contoh yang paling mudah adalah ketika kita menonton video di media sosial, tidak jarang kita sembari membaca kolom komentar. Pasti sebagian dari kita berpikir bahwa menjadi seorang yg multitasking itu adalah suatu kebanggaan. 

Karena dengan kita melakukan multitasking waktu yang diperlukan jadi efisien. Karena bagi sebagian orang efisiensi waktu itu bisa saja sebuah prioritas, oleh sebab itu multitasking sangatlah dibutuhkan.

Tapi tahukah kamu, menurut beberapa hasil penelitian sebenarnya seseorang itu tidak bisa multitasking. Bahkan banyak yang menyebutkan bahwa multitasking itu adalah sebuah mitos! Loh kok bisa disebut mitos? 

Karena faktanya otak itu tidak bisa  fokus dalam melakukan dua hal atau lebih aktivitas dalam satu waktu. Apalagi jika aktivitas yang dilakukan memerlukan kinerja otak yang sama dan harus memiliki fokus yang tinggi. 

Misalnya saja ketika kita sedang membaca buku sambil mendengarkan musik berlirik dengan melakukan hal itu secara bersamaan kita  malah menghambat proses otak kita untuk mencerna kata-kata atau kalimat yang sedang kita baca, itu karena secara bersamaan kita juga memaksa otak kita untuk mencerna kata-kata dari lagu yang kita dengarkan. 

Begitu juga saat di kelas, misalnya saat dosen atau guru sedang menjelaskan sebuah materi di kelas, lalu kita sembari bermain handphone entah itu membalas chat ataupun melihat media sosial semua aktivitas tersebut memerlukan bagian otak prefrontal cortex, dan saat semua aktivitas ini berebut untuk mendapatkan perhatian dari otak kita, otak kita akan menjadi sangat kewalahan.

Dan ternyata sudah banyak peneliti yang mengangkat topik ini bahwa kita tuh sebenarnya tidak bisa multitasking atau mungkin kalian adalah 1 dari sekian persen manusia di dunia ini yang benar bisa melakukan multitasking. 

Tapi untuk orang basic seperti saya, ya sebenernya ga bisa. Itu bukan multitasking, yang saya dan kebanyakan orang lakukan adalah switching atau pindah-pindah antara satu aktivitas ke aktivitas lain. 

Dan kebiasaan switching ini selain bisa memperlambat kita dalam melakukan suatu hal tetapi juga bisa menghambat kinerja otak kita. 

Riset membuktikan kebiasaan switching ini bisa menurunkan IQ level kita hingga 10 poin. Dan kerugian lain yang disebabkan oleh switching atau multitasking ini adalah kita akan sulit berada di keadaan yang nyaman saat kita bekerja. 

Padahal rasa nyaman itu sangat diperlukan untuk meningkatkan produktivitas kita. Dikarenakan saat kita dihadapkan dengan beberapa pekerjaan otak kita mengalami dua proses, pertama Goal shifting yaitu keadaan dimana otak kita menentukan pekerjaan mana yang lebih dahulu dikerjakan. 

Kedua Role activation yaitu keadaan dimana otak kita menentukan bagaimana cara untuk mengerjakan pekerjaan tersebut. 

Jika kita terus menerus berganti aktivitas apalagi untuk hal-hal yang kompleks, kita sama saja seperti terus menerus memaksa otak kita untuk mereset dirinya guna melakukan pekerjaan baru. 

Pada akhirnya lama-kelamaan otak kita akan kewalahan, akan stress dan pada akhirnya akan membuang waktu lebih banyak.

Nah, dari pada kita multitasking lebih baik kita belajar untuk single tasking saja, karena memang single tasking itu lebih banyak memberikan keuntungan untuk kita. 

Kita akan menjadi lebih produktif lalu hemat waktu dan juga hasil pekerjaan yang kita lakukan akan lebih baik, karena kita memang fokus pada satu pekerjaan itu. 

Jadi sekarang bisa pelan-pelan merubah mindset kita, yang tadi nya " pekerjaan apa yang bisa saya lakukan" menjadi "pekerjaan apa yang harus saya lakukan". 

Dan saya tahu buat sebagian orang memang single tasking itu sulit dilakukan termasuk untuk saya sendiri. 

Karena memang walaupun otak itu sulit untuk fokus pada banyak hal secara bersamaan, otak kita memang cenderung lebih menyukai multitasking karena memang dasarnya manusia itu mudah bosan. Jadi memang memerlukan lebih sedikit usaha untuk bisa melatih single tasking ini. 

So, mari berlatih single tasking ini secara perlahan yaa, semoga tulisan yang saya buat ini bisa bermanfaat. Terima kasih semua

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun