Mohon tunggu...
Tankulava
Tankulava Mohon Tunggu... Guru - Rifai el-Carbon

Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN-SU

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Arti Sebuah Ikatan

8 September 2020   18:21 Diperbarui: 8 September 2020   18:07 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Apa kabar saudaraku?" Memecah lamunan Shin "Kau tidak perlu terkejut begitu" Ucap Syim tidak merasa bersalah sedikit pun. "Inilah impianku Shin" sambungnya dan melanjutkan pertarungan.

"Ada apa denganmu Syim? Kenapa kau lakukan ini semua" ucap Shin, namum Syim tak memperdulikan. "Apa kau marah dengan putusan raja dan padaku".

"Aku hanya ingin merubah takdirku. Kau dan mereka semua sama saja, tidak pernah menganggap keberadaanku. Aku benci kalian semua" teriak Syim.

"Pada awalnya, aku memang cemburu kenapa hanya kau saja? Padahal kita sama-sama berbakat, kita tidak bisa dipisahkan. Kau dipuji, dikagumi, dan aku hanya tinggal hinaan orang, tidak ada lagi yang menghargaiku. Tapi disini aku dihargai Shin tidak seperti kalian semua yang munafik".

"Kau sudah salah faham saudaraku, kau adalah keluargaku satu-satunya Syim, aku sudah meminta kepada petinggi kerajaan tapi mereka tidak mendengarkanku"

"Dasar munfik" ucap Syim "Kau juga pasti tahu kalau aku bukanlah penduduk negri ini,  aku adalah anak jendral dari negri Nathalan yang dulu kalian perangi. Kalian membunuh ayah ibuku, dan kalian menculikku. Akulah yang membunuh raja kalian untuk membalaskan dendamku" sambungnya.

Disaat Shin lengah Shin berhasil menumbangkan Syim dan membuatnya terbaring ditanah. Tubuhnya lemah tak berdaya "Sebaiknya kau bunuh aku, aku sudah tak layak hidup lagi dengan keadaanku yang sekarang" Ucap Syim terbata-bata dan sudah mengeluarkan darah dari mulutnya, akibat pukulan Sin kewajahnya.

"Tidak Syim, aku tidak akan pernah membunuhmu, aku lebih suka memilih melakukan apapun bersama-sama dengamu, bahkan menghembuskan nafas terakhir sekalipun" Sahut Shin

"Jika memang begitu buktikanlah padaku". Terdiam sejenak "Mungkin aku tidak lama lagi bertahan, untuk membuktikan perkataanmu itu, aku ingin kita mati disini bersama. Apa kau sanggup Shin?" Situasi menjadi hening, para pasukan masih sibuk dengan pertarungannya.

"Baiklah jika memang itu yang kau inginnkan sahabatku " Sahut Shin.

Shin membuka baju perangnya hingga tersisa baju biasa dan mencabut pedang kecil dari pinggangnya dan berkata "Kalian semua dengarkan baik-baik, setelah pisau ini tertancap di dadaku, aku ingin kalian semua menghentikan pertempuran ini dan buatlah perjanjian perdamaian antara Negara kita dan Clan Ozuma. Hapuskanlah dendam para nenek moyang kita dan buatlah perdamaian yang indah agar generasi kita kedepannya tidak lagi merasakan seperti rasa sakit yang telah kita rasakan" Ungkap Shin sedih hingga meneteskan air mata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun