Dengan sikap kritis tersebut sangat menarik jika dipahami lebih dalam. Tidak hanya modal semangat dan ambisi. Alih-alih ingin membuka bisnis kekinian namun takut jika bangkrut, beresiko atau mandeg ditengah jalan. Kita menyadari bahwa pandemi tempo hari memiliki traumatis tersendiri bagi entrepreneur muda. Ekspetasinya dalam membangun usaha kekinian bagi mereka adalah keren, beda daripada yang lain, dan estetis dimata masyarakat.
Maka sebelum menganalisa lebih jauh, sebagai calon entrepreneur muda sesekali harus melihat dari sisi realistis ketimbang idealis. Karena untuk membangun kantong yang tebal perlu backup dana, entah dari investor ataupun orang terdekat kita. Tentunya kita tidak ingin merugikan banyak pihak.
Model bisnis start up dengan gaya atau desain konvensional menurut saya lebih tepat jika pertimbangannya karena resiko.
Membuat kesan atau nuansa sederhana dalam bisnis bukan berarti menghambat idealisme kita.
Jika kita Ingin membangun brand baru dengan konsep konvensional itu lebih baik dan tidak beresiko kenapa kita tidak mencoba? misal ingin membuat brand baru dengan merk "Mie Ayam Pak Tarno" dengan konsep biasa-biasa saja, lebih awet dan berpotensi menghasilkan uang.
Ataukah masih terobsesi dengan konsep kekinian/kontemporer dengan merk "Mie Ngaconan" karena merasa sedikit kompetitor, atau dengan konsep desain interiornya yg lebih kece misalnya.
Justru tantangannya ialah menggugat fikiran-fikiran kritis tersebut yang kadang menjamur karena tak kunjung terimplementasi pasca pandemi.
Kondisi ini perlu diarahkan dan digiatkan oleh tokoh-tokoh UMKM. Agar calon entrepreneur muda tidak hanya melihat peluang dari sisi kontemporernya. Tapi juga melihat dari sisi konvensionalnya; kebutuhan dan juga keawetan.
Terlepas dari strategi bisnis, kembali lagi yang menjadi pertimbangan apakah tetap menjaga idealisme atau bersikap realistis? Ingin melihat potensi cuan atau ingin dianggap keren tapi beresiko?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI