Mohon tunggu...
Rieska Utami
Rieska Utami Mohon Tunggu... Administrasi - karyawan swasta

penyuka sepi dan penikmat kopi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Kisah Kita

28 November 2018   23:55 Diperbarui: 29 November 2018   00:43 521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"ya, sekitar 8 tahun. Kau banyak sekali berubah dan semakin tampan" aku berkata sambil tersenyum padanya.

'Ya, terima kasih. Kau juga. Kau selalu terlihat menawan" ujarnya

" Bagaimana kau bisa menemukanku" tanyaku.

" Aku berulang kali mencarimu di google dengan namamu tetapi aku menemukan banyak sekali hasil pencarian sehingga aku tak bisa menemukanmu"

Lalu 2 minggu lalu, aku membuka akun facebook dan aku mengetik namamu tapi masih belum kutemukan. Hingga pada suatu saat, aku membuka grup sekolah dulu dan aku sangat bahagia ketika kau menjadi anggota grup itu. Lalu aku pun dengan segera menghubungimu" ujarnya seraya menyeruput kopi espresso yang baru saja dipesannya.

" Aku kira kau mebenciku dan tak ingin berjumpa lagi denganku" sahutku.

"Ya, memang aku sempat marah, tetapi aku tak bisa melupakanmu" sahutnya sambil tersenyum. Lalu kami bercerita tentang pekerjaan kami masing-masing. Ia yang sudah bekerja di Jepang, meluangkan waktunya hanya untuk bertemu denganku. Kami mengulang kembali cerita kami dulu.

Ia mengatakan bahwa ia sempat tak bisa tidur beberapa hari karena aku memutuskannya begitu saja tanpa ada penjelasan yang berarti.

Tak disangka sudah 2 jam kami mengobrol di kafe ini dengan segala cerita-ceritaku dan dirinya tentang masa lalu dan kehidupan kami saat ini. Sama sekali tak ada perasaan canggung saat kami menikmati perbincangan ini, detik dan menit mengalir begitu saja. Mengapa hati ini sakit, mengagumi dirinya yang telah bertumbuh baik dan sukses dan aku hanya sekedar teman masa lalu nya.

Lalu ia mengajakku ke universitas tempat ia sekolah dulu. Tempatnya tak jauh dari kafe ini. Hari itu sudah malam, kami mengelilingi universitas dengan perbincangan yang hangat. Ia pun sambil memegang erat tanganku. Hatiku berdebar dan bertaya-tanya. Apakah ia masih mencintaiku? Tapi aku hanya berjalan mengikuti langkah kakinya. Kami terhenti disebuah tempat dimana kami bisa melihat sekeliling universitas dan kota.

Malam yang indah bertabur bintang, angin yang sejuk merasuk raga. Tak ada satupun orang ditempat ini selain kami berdua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun