RAMADHAN DAN PUASA PRAPASKAH: TINJAUAN SOSIOLOGIS
Bulan Maret 2024 Tahun ini umat Islam patut merasa bahagia, karena sahrur Ramadhan akan menjadikan manusia yang fitrah, demikian pula umat Nasrani pun menjalankan ibadah puasa pra Paska. Dua tradisi keagamaan yang ada di Indonesia begitu terasa kental dengan puasa ini, terutama yang berada di Nusa Tenggara Timur terkhusus daratan Flores dan kepulauannya.
Ramadhan tahun 2024 jatuh pada tanggal 12 Maret 2024 hingga 10 April 2024 menunggu ketetapan Menteri Agama, sedangkan puasa prapaskah sudah dilaksanakan sejak tanggal 14 Februari 2024 hingga Jumat Agung yang bertepatan pada tanggal 29 Maret 2024. Suasana puasa di kampungku Lamahora, Lembata begitu terasa, karena kedua umat beragama ini saling menghargai dan toleransi yang tinggi, memaknai puasa yang sesungguhnya.
Puasa Ramadhan adalah puasa yang dilakukan selama tiga puluh hari bulan Ramadhan. Ini adalah puasa yang diwajibkan bagi semua orang Islam yang telah baligh, berakal, dan tidak dalam keadaan haid atau nifas. Sedangkan menurut Lembaga Alkitab Indonesia, istilah Ingris untuk prapaskah disebut lent, yang berarti "musim semi". Prapaskah seharusnya merupakan hari-hari terakhir menjelang kematian Tuhan Yesus. Namun, lebih dari itu, berpuasa dan menahan diri selama prapaskah adalah tanda penyangkalan diri, menahan diri dari kepentingan diri kita sendiri, dan memfokuskan hidup kita pada Tuhan. Bagi orang-orang yang beragama Nasrani, puasa merupakan hubungan pribadi antara mereka dan Tuhan yang tidak boleh diketahui oleh orang lain. Namun, jemaat dianjurkan untuk berpuasa dan pantang secara bersamaan selama empat puluh hari untuk puasa prapaskah.
Tujuan Berpuasa
 Katolisitas percaya bahwa puasa sebelum dan sesudah paskah adalah tanda pertobatan. Puasa dan pantang dilakukan oleh orang Nasrani sebagai cara untuk menyangkal diri atau "mematikan diri sendiri". Ini adalah peringatan kesengsaraan dan pengorbanan Tuhan Yesus di salib untuk menebus dosa manusia. Pasti, puasa sebelum Paskah, yang berlangsung dari Rabu Abu hingga Jumat Agung. Doa tidak terlepas dari puasa dan pantang. Hal ini dilakukan untuk mendekatkan kita pada Tuhan dengan menyesali apa yang kita lakukan, bertobat, dan mengevaluasi diri kita sendiri, seperti yang Tuhan Yesus lakukan empat puluh hari menjelang kematian-Nya. Nasrani menganggap puasa dan pantang sebagai bentuk latihan spiritual untuk mendekatkan diri pada Tuhan dan sesama. Tuhan mengundang semua orang untuk berpartisipasi dan ikut terlibat secara langsung dalam usaha penyelamatan dunia. Karena itu, sangat penting untuk mendoakan kebaikan dunia dan orang lain selama puasa dan pantang.
Ibadah puasa Ramadan diwajibkan bagi umat muslim untuk beberapa alasan. Bahkan ayat Al-Qur'an dan hadits memberikan penjelasan yang jelas tentang tujuan puasa ini.
Salah satu ibadah Islam yang termasuk ke dalam rukun Islam, puasa memiliki tujuan yang harus dicapai oleh orang yang berpuasa. Salah satu makna utama dari istilah "shaum" atau puasa adalah menahan diri dari makan dan minum. Istilah "shiyam" juga berarti berpuasa atau menahan diri dari makanan, minuman, dan keinginan seksual selama waktu fajar hingga matahari terbenam. Â Sholat diwajibkan pada tahun kedua Hijriah di Kota Madinah, dan kemudian diikuti dengan kewajiban berpuasa. Menurut Al-Qur'an, memperoleh tattaqun adalah tujuan berpuasa. Tahukah Anda apa itu tattaqun? Dalam buku Mokhtar Stork Panduan A-Z Memahami Al-Qur'an, menjelaskan bahwa kata ini dapat berarti hal-hal seperti "menahan diri", "kesadaran akan Allah", "menjaga barang dari apa yang menyakitinya", dan sebagainya. Dalam Al-Baqarah:183 menyatakan tujuan puasa menurut Islam adalah untuk menjadikan seseorang bertakwa. Dalam jangka panjang, tujuan dari puasa adalah menanamkan takwa ini sebagai dasar dan cara hidup yang sehat. Dalam ayat di atas, seseorang digambarkan sebagai "mendirikan bangunan di atas tanah pasir di tepi jurang lalu runtuh bersamanya ke dalam api neraka" untuk menunjukkan bahwa asas hidup yang tidak bergantung pada takwa dan keridaan Allah adalah hal yang salah.
Katolisitas percaya bahwa puasa sebelum dan sesudah paskah adalah tanda pertobatan. Puasa dan pantang dilakukan oleh orang Nasrani sebagai cara untuk menyangkal diri atau mematikan diri sendiri. Pasti, puasa sebelum Paskah, yang berlangsung dari Rabu Abu hingga Jumat Agung. Doa tidak terlepas dari puasa dan pantang. Lebih lanjut puasa dan pantang sebagai bentuk latihan spiritual untuk mendekatkan diri pada Tuhan dan sesama. Karena itu, sangat penting untuk mendoakan kebaikan dunia dan orang lain selama puasa dan pantang.
Ibadah puasa Ramadan diwajibkan bagi umat muslim untuk beberapa alasan. Bahkan ayat Al-Qur'an dan hadits memberikan penjelasan yang jelas tentang tujuan puasa ini. Salah satu ibadah Islam yang termasuk ke dalam rukun Islam, puasa memiliki tujuan yang harus dicapai oleh orang yang berpuasa. Salah satu makna utama dari istilah shaum atau puasa adalah menahan diri dari makan dan minum. Dalam jangka panjang, tujuan dari puasa adalah menanamkan takwa ini sebagai dasar dan cara hidup yang sehat.
Sudut Pandang Sosiologi
Kacamata sosiologi melihat puasa sebagai fenomena sosial yang berdampak pada individu dan masyarakat. Dalam konteks ini, sosiologi dapat mempelajari banyak hal seperti:
Solidaritas Sosial:
Kedua kebiasaan puasa ini mendorong solidaritas sosial. Mereka yang beragama Islam berpuasa bersama dan sering mengadakan buka puasa bersama, seperti yang dilakukan oleh orang-orang Nasrani pada hari Paskah. Proses puasa ini menciptakan hubungan antarumat beragama. Tradisi toleransi di Kabupaten Lembata adalah Berbuka Puasa Bersama. Tradisi ini tidak saja berlaku bagi umat Islam, namun umat Nasrani dalam satu perkampungan, hubungan sosial ini sudah terjadi sejak lama. Di beberkan salah seorang tokoh Nasrani bahwa bahwa tradidi berbuka puasa bersama bukan hal yang baru di sini, karena saudara-saudara saya pun ada yang beragama Islam (Watan) dan kebetulan saya beragama Nasrani. Kita saling memberi, bertukar makanan seperti umbi-umbian dan sayur-sayuran dari kami yang beragama Nasrani (Kiwan) dan saudara-saudara kami Islam memberikan kami ikan, garam dll. Begitulah cara kami saling menghargai, toh begitu persoalan keyakinan kami berjalan sesuai keyakinan masing-masing.
Pengendalian Diri:
Puasa melatih kemampuan individu untuk mengendalikan diri dari hawa nafsu. Ini tentunya berdampak positif pada kehidupan sosial. Individu yang mampu mengendalikan diri akan lebih bisa menjaga ketertiban dan harmoni sosial. Oleh karena itu, puasa menjadi alat pengendalian diri yang menuntut seseorang untuk mengontrol dirinya untuk tidak melakukan hal-hal yang merugikan dirinya sendiri, orang lain, dan lingkungan. Semua yang disebutkan di atas menunjukkan bahwa puasa bukan hanya sebuah ibadah yang mengharuskan seseorang untuk menahan keinginan, dahaga, dan lapar atau sesuatu yang dapat membatalkan puasa
Transformasi Sosial:
Puasa dapat menjadi sarana transformasi sosial. Melalui pengalaman menahan lapar dan dahaga, individu diharapkan menjadi lebih peka terhadap kondisi sosial di sekitarnya. Â Mereka terdorong untuk berbagi dan peduli kepada sesama yang kurang mampu. Puasa membawa perubahan sosial dan spiritual yang tidak dapat diukur. Umat tidak hanya diajarkan untuk lebih dekat kepada Allah melalui ibadah dan doa, tetapi juga belajar untuk berbagi dan mengasihi sesama, terutama mereka yang kurang mampu.
Dengan memaksimalkan pengamalan berpuasa, kita dapat menunjukkan rasa syukur kita atas nikmat-Nya dengan berpuasa. Kita juga harus menjadikan puasa sebagai cara untuk mencapai ketakwaan yang termanifestasi dalam akhlak dan amal kita dengan menjadikan agama yang kita yakini sebagai satu-satunya petunjuk bagi kehidupan manusia. Jika tidak, kita tidak akan dapat memanfaatkan dan mensyukuri nikmat-Nya.
Reproduksi Makna Religius:
Kedua tradisi puasa ini mereproduksi makna religius dalam masyarakat. Â Praktik puasa diwariskan dari generasi ke generasi, sehingga nilai-nilai agama tetap terpelihara. Puasa adalah salah satu simbol agama yang sering disalah artikan. Imam Al-Ghazali memberikan beberapa penjelasan tentang hal ini, yang membantu kita mendapatkan keutamaan puasa seutuhnya. Salah satu peringatan pertama yang beliau berikan adalah agar kita tidak membatasi jumlah puasa kita kerjakan, justru yang terjadi kita akan kehilangan kesempatan untuk memperindah masa depan akhirat dengan berbagai hal sunah, termasuk puasa sunah, jika kita memahami ini.
Jika seseorang berhasil mengontrol nafsunya setelah berpuasa terutama dalam Ramadhan (Islam) dan Prapaskah (Nasrani) dan seterusnya, dia benar-benar beruntung karena telah dekat dengan derajat takwa, tujuan dari puasa itu sendiri.
Perbandingan Ramadhan dan Puasa Prapaskah
Meskipun ada hubungannya dengan ritual dan makna sosiologis, namun ada beberapa perbedaan utama yang membedakan puasa Ramadhan dari puasa Prapaskah, diantaranya pertama puasa Ramadhan bertujuan untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT. Puasa Prapaskah dilakukan untuk berduka atas wafatnya Yesus Kristus dan mempersiapkan diri untuk menyambut kebangkitanNya. Kedua sementara puasa Ramadhan dilakukan selama satu bulan penuh, puasa pra-Paskah biasanya dilakukan selama empat puluh hari. Ketiga dalam hal peribadatan, sholat tarawih, tadarus Al-Quran, dan pembayaran zakat fitrah mengiringi puasa Ramadhan serta kegiatan seperti berdoa, renungan, dan pertobatan mengiringi puasa Prapaskah.
Simpul
Kajian sosiologis terhadap kebiasaan puasa Ramadhan dan Prapaskah menunjukkan betapa pentingnya ritual puasa bagi masyarakat. Puasa tidak hanya merupakan cara untuk mengikuti ajaran agama, tetapi juga membangun solidaritas dan transformasi sosial. Tujuan dan praktik dari kedua tradisi puasa ini berbeda, tetapi keduanya berkontribusi pada kerukunan dan kedamaian masyarakat.
Lamhora, 18 Maret 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H