Â
Proses dialektis ini memungkinkan auditor untuk tidak hanya menemukan masalah, tetapi juga memahami akar penyebabnya dan memberikan rekomendasi yang konstruktif. Dengan cara ini, audit tidak hanya berfungsi sebagai alat pengawasan, tetapi juga sebagai katalis untuk perbaikan berkelanjutan dalam sistem perpajakan.
Â
 2. Hanacaraka dalam Auditing Perpajakan
 Hanacaraka adalah aksara tradisional Jawa yang memiliki nilai budaya dan filosofi. Meskipun pada pandangan pertama, Hanacaraka mungkin tidak langsung terkait dengan auditing perpajakan, nilai-nilai yang terkandung dalam budaya dan filosofi Jawa bisa memberikan perspektif yang berguna.
 Nilai-Nilai Hanacaraka
Â
- Kebijaksanaan: Mengutamakan kebijaksanaan dalam setiap tindakan, termasuk dalam melakukan audit yang adil dan objektif.
- Kebenaran: Menjunjung tinggi kebenaran dalam laporan dan temuan audit, serta dalam penerapan hukum perpajakan.
- Kejujuran: Integritas dan kejujuran auditor dalam melaksanakan tugasnya.
- Tanggung Jawab Sosial: Memahami bahwa perpajakan dan auditing memiliki dampak sosial, dan penting untuk mempertimbangkan kesejahteraan masyarakat.
 Â
Penerapan dalam Auditing Perpajakan
 - Penggunaan Teknologi: Implementasi teknologi informasi yang memudahkan proses audit dan meningkatkan akurasi.
 - Pendidikan dan Pelatihan: Pelatihan bagi auditor mengenai etika dan nilai-nilai budaya untuk meningkatkan kualitas audit.