Toleransi dan Objektivitas: Konsep "repressive tolerance" yang dikemukakan oleh Marcuse menyoroti bagaimana toleransi dapat menjadi alat untuk mempertahankan ketidaksetaraan. Dalam praktik auditing, pertimbangan etika dan objektivitas sangat penting. Pemikiran Marcuse mungkin mendorong para auditor untuk menggali lebih dalam tentang bagaimana kebijakan dan praktik bisnis dapat mempengaruhi toleransi terhadap praktik-praktik yang merugikan.
Dampak Teknologi pada Masyarakat: Meskipun tidak secara langsung berkaitan dengan audit, pandangan Marcuse mengenai dampak teknologi dan media massa pada masyarakat dapat memotivasi auditor untuk memahami implikasi teknologi informasi dan sistem informasi dalam lingkungan bisnis. Audit teknologi informasi dan keamanan informasi dapat menjadi area di mana pemahaman tentang dampak sosial teknologi dapat diaplikasikan.
Pemahaman Terhadap Konteks Sosial dan Ekonomi: Pemikiran Marcuse tentang kapitalisme dan konsumerisme dapat mendorong para auditor untuk mempertimbangkan konteks sosial dan ekonomi dalam melakukan audit. Ini bisa melibatkan pertanyaan-pertanyaan kritis tentang dampak ekonomi dan sosial dari kebijakan dan praktik bisnis yang diaudit.
Meskipun pengaruh langsung Marcuse mungkin tidak terlihat dalam metode atau praktik audit, pendekatannya yang kritis terhadap struktur sosial dan kebijakan bisnis dapat memberikan inspirasi bagi auditor untuk melihat lebih jauh daripada sekadar pemeriksaan angka dan mempertimbangkan dampak lebih luas dari keputusan bisnis dan praktik perusahaan.
Teori Herbert Marcuse bagaimana kaitan dengan bidang auditing?
Meskipun pemikiran Herbert Marcuse tidak secara khusus berkaitan dengan bidang auditing, ada beberapa konsep dan pendekatannya yang dapat memberikan perspektif yang menarik dalam konteks mata kuliah auditing. Berikut beberapa hal yang dapat diambil dari teorinya untuk memahami lebih dalam peran auditing:
Kritis terhadap Dominasi dan Kekuasaan: Marcuse menawarkan pemahaman mendalam tentang bagaimana kekuasaan dan dominasi dapat bekerja dalam masyarakat. Pemikiran ini dapat menginspirasi auditor untuk tidak hanya memeriksa kepatuhan terhadap aturan dan regulasi, tetapi juga untuk mempertimbangkan aspek-aspek kekuasaan dan dominasi yang mungkin muncul dalam lingkungan bisnis. Ini dapat melibatkan analisis tentang bagaimana kebijakan dan keputusan manajemen memengaruhi struktur kekuasaan di organisasi.
Pemahaman Konteks Sosial dan Ekonomi: Konsep Marcuse mengenai kapitalisme dan konsumerisme dapat menjadi dasar bagi auditor untuk memahami dampak sosial dan ekonomi dari kebijakan bisnis dan praktik perusahaan. Ini dapat membantu auditor untuk melihat konteks yang lebih luas di mana suatu perusahaan beroperasi dan memahami konsekuensi etis dan sosial dari keputusan bisnis.
Analisis Terhadap Dampak Teknologi: Marcuse membahas dampak teknologi terhadap masyarakat. Auditor dapat menerapkan pemahaman ini dalam konteks teknologi informasi dan sistem informasi yang digunakan dalam suatu perusahaan. Ini melibatkan pertimbangan tentang bagaimana teknologi dapat memengaruhi proses bisnis, keamanan informasi, dan privasi data.
Objektivitas dan Toleransi Represif: Konsep toleransi represif Marcuse dapat merangsang pemikiran kritis tentang objektivitas dalam audit. Auditor perlu mempertimbangkan bagaimana toleransi terhadap praktik-praktik yang merugikan atau pelanggaran etika dapat memengaruhi integritas dan kredibilitas hasil audit.
Pertimbangan Etika: Dalam pemikiran Marcuse, pertimbangan etika dan moral penting. Auditor dapat mengambil inspirasi dari pendekatan kritisnya terhadap kapitalisme dan konsumerisme untuk mempertimbangkan implikasi etis dari keputusan bisnis dan memastikan bahwa audit tidak hanya fokus pada aspek kepatuhan hukum, tetapi juga pada pertimbangan etis yang lebih luas.