Mohon tunggu...
Adnan Rifaad
Adnan Rifaad Mohon Tunggu... Peternak - penulis yang bernyawa

kalo tidak bernyawa maka tidak akan bisa menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Problematika PJJ: Pendidikan Satu Arah Menjadi Belenggu di Masa Pandemi dalam Perspektif Paulo Freire

13 Januari 2021   11:30 Diperbarui: 13 Januari 2021   12:01 461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Adnan Rifaad

Mahasiswa Pendidikan Sosiologi, Universitas Negeri Jakarta

Pendahuluan

            Pendidikan sejatinya merupakan suatu hak dasar bagi setiap manusia. Pendidikan sudah menjadi suatu bahan pokok bagi setiap manusia untuk membentuk watak, karakter,dan kepribadian seseorang sebagai dasar seseorang untuk menjalankan kehidupan. Dalam hal ini tentu pendidikan merupakan suatu hal yang wajib untuk diakses oleh seseorang tanpa ada suatu alasan bahwa pendidikan hanya diakses hanya untuk kalangan tertentu. Dalam kondisi apapun pendidikan harus tetap berjalan karena hal tersebut merupakan hal pokok bagi setiap manusia untuk mengembangkan potensi diri.

            Berkaca pada masa pandemi saat ini tentunya bukan menjadi alasan bahwa pendidikan tidak dapat dilaksanakan dengan baik. Idealnya pada masa sulit seperti ini seharusnya pendidikan lebih dipehatikan lebih tentang pelaksanaan pembelajaran jarak jauh (PJJ). Dalam kondisi yang sulit pada saat ini hal tersebut menjadi suatu tantangan yang cukup berat mengingat pendidikan suatu kewajiban bagi setiap manusia. Kendati begitu, pemasalahan pembelajaran jarak jauh sangat dirasakan begitu nyata karena kurang siapnya dari setiap elemen untuk melakukan pembelajaran jarak jauh tersebut.

            Berbagai macam problem dapat ditemukan dalam masalah pembelajaran jarak jauh (PJJ) dan permasalahan teknis menjadi perasalahan yang klasik dalam penerapan pembelajaran jarak jauh (PJJ). Permasalahan yang begitu kompleks membuat pelaksanaan pendidikan dirasa kurang efektif. Kondisi yang cukup sulit dalam penerapan pembelajaran jarak jauh (PJJ) membuat subtansi dari pembelajaran tersebut tidak tersampaikan dengan baik dan juga dalam pembelajaran jarak jauh (PJJ) metode pembelajaran satu arah marak kembali digunakan oleh para guru karena tidak efektifnya interaksi yang terjalin dalam pelaksanaan pembelajaran jarak jauh (PJJ).

Pemikiran Paulo Freire "pendidikan gaya bank".

            Paulo Freire dalam bukunya  yang berjudul pedagogic of the oppressed membahas dengan kritikan yang tegas mengenai metode belajar di kelas yang dimana murid dianalogikan sebagai suatu benda untuk menaruh semua apa yang telah diberikan oleh guru. Istilah tersebut dinamakan sebuah pendidikan gaya bank. Menurut Freire (2000: 72), Pendidikan hanya seperti melakukan sebuah deposit, guru sebagai subjek deposit dan murid sebagai objek penyimpanan deposit. Alih-alih berkomunikasi, guru hanya membuat simpanan yang nantinya diterima, dihafal, dan diulang oleh siswa. Hal tersebut adalah konsep pendidikan "bank", yang di mana tindakan siswa hanya diperbolehkan sekedar menerima, mengajukan, dan menyimpan deposit.

            Dalam pandangan Freire tersebut tidak mengherankan bahwa murid dianalogikan sebagai sebuah benda layaknya celengan berjalan yang tentunya mudah untuk diatur. Dengan metode pembelajaran layaknya sebuah bank tentu hal ini dapat membuat murid menjadi pribadi yang tidak kritis. Murid hanya menerima sesuatu penjelasan yang ditabung oleh guru. 

Menurut Freire (2000: 72) menyebutkan bahwa semakin banyak tabungan yang dititipkan kepada murid maka akan semakin kurang pengembangan kesadaran kritis yang dapat mereka peroleh dari keterlibatan dunia. Konsep pendidikan gaya bank tersebut akan mengakibatkan terjadinya kebekuan berpikir karena sifatnya yang hanya satu arah sehingga tidak adanya kesadaran kritis pada murid. Dalam pendidikan gaya bank murid hanya mendengarkan, mencatat, menghapal dan mengulangi sesuatu yang diungkapkan dan  disampaikan oleh guru tanpa adanya sikap untuk memahami dan mengerti sesuatu yang telah di jelaskan oleh guru. Hal tersebut dikatakan oleh Freire sebagai kebudayaan bisu  (the culture of silence).

Pembahasan 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun