Kuis 11 Â - Audit Investigasi Umum dan Perpajakan, Trans Substansi Metode 4:12 Kategori Transedental KantianÂ
Audit investigasi umum dan perpajakan merupakan dua jenis audit yang memiliki tujuan dan fokus yang berbeda, meskipun keduanya melibatkan pemeriksaan dan evaluasi terhadap informasi keuangan. Mari kita bahas kedua jenis audit ini dengan lebih mendalam.
 Audit Investigasi Umum
Audit investigasi umum adalah audit yang dilakukan untuk mengungkap kecurangan, kesalahan, atau ketidakberesan lainnya dalam suatu organisasi atau entitas. Tujuan utamanya adalah untuk mengidentifikasi dan mendokumentasikan tindakan tidak sah atau penyimpangan dari kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan. Audit ini biasanya dilakukan ketika ada indikasi atau dugaan adanya masalah serius, seperti penipuan, penyalahgunaan aset, atau ketidakpatuhan terhadap peraturan.
Dalam melaksanakan audit investigasi umum, auditor menggunakan berbagai teknik dan alat untuk mengumpulkan bukti yang diperlukan. Ini bisa termasuk wawancara dengan staf, pemeriksaan dokumen, analisis data, dan pengamatan langsung terhadap proses dan aktivitas. Auditor harus memiliki keahlian dalam mendeteksi tanda-tanda kecurangan dan mampu melakukan analisis forensik untuk melacak jejak keuangan yang mencurigakan.
Proses audit investigasi umum melibatkan beberapa tahapan kunci, seperti perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan. Selama tahap perencanaan, auditor menetapkan tujuan dan ruang lingkup audit, serta mengidentifikasi area-area yang berisiko tinggi. Tahap pelaksanaan melibatkan pengumpulan dan analisis bukti untuk mendukung temuan audit. Akhirnya, dalam tahap pelaporan, auditor menyusun laporan yang merinci temuan mereka dan memberikan rekomendasi untuk tindakan perbaikan.
 Audit Perpajakan
Audit perpajakan, di sisi lain, adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh otoritas pajak untuk memastikan bahwa wajib pajak telah memenuhi kewajiban perpajakan mereka sesuai dengan peraturan yang berlaku. Tujuannya adalah untuk menilai kepatuhan wajib pajak terhadap undang-undang perpajakan dan untuk mengidentifikasi kesalahan atau ketidaksesuaian dalam laporan pajak mereka.
Proses audit perpajakan biasanya dimulai dengan pemberitahuan dari otoritas pajak kepada wajib pajak. Auditor pajak kemudian akan meminta dokumen dan informasi yang relevan, seperti laporan keuangan, bukti pembayaran pajak, dan dokumen pendukung lainnya. Auditor akan memeriksa dan menganalisis data ini untuk memastikan bahwa pendapatan, pengeluaran, dan kewajiban pajak dilaporkan dengan benar dan akurat.
Dalam audit perpajakan, auditor dapat menggunakan berbagai metode untuk mengevaluasi kepatuhan pajak, termasuk pemeriksaan silang data, analisis rasio keuangan, dan pengujian atas transaksi tertentu. Jika ditemukan ketidaksesuaian atau kesalahan, auditor akan memberikan penilaian tambahan dan mungkin mengenakan denda atau sanksi.
Audit perpajakan juga melibatkan proses pembelaan, di mana wajib pajak memiliki kesempatan untuk memberikan klarifikasi atau bukti tambahan untuk mendukung laporan pajak mereka. Jika tidak ada kesepakatan yang tercapai antara wajib pajak dan auditor, kasus tersebut dapat dibawa ke pengadilan pajak untuk penyelesaian lebih lanjut.
 Trans substansi Metode 4:12 Kategori Transendental Kantian
Immanuel Kant, seorang filsuf Jerman terkenal, memperkenalkan konsep Kategori Transendental dalam karyanya "Critique of Pure Reason". Kategori Transendental adalah kerangka kerja yang digunakan oleh pikiran manusia untuk memahami dan mengorganisasi pengalaman. Metode 4:12 ini merujuk pada penggunaan empat kelompok kategori yang terdiri dari tiga kategori masing-masing, yang semuanya penting untuk membentuk pemahaman kita tentang dunia.
 Penjelasan Kategori Transendental Kantian
Kant berpendapat bahwa untuk memahami realitas, pikiran manusia harus menggunakan kategori-kategori tertentu yang merupakan bagian dari struktur bawaan kita. Kategori-kategori ini adalah:
1. Kuantitas: mencakup kategori kesatuan, pluralitas, dan totalitas. Ini membantu kita memahami konsep jumlah dan ukuran.
2. Kualitas: terdiri dari kategori realitas, negasi, dan limitasi. Ini memungkinkan kita memahami sifat-sifat benda, seperti apakah sesuatu itu ada, tidak ada, atau terbatas.
3. Relasi: mencakup kategori inherensi dan subsistensi (hubungan antara substansi dan aksidens), kausalitas dan ketergantungan (sebab-akibat), serta komunitas atau timbal balik (interaksi antar substansi).
4. Modalitas: terdiri dari kategori kemungkinan, aktualitas, dan keniscayaan. Ini membantu kita memahami keadaan dari sesuatu, apakah itu mungkin, aktual, atau diperlukan.
 Transendensi dalam Metode 4:12
Metode 4:12 dalam konteks kategori transendental mengacu pada cara Kant menyusun kategori-kategori ini untuk menjelaskan bagaimana pikiran manusia mampu melampaui pengalaman empiris dan mencapai pemahaman yang lebih dalam tentang realitas. Menurut Kant, kategori-kategori ini tidak berasal dari pengalaman, tetapi merupakan syarat yang memungkinkan pengalaman itu sendiri.
1. Kuantitas: Pikiran manusia tidak hanya menghitung benda (pluralitas), tetapi juga melihatnya sebagai bagian dari keseluruhan (totalitas) atau kesatuan tunggal. Ini adalah cara kita mengorganisir banyaknya informasi menjadi sesuatu yang bermakna.
2. Kualitas: Pikiran kita menentukan apa yang nyata (realitas), apa yang tidak ada (negasi), dan apa yang memiliki batas (limitasi). Ini adalah cara kita membedakan berbagai sifat dan keadaan dalam pengalaman kita.
3. Relasi: Kita memahami hubungan antara benda-benda melalui kategori inherensi (bagaimana sesuatu ada di dalam sesuatu yang lain), kausalitas (hubungan sebab-akibat), dan komunitas (bagaimana benda-benda berinteraksi satu sama lain). Ini memungkinkan kita melihat dunia sebagai jaringan interaksi yang kompleks.
4. Modalitas: Pikiran kita membedakan antara kemungkinan (apakah sesuatu bisa terjadi), aktualitas (apakah sesuatu benar-benar terjadi), dan keniscayaan (apakah sesuatu harus terjadi). Ini adalah cara kita memahami berbagai kondisi dan situasi.
Baik dalam konteks audit maupun dalam filsafat Kantian, terdapat kesamaan dalam upaya untuk memahami, mengorganisir, dan menginterpretasi informasi atau realitas. Audit investigasi umum dan perpajakan masing-masing berfokus pada pemeriksaan dan evaluasi informasi untuk mendeteksi ketidakberesan atau memastikan kepatuhan terhadap aturan. Sementara itu, kategori transendental Kantian menyediakan kerangka kerja konseptual bagi pikiran manusia untuk memahami dunia melalui kategori-kategori fundamental yang melampaui pengalaman empiris.
Pemahaman yang mendalam tentang kedua topik ini mengajarkan kita betapa pentingnya kerangka kerja konseptual dan metode analitis dalam memahami dan mengevaluasi informasi, baik dalam konteks praktis maupun filosofis.
 Kategori dalam Logika dan Penerapannya pada Audit Investigasi Umum dan Perpajakan
Ketika membahas audit investigasi umum dan perpajakan, kita bisa menggunakan konsep kategori logika untuk membantu memahami dan mengorganisir pemikiran kita. Dalam logika, ada empat kategori utama yang bisa kita terapkan: Quantity (Kuantitas), Quality (Kualitas), Relation (Hubungan), dan Modality (Modalitas). Masing-masing kategori ini memiliki subkategori yang dapat membantu kita lebih spesifik dalam analisis dan interpretasi data selama proses audit.
 1. Quantity: Universal, Particular, Singular
Kuantitas merujuk pada lingkup atau jangkauan pernyataan yang kita buat. Dalam konteks audit, ini penting untuk menentukan apakah temuan atau kesimpulan kita bersifat umum atau khusus.
- Universal: Dalam audit, sebuah temuan universal berarti bahwa suatu masalah atau kondisi ditemukan di seluruh populasi yang diaudit. Misalnya, jika semua laporan keuangan dalam suatu periode tertentu menunjukkan kesalahan dalam pencatatan, kita mengatakan temuan ini bersifat universal.
- Particular: Sebuah temuan particular hanya berlaku untuk beberapa kasus dalam populasi. Misalnya, hanya beberapa perusahaan dalam industri tertentu yang melaporkan pendapatan secara tidak akurat.
- Singular: Sebuah temuan singular merujuk pada kasus individu. Dalam audit, ini berarti hanya satu entitas atau transaksi spesifik yang menunjukkan ketidaksesuaian atau masalah.
Dalam audit perpajakan, memahami kuantitas ini penting untuk menentukan seberapa luas atau terbatasnya masalah perpajakan. Misalnya, apakah kesalahan pelaporan pajak terjadi secara sistematis di seluruh perusahaan atau hanya di satu bagian kecil.
 2. Quality: Affirmative, Negative, Infinite
Kualitas berkaitan dengan sifat dari pernyataan atau temuan kita, apakah positif, negatif, atau memiliki sifat tak terbatas.
- Affirmative (Positif): Temuan afirmatif menyatakan bahwa sesuatu ada atau terjadi. Misalnya, audit menemukan bahwa prosedur kepatuhan perpajakan telah dipatuhi dengan benar di semua unit bisnis.
- Negative (Negatif): Temuan negatif menyatakan bahwa sesuatu tidak ada atau tidak terjadi. Misalnya, audit menemukan bahwa tidak ada dokumentasi pendukung untuk sejumlah besar pengeluaran bisnis tertentu.
- Infinite: Temuan infinit menunjukkan bahwa sesuatu tidak terbatas atau tidak dapat didefinisikan secara langsung. Misalnya, jika ditemukan bahwa sistem kontrol internal perusahaan tidak memadai untuk mendeteksi semua jenis kecurangan pajak yang mungkin terjadi, ini bisa dianggap sebagai temuan infinit.
Menentukan kualitas temuan dalam audit membantu dalam merumuskan rekomendasi perbaikan dan tindakan korektif yang diperlukan.
 3. Relation: Categorical, Hypothetical, Disjunctive
Hubungan berkaitan dengan bagaimana berbagai bagian dari pernyataan atau temuan terhubung satu sama lain.
- Categorical: Hubungan kategorikal dalam audit adalah pernyataan langsung dan tegas. Misalnya, "Laporan keuangan perusahaan A tidak akurat." Ini adalah temuan langsung tanpa syarat.
- Hypothetical: Hubungan hipotetikal melibatkan kondisi. Misalnya, "Jika perusahaan B tidak memperbaiki kontrol internalnya, maka ada risiko besar terjadinya kecurangan pajak." Ini menghubungkan kondisi dengan konsekuensinya.
- Disjunctive: Hubungan disjungtif menunjukkan alternatif atau pilihan. Misalnya, "Perusahaan C harus memilih untuk memperbaiki sistem IT-nya atau menghadapi peningkatan risiko pelanggaran keamanan data."
Dalam audit investigasi, memahami jenis hubungan ini membantu dalam merancang strategi investigasi dan menyusun rekomendasi tindakan berdasarkan kondisi yang ada.
 4. Modality: Problematic, Assertoric, Apodictic
Modalitas berkaitan dengan tingkat kepastian atau keharusan dalam pernyataan atau temuan.
- Problematic: Temuan problematik menunjukkan kemungkinan atau dugaan. Misalnya, "Ada kemungkinan bahwa beberapa transaksi tidak dilaporkan dengan benar." Ini menunjukkan bahwa ada keraguan atau ketidakpastian yang perlu diperiksa lebih lanjut.
- Assertoric: Temuan assertorik menyatakan sesuatu sebagai fakta. Misalnya, "Laporan pajak perusahaan D tidak mencerminkan pendapatan sebenarnya." Ini adalah temuan yang tegas dan pasti berdasarkan bukti yang ada.
- Apodictic: Temuan apodiktik menunjukkan keharusan atau kepastian mutlak. Misalnya, "Perusahaan E harus membayar denda pajak karena terbukti melanggar regulasi perpajakan." Ini adalah pernyataan yang tidak terbantahkan dan harus diikuti dengan tindakan yang jelas.
Dalam audit perpajakan, menentukan modalitas temuan membantu dalam mengkomunikasikan tingkat urgensi dan kepastian dari masalah yang ditemukan kepada pemangku kepentingan.
 Penerapan dalam Audit Investigasi Umum dan Perpajakan
Menggunakan kategori logika ini dalam audit membantu auditor untuk menyusun laporan yang jelas dan terstruktur, serta memberikan rekomendasi yang lebih tepat. Misalnya, dengan menggunakan kuantitas, auditor dapat menentukan seberapa luas masalah yang ditemukan dan apakah perlu tindakan perbaikan yang menyeluruh atau cukup pada bagian tertentu saja.
Kualitas temuan membantu dalam memberikan penilaian yang jelas mengenai kondisi yang ada, apakah positif atau negatif, dan apakah temuan tersebut memiliki implikasi yang luas. Dengan memahami hubungan antar temuan, auditor dapat merancang rekomendasi yang lebih efektif berdasarkan hubungan kausal atau kondisi yang ada.
Terakhir, dengan modalitas, auditor dapat menunjukkan tingkat kepastian dari setiap temuan dan memberikan urgensi yang sesuai dalam tindakan perbaikan. Semua ini membantu dalam menghasilkan laporan audit yang lebih komprehensif dan memberikan panduan yang jelas bagi perusahaan atau entitas yang diaudit untuk mengambil tindakan yang tepat.
Dengan memahami dan menerapkan kategori logika ini dalam audit investigasi umum dan perpajakan, auditor dapat meningkatkan kualitas analisis dan pelaporan mereka, serta memberikan nilai tambah yang lebih besar bagi entitas yang diaudit.
Dalam dunia audit, inovasi dan metode baru sangat dibutuhkan untuk memastikan keakuratan dan keandalan temuan audit. Salah satu pendekatan yang menarik untuk diimplementasikan dalam audit investigasi adalah menggunakan metode Transendental Kantian.
Metode ini, yang berasal dari filsafat Immanuel Kant, menawarkan cara unik untuk menganalisis dan memahami data yang dikumpulkan selama proses audit. Dalam konteks ini, Trans substansi ("novelty model audit") menggunakan prinsip-prinsip Kantian untuk mengembangkan kerangka pemikiran yang membantu auditor dalam membuat penilaian dan kategori temuan audit, baik dalam konteks umum maupun perpajakan.
 Konsep Dasar Metode Transendental Kantian
Immanuel Kant, seorang filsuf Jerman, mengemukakan teori bahwa pemahaman manusia dibentuk oleh kategori-kategori tertentu yang merupakan bawaan dari pikiran kita. Kategori-kategori ini membantu kita mengorganisir dan memahami pengalaman kita. Dalam konteks audit, metode Transendental Kantian dapat digunakan untuk mengembangkan kerangka kerja yang memungkinkan auditor mengkategorikan dan menganalisis data dengan lebih sistematis dan mendalam.
 Implementasi dalam Audit Investigasi
1. Fenomena dan Noumena
   Kant membedakan antara fenomena (apa yang kita lihat) dan noumena (realitas di luar pengalaman kita). Dalam audit investigasi, fenomena adalah data dan informasi yang dikumpulkan selama audit, seperti catatan keuangan, dokumen perpajakan, dan wawancara dengan staf. Noumena, di sisi lain, adalah realitas di balik data tersebut—kebenaran yang mendasari yang mungkin tidak langsung terlihat.
  Auditor harus selalu ingat bahwa data yang mereka kumpulkan (fenomena) hanyalah representasi dari realitas yang lebih besar (noumena). Oleh karena itu, tugas mereka adalah menggali lebih dalam untuk mengungkap kebenaran yang mungkin tersembunyi di balik data.
2. Kategori Pemikiran Kantian
  Kant mengemukakan beberapa kategori pemikiran yang bisa membantu dalam memahami pengalaman kita. Dalam audit, empat kategori utama ini bisa diadaptasi sebagai berikut:
  - Kuantitas: Auditor harus mengevaluasi jumlah dan kelengkapan data yang dikumpulkan. Misalnya, apakah semua dokumen yang relevan telah diperiksa? Apakah ada data yang hilang atau tidak lengkap yang bisa mempengaruhi hasil audit?
  - Kualitas: Ini berkaitan dengan keandalan dan validitas data. Auditor perlu menilai apakah data yang diperoleh akurat dan sahih. Misalnya, apakah ada bukti bahwa catatan keuangan telah dimanipulasi?
  - Hubungan: Auditor harus menganalisis hubungan antara berbagai elemen data. Misalnya, apakah ada korelasi antara pola pengeluaran dan pendapatan yang mencurigakan? Apakah ada hubungan antara transaksi keuangan dan perpajakan yang mencurigakan?
  - Modalitas: Ini berkaitan dengan kemungkinan dan kepastian temuan. Auditor perlu menilai sejauh mana temuan mereka dapat dipertanggungjawabkan dan seberapa yakin mereka dengan kesimpulan yang diambil. Misalnya, apakah temuan tertentu bersifat pasti atau masih perlu konfirmasi lebih lanjut?
 Mengaplikasikan Kategori dalam Temuan Audit
1. Kuantitas dalam Temuan Audit
 Auditor harus memastikan bahwa semua data yang relevan telah dikumpulkan dan diperiksa. Ini termasuk memastikan bahwa tidak ada data yang hilang atau tidak tersedia yang bisa mengubah kesimpulan audit. Dalam konteks perpajakan, misalnya, auditor harus memastikan bahwa semua laporan pajak telah disertakan dan diperiksa untuk mengidentifikasi potensi ketidakpatuhan atau penipuan.
2. Kualitas dalam Temuan Audit
 Kualitas data sangat penting dalam membuat temuan yang valid. Auditor harus memverifikasi keaslian dan keakuratan data yang diperoleh. Misalnya, dalam audit perpajakan, auditor harus memastikan bahwa semua transaksi yang dilaporkan sesuai dengan catatan asli dan tidak ada manipulasi atau penyembunyian.
3. Hubungan dalam Temuan Audit
 Menganalisis hubungan antara berbagai elemen data membantu auditor mengidentifikasi pola atau anomali yang mungkin menunjukkan masalah. Misalnya, dalam audit umum, hubungan antara pengeluaran dan pendapatan harus dianalisis untuk mendeteksi adanya pengeluaran yang tidak wajar atau pendapatan yang tidak dilaporkan.
4. Modalitas dalam Temuan Audit
 Modalitas mengacu pada tingkat kepastian dan validitas temuan. Auditor harus menilai seberapa kuat bukti yang mereka miliki dan apakah temuan tersebut dapat dipertanggungjawabkan. Dalam audit perpajakan, misalnya, auditor harus memastikan bahwa temuan mereka didukung oleh bukti yang kuat dan dapat dipertanggungjawabkan di depan hukum.
Menggunakan metode Transendental Kantian dalam audit investigasi, melalui pendekatan Trans substansi ("novelty model audit"), memungkinkan auditor untuk lebih sistematis dan kritis dalam mengevaluasi data dan temuan mereka.Â
Dengan mengaplikasikan kategori-kategori Kantian, auditor dapat memastikan bahwa temuan mereka didasarkan pada analisis yang komprehensif dan mendalam, serta dapat dipertanggungjawabkan secara objektif. Metode ini tidak hanya meningkatkan keandalan temuan audit tetapi juga membantu auditor dalam mengidentifikasi dan memahami realitas di balik data yang mereka analisis.
Daftar Pustaka
Buku Dalam Negeri
2. Mulyadi. (2016). Auditing. Jakarta: Salemba Empat.
 Artikel Terpercaya
1. Power, Michael K. (1997). "The Audit Society: Rituals of Verification". Oxford: Oxford University Press.
2. Sikka, Prem. (2009). "Financial Crisis and the Silence of Auditors". Accounting, Organizations and Society, 34(6-7), 868-873.
3. Humphrey, Christopher, Kausar, Aneta, & Loft, Anne. (2011). "Regulating Audit beyond the Crisis: A Critical Discussion of the EU Green Paper". European Accounting Review, 20(3), 431-457.
 Penelitian Dalam Negeri
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H