Mohon tunggu...
Rifa Anisatul Kumairoh
Rifa Anisatul Kumairoh Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

penyuluhan pertanian

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Rantai Pasokan Komoditas Pertanian Cabai Rawit (Capsicum Frustescens) di Indonesia

6 Juni 2022   20:00 Diperbarui: 6 Juni 2022   20:08 1582
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

PENDAHULUAN

            Cabai rawit yang memiliki nama latin Capsicum frusstescens merupakan salah satu komoditas hortikultura yang berpeluang untuk dikembangkan di Indonesia. Apalagi wilayah Indonesia memiliki letak yang strategis karena merupakan negara agraris. Permintaan cabai rawit semakin meningkat setiap harinya karena banyak dikonsumsi oleh masyarakat. 

Prospek cabai rawit sangat menjanjikan, namun permasalahan sering terjadi pada komoditas cabai rawit. Salah satunya adalah faktor cuaca dan fluktuasi harga. Pasokan cabai rawit yang sulit diprediksi menyebabkan risiko semakin besar. Untuk mengatasi masalah tersebut, petani menggunakan konsep rantai pasok atau supply chain management (SCM).

            Rantai pasok atau supply chain management adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh beberapa pelaku (petani dan lembaga) untuk mendistribusikan produk kepada konsumen dengan tujuan untuk mendapatkan nilai tambah. Nilai tambah yang dimaksud adalah nilai tambah produk cabai rawit yang diterima konsumen. 

Manajemen rantai pasok yang tidak efisien mempengaruhi fluktuasi harga cabai rawit. Dalam rantai pasok, ada tiga jenis arus yang harus dikelola, yaitu: 1) aliran barang mulai dari hulu (up stream) hingga hilir (down stream), 2) aliran uang bergerak dari sisi hilir ke sisi hulu, dan 3) aliran informasi bergerak baik dari hulu ke hilir maupun dari hilir ke hulu. Rantai pasok memiliki manfaat bagi para petani, distributor, maupun konsumen.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Manajemen Rantai Pasok Cabai Rawit di Masa Pandemi Covid-19

Penerapan sistem rantai pasok produk pertanian memerlukan suatu manajemen yang bertujuan untuk menciptakan sistem rantai pasok yang efisien dan implementasinya. Kepengurusan yang dibentuk oleh para anggota dalam rantai tersebut akan menghasilkan mekanisme dan pola kelembagaan yang dipilih oleh para pelaku dalam sistem rantai pasok cabai rawit selama masa pandemi. Pada masa pandemi, supply chain management dibagi menjadi 2 sistem saluran pemasaran, yaitu:

  • Saluran Distribusi I

Dokpri
Dokpri

Gambar 1. Saluran distribusi I cabai rawit pada masa pandemi

- Aliran Produk

Aliran produk yang terjadi pada saluran I pada masa pandemi covid-19 berasal dari petani komoditas cabai yang biasanya dari luar daerah yang melakukan kegiatan produksi komoditas cabai di pasar Bersehati. Cabai yang paling diminati konsumen adalah cabai dari Gorontalo, namun pemasok terkait arus produk atau jasa komoditas mengalami dampak atau gangguan akibat pandemi yang terjadi sehingga pengiriman komoditas cabai atau logistik tertunda karena Provinsi Gorontalo menekan kegiatan sosial.

- Aliran Keuangan

Kesepakatan dengan pedagang besar dan tengkulak telah diperhitungkan dengan harga pokok dan harga pasar komoditas cabai yang telah disepakati kedua belah pihak. Mekanisme aliran keuangan ditekankan pada sistem transaksi pembayaran dan pada saluran I sistem transaksi pembayaran dilakukan secara tunai. Sistem transaksi pembayaran antara pedagang besar dan pengepul terjadi pada saat komoditas cabai siap diangkut oleh pedagang besar, kemudian antara pengecer dengan pedagang besar dan konsumen dengan pengecer.

- Aliran Informasi

Arus informasi yang terjadi pada saluran I komoditas cabai meliputi informasi kuantitas/jumlah permintaan-penawaran dan informasi harga serta informasi waktu. Pengecer akan mengecek ketersediaan stok komoditas, informasi harga disepakati dengan melihat harga pasar dan jumlah permintaan kesepakatan melalui telepon antara pengecer dengan pedagang induk.

  • Saluran Distribusi II

Dokpri
Dokpri

Dokpri
Dokpri

Gambar 2. Saluran II distribusi cabai rawit pada masa pandemi

Saluran rantai pasok kedua komoditas cabai di pasar Bersehati pada masa pandemi mengalami sedikit perubahan saluran dari saluran I dan saluran II, pedagang besar melakukan transaksi dengan pengecer di pasar Bersehati, Selanjutnya pengecer melakukan transaksi secara tidak langsung dengan konsumen namun melalui layanan online atas permintaan konsumen yang menggunakan layanan online untuk melakukan pembelian di pasar Bersehati akibat pandemi.

- Aliran Produk petani

Komoditas cabai dijual kepada pedagang besar melalui pengepul. Selanjutnya disalurkan kepada pedagang eceran di pasar Bersehati, namun pada saluran ini komoditas cabai tidak sampai ke konsumen secara langsung melainkan melalui penyedia jasa online yang digunakan oleh konsumen. Aliran komoditas cabai dari masing-masing pasokan masih terjadi selama pandemi. Namun, aliran produk berubah di saluran II dimana peran layanan online sangat dibutuhkan untuk aliran produk komoditas cabai.

- Aliran Keuangan

            Mekanisme yang terjadi pada aliran keuangan pada saluran II adalah sistem transaksi tunai online. Pada masa pandemi, pendapatan masing-masing pelaku berubah karena penurunan pendapatan bagi pedagang namun menguntungkan bagi penyedia layanan online karena digunakan konsumen untuk melakukan belanja online.

-  Aliran Informasi

            Mekanisme yang terjadi dimana konsumen menginformasikan jumlah permintaan kepada penyedia layanan yang digunakannya dapat melalui aplikasi online gojek/grab atau program dari Bank Indonesia yang mendistribusikan kontak retailer di pasar Bersehati. Setelah tercapai kesepakatan antara keduanya, layanan online yang digunakan melakukan transaksi langsung dengan pengecer di pasar sesuai dengan permintaan kesepakatan yang dibuat oleh konsumen dan penyedia layanan.

Efisiensi Rantai Pasokan Cabai Rawit 

Efisiensi Rantai Pasokan cabai rawit studi kasus didesa Ciandum Kecamatan Cipatujah Kabupaten Tasikmalaya.

Tabel 1. Marjin Pemasaran dan Farmer Share dalam Rantai Pasokan Komoditas      

              Cabai rawit

Tabel menunjukkan bahwa pengumpul lokal mengeluarkan biaya seperti biaya transportasi dan pengemasan. Biaya yang paling tinggi adalah beban penyusutan, yaitu Rp 375 per kg. Biaya transportasi yang dikeluarkan oleh pengumpul lokal dipengaruhi oleh jumlah cabai rawit yang dihitung dalam karung dan jarak antar tempat pedagang pasar. Ongkos angkut untuk satu karung adalah Rp. 10.000 yang berisi kurang lebih 40 kg. 

Harga beli cabai rawit dari petani produsen adalah Rp. 15.000 per kg dan dijual ke tengkulak seharga Rp. 17.000 per kg. Total biaya di tingkat pengumpul lokal Rp 950 dan keuntungan Rp 1.050 per kg. Margin pemasaran yang diperoleh pengepul lokal sebesar Rp. 2.000 per kg.

Pedagang tengkulak membeli cabai rawit dari pengepul lokal dengan harga Rp 17.000 per kg. Tengkulak pasar menghabiskan Rp. 925 per kg, yang terdiri dari biaya tenaga kerja sebesar Rp. 250 per kg, biaya kemasan Rp. 300 per kg dan biaya penyusutan sebesar Rp. 375 per kg. Para tengkulak pasar kemudian menjualnya ke pengecer di Pasar Cikurubuk. Harga jual cabai rawit ke pengecer adalah Rp. 19.000 per kg. 

Keuntungan yang diperoleh tengkulak adalah Rp. 1.075 per kg dan margin pemasaran Rp. 2.000 per kg. Pengecer membeli cabai rawit dari pedagang tengkulak pasar dengan harga Rp. 19.000 per kg. 

Pengecer mengeluarkan biaya pemasaran sebesar Rp. 717 per kg. Pengecer kemudian menjualnya kepada konsumen dengan harga Rp. 24.000 per kg. Keuntungan yang diperoleh pengecer sebesar Rp. 4.283 per kg dan margin pemasaran Rp. 5.000 per kg.

Total nilai margin pemasaran cabai rawit adalah Rp. 9.000 per kg, total keuntungan Rp. 6.408 per kg dan total biaya Rp. 3.642 per kg. Nilai share keuntungan sebesar 89,20% sedangkan nilai share biaya sebesar 10,80%. Menurut Prayitno dalam Purnama et al., (2021) Jika persentase Pf (Produsen Share) adalah 70%, maka pemasaran dianggap tidak efisien. Pangsa harga yang diterima petani (farmer share) sebesar 62,5% sehingga rantai pasok cabai rawit di Desa Ciandum Kecamatan Cipatujah Kabupaten Tasikmalaya dikategorikan tidak efisien.

Manfaat Rantai Pasok Cabai Rawit

Penerapan konsep rantai pasok atau Supply Chain Management (SCM) di perusahaan akan memberikan manfaat sebagai berikut (Wahyu Prasetio, 2018):

1. Kepuasan Pelanggan

Konsumen atau pengguna produk merupakan target utama dalam produksi cabai rawit. Konsumen atau pengguna dalam kegiatan ini merupakan konsumen yang loyal dalam jangka panjang. Pelanggan yang loyal adalah konsumen yang merasa puas dengan pelayanan yang diberikan.

2. Meningkatkan Pendapatan

Semakin loyal konsumen maka semakin banyak pendapatan, sehingga mengurangi produk cabai yang terbuang percuma.

3. Biaya lebih rendah

Mengintegrasikan aliran produk dari perusahaan ke konsumen akhir, dalam kegiatan ini akan mengurangi biaya di saluran distribusi.

4. Pemanfaatan aset semakin tinggi

Pemanfaatan ini akan menjadikan manusia lebih terlatih dan terampil baik dari segi pengetahuan maupun keterampilan dalam mengelola cabai rawit. Pekerja akan dapat memberdayakan penggunaan teknologi untuk melakukan manajemen rantai pasokan atau supply chain management.

5. Keuntungan meningkat

Semakin loyal konsumen dalam penggunaan produk cabai rawit akan meningkatkan keuntungan perusahaan

6. Perusahaan semakin besar

Perusahaan yang diuntungkan dari proses distribusi produk cabai rawit secara bertahap akan semakin besar dan kuat.

Kendala Rantai Pasok Cabai Rawit

Kendala dalam rantai pasok cabai rawit dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Kualitas Produk

Kualitas produk yang rendah menyebabkan cabai rawit tidak dapat didistribusikan ke luar daerah sehingga kapasitas suplai daerah akan menurun.

2. Persediaan barang yang berlebihan

Saat musim panen tiba, harga cabai akan turun dan permintaan cabai akan meningkat. Namun, biasanya jumlah permintaan tidak bisa menandingi jumlah barang yang tersedia di pasar.

3. Biaya transportasi yang mahal

Distribusi cabai dari satu daerah ke daerah lain membutuhkan transportasi. Mahalnya biaya transportasi menyebabkan sebagian masyarakat memilih untuk menjual hasil panennya kepada pengepul. Di pengepul, cabai akan ditempatkan di gudang terlebih dahulu menunggu giliran untuk didistribusikan. Hal ini akan menyebabkan ketersediaan cabai menumpuk dan dapat menyebabkan penurunan kualitas cabai karena terlalu lama berada di dalam ruangan atau perjalanan.

3. Informasi yang tidak akurat dan tidak tepat waktu

Jika harga cabai di suatu daerah mahal dan jumlah permintaan pasar lebih tinggi dari pasokan barang, maka harga cabai di daerah tersebut akan tinggi. Hal ini menyebabkan daerah tersebut membutuhkan banyak perbekalan. Jika semua pasokan cabai ada di daerah tersebut, maka akan menyebabkan harga cabai turun dan kualitas cabai yang ditawarkan juga rendah.

KESIMPULAN

Rantai pasok cabai rawit terdiri dari dua saluran yaitu saluran distribusi I (petani - pengepul - pedagang besar - pengecer - konsumen) dan saluran distribusi II (petani - pengepul - pedagang besar - pengecer - jasa (online) - konsumen). Rantai pasok cabai rawit belum efisien, sehingga komoditas cabai rawit masih mengalami fluktuasi baik dari segi kuantitas maupun harga. 

Konsep rantai pasok memberikan banyak manfaat, yaitu kepuasan pelanggan, peningkatan pendapatan, biaya yang lebih rendah, pemanfaatan aset yang lebih tinggi, peningkatan keuntungan, dan perusahaan yang lebih besar. Kendala dalam rantai pasok antara lain kualitas produk, persediaan yang berlebihan, biaya transportasi yang mahal, dan informasi yang tidak akurat dan tidak tepat waktu.

DAFTAR PUSTAKA

Indriani, R., Tenriawaru, A. N., Darma, R., Musa, Y., & Viantika, N. 2019. Mekanisme Rantai Pasok Cabe Rawit Di Propinsi Gorontalo. Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian, 15(1): 31-41.

Kansil, R., Porajouw, O., & Kaunang, R. 2021. Analisis Rantai Pasok Komoditi Cabai Rawit Di Pasar Bersehati Kota Manado Di Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Agri-SosioEkonomi, 17(1): 217-224.

Malik, A. 2022. ANALISIS RANTAI PASOK KOMODITAS CABAI RAWIT DI DESA MANJAPAI KECAMATAN BONTONOMPO KABUPATEN GOWA. Skripsi. Makassar: Universitas Muhammadiyah Makassar.

Puji, A. A., & Yul, F. A. 2021. HOR Model & AHP-TOPSIS untuk Pengelolaan Risiko Rantai Pasok Darah. Jurnal Teknik Industri: Jurnal Hasil Penelitian dan Karya Ilmiah dalam Bidang Teknik Industri, 7(1): 15-18.

Purnama, A., Noor, T. I., & Yusuf, M. N. 2021. Analisis Rantai Pasok Cabai Rawit Di Desa Ciandum Kecamatan Cipatujah Kabupaten Tasikmalaya. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Agroinfo Galuh, 8(2): 313-323.

Setiawan, R., & Pramesti, G. 2019. PENGGUNAAN KRITERIA KARUSH--KUHN--TUCKER (KKT) DALAM ANALISIS ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ) MODEL INVENTORI DALAM PERMASALAHAN RANTAI PASOK. Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika SOLUSI, 2(4): 327-332.

Warella, S. Y., Hasibuan, A., Yudha, H. S., Sisca, S., Mardia, M., Kuswandi, S., ... & Prasetio, A. 2021. Manajemen Rantai Pasok. Yayasan Kita Menulis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun