Mohon tunggu...
Ryyiff
Ryyiff Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Salah satu penulis dari sekiani banyak-nya santri di Pondok Pesantren AN-NUR II Al-Murtadlo, bululawang, Malang.

Memiliki ketertarikan dalam bidang kepenulisan dan fotografi. hanya orang biasa yang memiliki angan-angan tinggi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Meraih Manfaat

16 November 2024   14:04 Diperbarui: 16 November 2024   14:21 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada malam pertama setelah kembali, Arman berkumpul dengan beberapa warga yang sudah terbuka terhadap ide-idenya, seperti Pak Hasan, Hadi, dan beberapa orang muda lainnya. Mereka berbicara tentang bagaimana cara memulai proyek koperasi pertanian yang lebih terorganisir, memanfaatkan teknologi sederhana, dan bagaimana meningkatkan kesejahteraan bersama.

"Apa yang kamu bawa dari kota, Arman?" tanya Pak Hasan.

"Aku belajar banyak tentang bagaimana memanfaatkan sumber daya kita lebih baik," jawab Arman. "Tidak hanya itu, aku juga belajar tentang pentingnya kolaborasi. Semua yang kita lakukan harus melibatkan semua pihak, mulai dari petani hingga generasi muda yang ada di desa. Kalau hanya mengandalkan satu orang atau satu kelompok, kita tidak akan bisa bertahan lama."

Pak Hasan mengangguk pelan. "Memang begitu. Perubahan itu dimulai dari hati, bukan hanya dari pikiran."

Arman tersenyum, merasa lebih yakin dengan arah yang akan ia ambil. Malam itu, mereka merencanakan pertemuan besar dengan seluruh warga desa untuk mendiskusikan gagasan ini lebih lanjut. Arman tahu, jika ini berhasil, desa mereka bisa menjadi contoh keberhasilan untuk desa-desa lain di sekitar mereka.

Perubahan tidak datang begitu saja. Pada pertemuan desa yang pertama, banyak warga yang masih merasa ragu. "Kami sudah bertani dengan cara ini bertahun-tahun, Arman. Kenapa harus berubah sekarang?" tanya Pak Iwan, yang merasa nyaman dengan cara lama.

"Penting untuk berpikir ke depan, Pak Iwan," jawab Arman dengan sabar. "Dunia terus berubah, dan kita harus ikut berkembang. Kalau kita tidak bisa mengakses pasar yang lebih luas atau memperbaiki cara kita bekerja, kita akan tertinggal."

Diskusi itu berlangsung panjang, namun perlahan-lahan beberapa orang mulai terbuka. Hadi, dengan semangat muda yang dimilikinya, mulai menjelaskan beberapa konsep yang Arman bawa dari kota, seperti penggunaan alat pertanian yang lebih efisien dan pengelolaan hasil yang lebih baik. Arman juga menjelaskan pentingnya membangun jaringan pemasaran, seperti membuka saluran penjualan produk pertanian mereka ke luar desa melalui platform online sederhana.

Mereka memutuskan untuk memulai dengan langkah kecil: membentuk kelompok tani yang terdiri dari beberapa keluarga petani yang sudah tertarik untuk mencoba ide baru ini. Mereka akan memulai dengan proyek komunal yang sederhana: memperbaiki teknik irigasi yang ada, mengatur waktu panen yang lebih tepat, dan belajar cara mengolah hasil pertanian mereka dengan lebih efisien.

Namun, ada satu tantangan besar yang Arman belum bisa pecahkan: bagaimana meyakinkan warga yang lebih tua, seperti Pak Iwan dan yang lainnya, yang sudah terjebak dalam cara lama. Arman menyadari bahwa perubahan tidak bisa dipaksakan, dan butuh waktu untuk meyakinkan orang-orang tersebut. Ia mulai menghabiskan lebih banyak waktu bersama mereka, mendengarkan cerita-cerita lama dan berbagi pengalaman tentang bagaimana teknologi dan manajemen baru bisa membantu meningkatkan hasil pertanian.

Setelah beberapa bulan, proyek kelompok tani mulai menunjukkan hasil yang cukup menjanjikan. Beberapa petani melihat peningkatan hasil yang signifikan setelah menerapkan sistem irigasi baru dan teknik pengolahan hasil yang lebih efisien. Namun, tidak semuanya berjalan mulus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun