Saat ini begitu banyak cacian, makian bahkan fitnah yang tak berbatas kejinya kepada Presiden yang diusung oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Joko Widodo.
Joko Widodo merupakan salah satu pigur favorit saya sejak lama. Teringat kala itu saya masih aktif sebagai jurnalis dan kebetulan saya memang biasa ngepos di Kementerian Perumahan Rakyat khusus meliput berbagai hal seputar perumahan murah untuk rakyat tersebut, dan kala itu Menterinya masih Bapak Yusuf Asyhari.
Tahun 2005 ketika itu, saya diajak untuk berkunjung ke Solo karena ada acara seminar tentang perumahan. Kebetulan saya dan teman-teman jurnalis yang biasa meliput diberikan kesempatan untuk mengikuti rombongan Menpera Yusuf Ashyari tersebut ke Solo.
Setiba di Solo, selain mengikuti seminar tentang perumahan, kami juga diajak untuk berkunjung ke kantor Walikota Solo yang saat itu dijabat oleh Joko Widodo. Kami juga diundang ke rumah dinasnya, sebuah  bangunan klasik bergaya Eropa di tepi Jalan Slamet Riyadi, Solo, tampak berbeda dari bangunan di sekitarnya. Bangunan yang dikelilingi pepohonan rindang tersebut terasa sejuk kendati matahari tengah terik.
Masyarakat Kota Solo, Jawa Tengah, mengenal rumah dinas Wali Kota tersebut dengan nama "Loji Gandrung". Selama beberapa tahun rumah dinas itu ditempati Joko Widodo (Jokowi), saat menjabat Wali Kota Solo.
Sejarah Loji Gandrung ini berawal dari sebuah rumah mewah milik seorang pengusaha perkebunan asal Belanda bernama Yohanes Agustinus Dezentye tahun 1823. Di rumah mewah tersebut kerap mengadakan pesta ala Eropa yang dihadiri oleh bangsa Belanda dan sejumlah kaum bangsawan keraton. Â
Dan selama bertahun-tahun Loji Gandrung diwariskan secara turun temurun kepada keturunan Yohanes hingga akhirnya Belanda meninggalkan Indonesia dan kemudian dikuasai oleh Jepang. Setelah masa pendudukan Jepang, Loji Gandrung pernah digunakan sebagai markas militer Brigade V Slamet Riyadi. Saat itu Gubernur Militer dijabat Gatot Soebroto. Maka tak heran, sebuah patung Gatot Soebroto bisa dilihat di halaman depan Loji Gandrung.
Memasuki Loji Gandrung, semua rombongan Menpera dipersilahkan oleh Ibu Walikota Solo, Iriana untuk menyantap makan siang di ruang makan gedung tersebut, setelah makan siang selesai, kami semua berbincang-bincang di ruang tamunya, namun ada juga yang sebagian melihat-lihat isi Loji Gandrung tersebut yang terkesan unik.
"Mari mbak, saya ajak keliling gedung ini, ujar Bapak Jokowi kala itu. Saya pun dengan senang hati mengikuti beliau untuk berkeliling ke tiap-tiap sudut ruangan Loji Gandrung. Masuk ke sebuah bagian depan yang tidak pernah terpakai, Jokowi mengatakan bahwa dulu beberapa kali di sana Bung Karno saat menjadi Presiden pernah menggunakannya.
Berukuran 4x4 meter persegi, di dalamnya hanya tersedia kamar mandi, piano, lemari, kursi dan ranjang mirip kepunyaan nenek saya di kampung. Di kamar itu terdapat foto Soekarno tepat di atas ranjang bergaya klasik tersebut.
Berada di kamar tersebut saya merasa agak sedikit ngeri, karena suhu kamar yang dingin dan sepi hanya tercium aroma bunga melati yang entah berasal dari mana, karena memang tidak ada tumbuhan di sekitar dekat kamar tersebut. Jokowi mengaku selama menjadi walikota Solo belum pernah sekalipun menempati kamar Bung Karno tersebut, kebetulan memang kamarnya bersebalahan dengan kamar Bung Karno tersebut.
Setelah berkeliling, kami satu rombongan dipersilahkan untuk sesi bincang-bincang dengan Bapak Walikota seputar pemerintahannya. Sosok Jokowi kala itu memang sudah merakyat, santun dan bersahaja tanpa memperlihatkan bahwa dirinya adalah seorang pejabat di Solo. Terlihat muda (kala itu), postur tinggi semampai bahkan terkesan kurus memang sudah dari dulu ternyata.
Gaya bicara dan tertawanya memang khas seorang Jokowi tanpa dibuat-buat semua natural ala kadarnya, itulah yang membuat saya kagum pada sosoknya. Dan Jokowi merupakan salah satu dari pejabat negeri ini yang sukses melahirkan karya nyata yang bermanfaat bagi masyarakat Solo.
Salah satunya adalah menciptakan proses pelayanan perizinan yang cepat, efisien dan transparan untuk mengatasi pelayanan perizinan yang lama, berbelit-belit, serta rentan pungutan liar. Dengan membentuk sistem pelayanan perizinan satu pintu (One Stop Service-OSS) dan mendelegasikan kewenangan penerbitan izin dari walikota ke instansi (SKPD) yang dibentuk untuk menerbitkan izin.
Menurutnya dengan adanya sistem tersebut, maka pelayanan perizinan yang lebih cepat, praktis, efisien dan transparan, serta pendapatan daerah yang meningkat.
Tidak hanya saling bertatap muka dan saling tanya jawab soal era pemerintahannya, kami semua diajak untuk melihat langsung proses sistem pelayanan perizinan satu pintu tersebut di kantor walikotanya.
Sungguh saya kagum dengan hasil nyata dari seorang Walikota Solo ini, kemampuannya dalam  memetakan masalah dan menemukan solusi yang sesuai untuk problem yang sesuai. Tanpa kemampuan itu, ia hanya akan menjadi sebuah palu yang memandang semua hal adalah paku. Terbukti sejak menjadi walikota Solo, sudah banyak penghargaan dari dunia internasional atas prestasi kerjanya. Sementara pada 2012 lalu Jokowi pernah meraih peringkat ketiga walikota terbaik saat menjabat di Solo.
Sekali lagi saya makin kagum dengan gaya kepemimpinannya ini, pun hingga ketika saya tahu dia mencalon diri menjadi Gubernur DKI Jakarta. Belum genap kepemimpinannya selama 2 tahun dia sudah melakukan banyak hal bagi Jakarta, seperti yang cukup fenomenal adalah pembenahan Waduk Pluit yang dulu dihuni 1.600 pemukim liar sehingga menjadikan waduk itu dangkal dan tak efektif membendung banjir Jakarta. Jokowi pun berhasil memindahkan ratusan PKL tanpa kekerasan ke Blok G Pasar Tanah Abang. Di sana para PKL diberi tempat yang layak dan uang sewa yang murah.
Masih ada lagi yang pertama dan paling banyak bisa dilihat dalam program Penataan Kampung, Penataan Pasar dan Pembuatan Rumah Susun. Di antaranya, penataan dan pengisian Rumah Susun Marunda dan Muara baru, pembangunan 200 Rumah susun di Pulo Gebang, pembangunan Kampung Deret Tanah Tinggi, penataan kampung Cakung Barat, pembangunan Rusunawa di Rawa Bebek, pembangunan 8 blok Rumah Susun Daan Mogot.
Prestasi lainnya adalah ketika baru menjabat sebagai Gubernur DKI, bersama wakilnya Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok, Jokowi menggebrak dengan pemberian layanan kesehatan gratis bagi warga kurang mampu Jakarta melalui program Kartu Jakarta Sehat untuk 4,7 juta jiwa. Â Ini diiringi kewajiban rumah sakit swasta untuk menambah kelas 3 perawatan sebanyak 40 persen.
Di bidang pendidikan, Jokowi juga memberi dana bantuan pendidikan pada 320 ribu pelajar melalui program Kartu Jakarta Pintar. Dengan sejumlah gebrakan itu, tak mengherankan Jokowi kembali masuk penghargaan kepala daerah terbaik tingkat dunia, selain ada nama lainnya seperti Ridwan Kamil (Walikota Bandung), Tri Rismaharini (Walikota Surabaya), Â dan Ilham Arief Sirajuddin (Walikota Makassar).
Keempat kepala daerah di Indonesia itu bersaing dengan 118 wali kota di seluruh dunia, yakni 19 wali kota dari kawasan Amerika Utara, 16 wali kota dari kawasan Amerika Latin, 43 dari Eropa, 24 dari Asia, 7 dari Australia dan 9 dari Afrika. Selain itu, Jokowi satu-satunya orang Indonesia yang masuk dalam daftar 50 pemimpin hebat dunia versi Majalah Fortune edisi 7 April 2014 menempati urutan ke-37.
Jokowi masuk ke dalam daftar tersebut karena kiprahnya dalam memimpin Solo, Jawa Tengah, sebagai wali kota dan DKI Jakarta sebagai gubernur. Di kedua kota itu, Jokowi dinilai telah banyak melakukan perubahan, dari dalam persoalan tata ruang kota hingga korupsi.
"Jokowi, begitu dia dikenal, membersihkan kota dan membersihkan korupsi. Ini menggetarkan masyarakat Indonesia yang lelah dengan status quo," demikian tulis majalah itu.
Karena itu, popularitas Jokowi terus menanjak tajam. Kini dia menjadi Presiden sejak Juli 2014. Jokowi diusung PDI Perjuangan sebagai Presiden dalam pertarungan pemilihan Presiden 2014. Jokowi pun bersanding dengan tokoh besar dunia lainnya di dalam daftar tersebut, seperti pemimpin gereja Katolik, Paus Francis, dan Kanselir Jerman, Angela Merkel. Paus Francis menempati urutan pertama, sementara Merkel di tempat kedua. Mantan Presiden Amerika Serikat Bill Clinton dan tokoh reformasi dari Myanmar, Aung San Suu Kyi, juga terdapat dalam daftar itu. Adapun pemimpin spiritual Tibet, Dalai Lama, berada di posisi ke-10.
Sebelumnya, Jokowi juga masuk dalam daftar 25 wali kota terbaik di dunia berdasarkan publikasi The City Mayors Foundation, London, Inggris. Dia juga pernah menduduki peringkat ketiga wali kota terbaik dunia menurut situs Worldmayor.com pada 2012.
Kembali lagi kenapa saya suka pigur Jokowi, jika saya melihat suatu bangsa, maka yang ada dalam pikiran saya adalah karakternya, karena karakter suatu bangsa itu dilihat dari pemimpinnya.
Dan Jokowi memenuhi semua kriteria sebagai sosok pemimpin yang baik. Kenapa? karena dia mempunyai track record yang baik, buktinya menjadi walikota solo yang dicintai masyarakatnya. Sebagai pemimpin, walikota, gubernur hingga Presiden, Jokowi mau berbicara dengan warganya, real berkomunikasi sebagai teman, tidak seremonial, basa-basi dan sekadar pencitraan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H