Mohon tunggu...
Rifa Alifah Salsabila
Rifa Alifah Salsabila Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengatasi Gangguan Kecemasan pada Remaja

3 November 2023   23:56 Diperbarui: 4 November 2023   01:21 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dosen pengampu: Prof.Dr. Syamsu Yusuf LN (0881) dan Nadia Aulina Nadhirah, M.Pd (2991) 

Salah satu yang rentan terjadi sekarang ini gangguan kepribadian pada kalangan remaja adalah kecemasan. Menurut (Mutahari,2016) Kecemasan akan berinteraksi dengan lingkungan, karena tidak semua individu di usia remaja dapat dengan nyaman dalam melakukan interaksi dengan lingkungan sosialnya. 

Sedangkan menurut Djuwitawi dan Djalali, 2015: 297) Kecemasan sendiri merupakan suatu perasaan subyektif mengenai ketegangan mental seseorang sebagai bentuk reaksi dari ketidakmampuan mengatasi sebuah masalah atau tidak adanya rasa aman, atau saja mengalami hal pertama kalinya, sehingga bisa menimbulkan rasa yang begitu cemas, selain itu juga terdapat gangguan secara psikis yang dapat mereka rasakan, yaitu pusing, mual, dan nyeri menstruasi.

Dalam penelitian (Mutahari,2016) menjelaskan bahwa kecemasan pada siswa yang berusia remaja terjadi pada saat para siswa bertemu dengan teman baru, guru-guru baru, maupun aturan sekolah yang baru yang harus ditaati, beberapa siswa juga malu ketika berinteraksi dengan orang lain, dan sering pula siswa malu hanya untuk berbicara di depan kelas. Kecemasan ini menggambarkan periode yang singkat kegugupan atau ketakutan saat mengalami pengalaman sulit, yang mengakibatkan rasa tidak tenang. 

Seperti misal, sering merasa tegang, gelisah, tidak senang, dan tidak aman. Kecemasan juga biasa kita sebut dengan “khawatir” atau “was-was” yaitu rasa takut yang sangat tidak jelas tetapi juga terasa sangat kuat diikuti oleh sensasi fisik meliputi kegelisahan, ketegangan, telapak tangan berkeringat, pusing, susah bernafas, denyut jantung meningkat, dan pipi yang memerah hal tersebut dikutip dari (Greenberger & Padesky, 2004 dan Sarwono,2012).

Adapun kecemasan yang sering dihadapi oleh wanita Ketika sedang mengalami menstruasi awal ialah emosinya yang mudah sekali terganggu mereka seakan-akan selalu merasa gelisah, susah tidur, mudah tersinggung, serta merasakan nyeri otot terutama pada bagian punggung bawah dan juga perut. 

Dengan hal ini sangat berdampak bagi wanita, dampak yang sering dirasakan yaitu timbulnya perasaan yang tidak nyaman, terganggunya psikis, fisik mereka yang kurang fit, serta tidak berdaya dalam melakukan aktifitas yang berat-berat. Masa remaja seperti kit aini ialah masa peralihan antara masa kanak-kanak menuju masa yang dewasa. Menurut (Purnamarini, et al., 2016) pada masa ini seorang individu akan lebih gampang merasakan cemas, yang paling utama saat dihadapkan oleh suatu permasalahan.

Remaja seperti sekarang ini ialah remaja yang terdiagnosis dengan gangguan mental sesuai dengan panduan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders edisi kelima (DSM-5). Dari hasil penelitian menunjukan bahwa gangguan mental yang paling banyak diderita oleh remaja adalah Gangguan Cemas yaitu (Gabungan Antara Phobia Sosial dan Gangguan Cemas Menyeluruh) sebesar 3,7%, diikuti dengan Gangguan Depresi Mayor (1,0%), Gangguan Perilaku (0,9%), serta Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD) dan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) masing-masing sebesar 0,5%.

Beberapa teori psikologi menjelaskan bahwa terjadinya gangguan kecemasan sosial, dan juga bagaimana cara untuk terapinya. Masing-masing perspektif teoritis berbeda satu sama lain dalam teknik-teknik serta tujuannya, tetapi ada satu hal yang sama, yaitu mendorong remaja untuk menghadapi sumber-sumber kecemasannya bukan untuk menghindar. Beberapa perspektif teoritis tersebut antara lain ialah perspektif menurut Biologis, Psikoanalisa, Humanistik, serta Kognitif dan Perspektif Belajar. 

