Sekelompok warga Kampung Sukaraja, RT 06/RW 05, Desa Cikeas, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, berkerjasama mengelola sampah dengan menggunakan Insinerato.
Dengan menggunakan gerobak, sampah-sampah rumah tangga mereka kumpulkan dan dibawa ke Tempat Pembungan Sampah Terpadu (TPST) Sukaraja.Â
Sebelum di bakar ke dalam tungku, para pengelola yang mereka namai dengan sebutan Ruhai ini (nyala, dalam bahasa Sunda. red), memisahkan sampah sesuai jenisnya masing-masing.Â
Dibagi menjadi sampah organik berupa dedaunan, sayuran atau buah-buahan dan sampah non-organik yang terdiri dari sampah plastik, botol plastik, botol kaca ,kardus dan sampah B3 atau sampah medis.
Sistem Kerja Insinerator (Tungku Pembakaran Sampah)
Tidak semua sampah dibakar didalam tungku insinerator. Sampah-sampah yang bernilai ekonomis seperti botol plastik, botol kaca, kardus ataupun besi dan sampah-sampah yang memungkinkan di resycle mereka kumpulkan dan nantinya dijual ke Pengepul.Â
Sedangkan sampah organik, seperti sampah sayuran dan buah-buahan mereka manfaatkan untuk dijadikan pupuk cair dengan bantuan alat komposter.
Didalam tungku, terdapat 2 saringan yang berfungsi menyaring juga memisahkan sampah dengan residu (hasil pembakaran sampah). Kemudian dilengkapi dengan alat Scruber yang berfungsi sebagai penyaring partikel-partikel berbahaya sehingga asap yang dikeluarkan tidak membahayakan.
Pertama, sampah kering dimasukan dibagian terbawah kemudian dibakar. Kedua, sampah-sampah basah dimasukan berkala diatasnya.Â
"Nah ini kan sistemnya seperti oven. Jadi sampah basahpun dalam satu jam bisa kering."ungkap Ketua Pengelola TPST Sukaraja ini, pada Minggu (12/07).
Dengan kapasitas 2 tungku, Insinerator yang dimiliki TPST Sukaraja ini mampu menggarap sampah hingga 1 ton dengan waktu setengah hari atau sekitar 6 jam.Â
Presentase hasil residu yaitu dari 1 grobak sampah penuh akan berubah menjadi 1 pengki residu atau 1 grobak penuh sama dengan 5 % abu residu.
Mursyid menambahkan, residu hasil pembakaran yang berupa abu ini bisa diubah menjadi batako, papinblok atau dijadikan campuran untuk media tanam.
"Abu atau residu dari pembakaran itu bisa dimanfaatkan untuk pembuatan batako, papinblok dan banyak juga yang memanfaatkan untuk campuran media tanam. Sampah organik bisa kita jadikan pupuk cair atau kompos. Kalau sampah pempers bisa kita ubah jadi pot tanaman,"Â tambahnya.
Alasan Ciptakan TPST Sukaraja
Sebelumnya, mereka melakukan penelitian kecil terhadap kebiasaan atau pola masyarakat yang sering membuang sampah sembarangan.Â
Mursyid dan beberapa warga juga didalamnya para pemuda yang tergabung dalam Kelompok Jaringan Masyarakat Peduli Daerah Sungai (JAMPEDAS) Â menemukan fakta bahwa, rata-rata para warga membuang sampah ke-24 titik yang dijadikan Tempat Pembuangan Sampah liar. Meliputi pinggir jalan, bantaran sungai, selokan dan lain-lain.Â
Dari fakta dilapangkan ini, kemudian mereka mengambil tindakan dengan memasang pamflet peringatan di setiap 24 titik TPS ilegal itu berharap warga tidak membuang sampah sembarang lagi.
"Kami berkerja sama dengan pihak RT juga RW, mulanya kami melakukan pendekatan kepada masyarakat dengan mensosialisasikan akan pentingnya menjaga lingkungan dan mengungkapkan akan niat kami yang akan membuat TPST Sukaraja sebagai solusi agat masyarakat tidak buang sampah sembarangan lagi,"Â tuturnya.
Dengan bermodalkan patungan, para pengelola dan donatur, membuat Insinerator berkapasitas 2 tunggu. Menghabiskan dana sekitar 7 s/d 10 Juta Rupiah per-tungku, ukuran lebar 1 m x 1m dan tinggi 2 m dengan kapasitas 1/2 hingga 1 ton per-tungkunya.
Bersama 6 pengelola lainnya, Mursyid mengungkapkan, diawal tak mudah bagi mereka membangun dan menyadarkan para warga untuk mengubah kebiasaan lamanya.Â
Namun berjalannya waktu, wargapun mulai tertarik dan sadar. Bermula konsentrasi pengarapan hanya terpusat 2 RT dan kini TPST Sukaraja ini sudah bisa menggarap sampah  RW 05 yang terdiri dari 6 RT.
Untuk mendorong agar program berjalan, dikenakan tarif 20 Ribu Rupiah/bulan untuk setiap kepala keluarga. Dana yang terkumpul akan di gunakan sebagai gaji bagi para pengelola, biaya pemeliharaan juga sesekali mereka sumbangkan untuk kegiatan amal di masyarakat.
Mursyid dan para pengelola akan terus memperbaiki kinerja juga kedepannya akan membuka pelatihan bagi siapa saja yang ingin belajar membuat TPST serupa bagi daerahnya.
Rifai Malik
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI