Nah, dibalik faktor-faktor tersebut sudah jelas bahwa gaya hidup hedonis mudah ditemukan, tetapi balik lagi ke faktor utama yaitu dari faktor pribadi. Karena pada dasanya diri kita sendirilah yang mampu menahan dalam bertindak.Â
Sifat hedonism sebenarnya memiliki sifat positif, yaitu mangajak manusia untuk menikmati kehidupan dengan kesenangan dan kebahagiaan, agar manusia tidak berlarut dalam keadaan sedih atau murung.
Tetapi, saat ini banyak orang yang larut dalam kesenangan dan kebagahiaan berlebihan, tanpa memikirkan dampak kedepannya. Terdapat beberapa dampak akibat gaya hidup hedonism yaitu sebagai berikut :
1.Struktur keuangan jadi tidak sehat
Salah satu dampak hedonism adalah struktur keuangan jadi tidak sehat. Sebab gaya hidup hedonis membuat kita banyak berbelanja sesuatu secara berlebihan.sehhingga dapat menyebab kan pengeluaran lebih besar daripada pemasukan, dan jika dalam jangka Panjang dapat membuat keuangan tidak sehat.
2.Tidak adanya perencanaan keuangan jangka Panjang
Tidak adanya perencanaan keuangan jangka Panjang merupakan dampak hedonis, sebab pelaku hanya berfokus pada pemeuhankesenangan dan kebagahagiaan semata. Pastina hal ini berakibat tidak baik, karena dengan mengeluarkan uang tanpa mempertimbangkan aspek kebutuhan dan prioritas.
3.Memicu hutang dan depresi
tuntutan gaya hidup hedonis tidak akan pernah habis. Meraka akan mencari banyak cara untuk memenuhi keinginannya. Sehingga memaksakan dapat memicu hutang dan depresi. Jika tidak bisa mengatur keinginan dan keuangan, maka bisa saja pelaku rela berhutang untuk pemenuhan hal tersebut, sehingga berakibat terlilit hitang dan menimbulkan depresi.
Setelah mengetahui dampak yang sangat merugikan bagi kehidupan pribadi dan sekitar, kita harus bisa mencegah dan mengatasi gaya hidup tersebut yaitu dengan cara menyadari bahwa hidup bukan hanya tentang senang-senang saja, kita sebagai manusia harus memnyadari bahwa kehidupan selalu berputar, terkadang kita diberikan masalah sehingga membuat suasana hati menjadi sedih, susah bahkan kesulitan.Â
Terkadang sayapun tersadar bahwa alasan melakukan hal tersebut sebagai bentuk sel-reward. Tetapi kitapun harus paham kapan waktunya self-reward, sesekali itu harus tetapi jangan sampai terus menerus.