Salah satu teori yang digunakan untuk menjelaskan kecemasan sosial dan seringkali dipakai untuk landasan memberikan terapi kepada remaja ialah teori kognitif perilaku. Dengan cara teori ini kecemasan remaja bersumber pada pemikiran serta keyakinan irasionalnya. Beberapa keyakinan irasonal akan membentuk keyakinan negatif lalu berkembang hingga remaja selalu memaknai situasi secara salah. Hal ini akan berpengaruh pada reaksi emosional dan perilaku pada remaja saat ini.

Terapi Kognitif Perilaku sering digunakan karena dari berbagai temuan yang ada terbukti adanya komponen kognitif yang kuat dalam fobia sosial. Hal ini sesuai denga napa yang telah dikatakan oleh (Antony & Swinson,2000) yang menyatakan bahwa strategi utama dalam pemberian Terapi Kognitif Perilaku adalah merubah pemikiran dan keyakinan irasionalnya dengan pemikiran dan keyakinan rasional yang lebih sehat dan postif. 

Berikut teori-teori kecemasan menurut Perspektif Biologis, Perspektif Psikionalisa, Perspektif Kognitif Perilaku, serta Perspektif Belajar. Yang pertama ada Perspektif menurut Biologis yang menjelaskan bahwa seseorang yang mengalami kecemasan sosial khususnya bagi kalangan remaja seperti sekarang dapat dikarenakan mewarisi kerentanan biologis untuk menjadi sangat terhambat secara sosial, hal tersebut dikutip dari (Durand & Barlow, 2006). 

Pendekatakan biologis ini bisa berfokus pada penggunaan obat-obatan anti cemas untuk mengobati rasa kecemasannya. Menurut (Prawitasari, 1988) menyatakan bahwa secara fisik, individu yang mengalami kecemasan mengaktifkan system saraf simpatetis yang termanifestasi dalam simtom fisik seperti meningkatnya denyut jantung, dada berdebar-debar, berkeringat, otot menegang, tangan gemetar, atau telapak tangan dan kaki yang menjadi dingin.

Kedua ada menurut Perspektif Psikoanalisa yang menjelaskan bahwa gangguan ini adalah akibat terlalu banyaknya seseorang melakukan represi sebagai mekanisme untuk pertahanan dirinya, dan upaya yang tepat untuk mengatasi gangguan ini ialah dengan mengungkap kesadaran konflik kesadaran pada alam bawah sadarnya. Kecemasan ini terjadi bila ada ketidakselarasan antara inner self seseorang yang sesungguhnya dengan tuntutan sosial yang seharusnya ia jalani. 

Ketiga ada Perspektif menurut Kognitif (Holmes,1997; Suryaningrum,2002) menyatakan bahwa terdapat dua tipe keyakinan (beliefs). Yang pertama yaitu keyakinan pada situasi, misal rasa tidak nyaman dan gugup Ketika berada di dalam kelas. Yang kedua yaitu keyakinan pada kempuan untuk melakukan koping Ketika menghadapi situasi yang pertama. Seperti, saya akan merasa panik Ketika berada di dalam kelas itu. Keempat menurut perspektif belajar (Nevid,2005) menyatakan bahwa kecemasan ini diperoleh melalui proses belajar, terutama melalui conditioning dan belajar observasional.

Cara yang ampuh untuk mengatasi kecemasan yang sering remaja alami saat ini yaitu dengan cara teori Terapi Kognitif Perilaku. Selain untuk mengatasi semua gangguan permasalahan diatas teori Terapi kognitif Perilaku juga dapat menunjukkan efektivitas untuk mengatasi gangguan kecemasan sosial, terapi kognitif perilaku digunakan karena diberbagai temuan yang ada, terbukti adanya komponen kognitif yang kuat dalam phobia sosial. 

Secara umum (Antony & Swinson, 2000) menyimpulkan bahwa terapi kognitif perilaku untuk mengatasi kecemasan sosial terdiri dari tiga strategi utama, yaitu memasukan di dalamnya terapi kognitif, exposure atau mengahadapi langsung situasi yang menakutkan, dan ditambah dengan pelatihan keterampilan sosial. (Butler,1999) menyatakan bahwa untuk mengatasi kecemasan sosial ini dilakukan dengan cara memathkan “lingakaran setan” atau jika tidak, maka permasalahan akan tetap berkelanjutan. Ada empat metode utama yang diterapkan oleh (Butler,1999), yakni: Mengubah pola pikir; Melakukan sesuatu yang berbeda; Mereduksi Self-Conciousness; Membangun kepercayaan diri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun