"kalo suara-suara aneh muncul lagi dari kamar mandiku, yang aku lakuin cuma baca ayat kursi! tapi suara aneh itu makin menjadi."
"jelas aja makin menjadi, kamu baca ayat kursi kok!"
"kenapa?" saya nyeletuk.
"ya panas lah dia, jadi kalo makin ganggu manusia ya wajar-wajar aja."
"dan yang diganggu diam aja gitu? meski...terus..di...ganggu."
"ya!" jawabnya santai.
Begitu aku teman saya yang berjenis kelamin laki-laki dan mempunyai bakat "melihat" hal aneh. Sampai sekarang saya dan teman saya memiliki opini yang bertolak belakang soal membaca ayat kursi atau tidaknya ketika diganggu makhluk gaib. Berujung debat kusir? Tidak! saya menerima opininya dengan terbuka. Tiap membicarakan hal gaib, selalu ada informasi khas yang saya terima. Bukan membicarakan hal gaib semacam: si A ketemu kunti, dan pingsan bla bla bla. Tapi justru pada kehidupan mereka. Aneh? Ya!
Lain padang lain belalang. Itu yang saya simpulkan saat kita membicarakan hal ini. Dan teori-teori yang saya buat tentang mereka, menjadi hal yang berbeda ketika saya berada di daerah X atau Y, atau Z. Tapi sejauh ini saya masih meyakini bahwa mereka, masih ampuh untuk diusir dengan kalimat-kalimat yang tercantum di Al-Qur`an.
Seingat saya, makhluk gaib yang pertama saya lihat ketika masih duduk dibangku SMP adalah penghuni rumah yang berwujud seperti manusia biasa berperawakan tinggi. Tapi nyatanya saya baru tahu tiga minggu yang lalu dari cerita dua kakak lelaki saya bahwa laki-laki berperawakan tinggi itu penghuni rumah kami. Setelah kejadian hal gaib pertama waktu SMP itu, yang saya lakukan adalah membaca buku-buku berbau metafisika, baik dari perspektif sains atau Islam sekalipun. Dan saya bersyukur membaca buku milik kakek saya yang teronggok di perpus rumah (hanya perpus kecil). Anak SMP bacaannya udah begitu. Unfuckingbelievable, right? :))
Ketika saya cerita pada orang tua, mereka hanya menyodorkan Al-Qur`an dan menunjuk surat demi surat mana saja yang dapat melindungi kita dari gangguan Jin. Dan ibu saya berpesan: "ngga usah takut, dan jangan sekali-sekali kamu nanggepin! Sesungguhnya mereka musuh yang nyata bagi manusia." selalu saja akhir petuah terlontar kalimat yang tertuang seperti di Al-Qur`an.
Sering kan kita menuruti permintaan aneh mereka? Seperti mencari keris sesuai mimpi yang datang; menyediakan kopi pahit; de-el-el. Maafkan saya yang skeptis tentang ini, setelah menuruti permintaan mereka apa kita dapat pahala? Memang sejauh ini belum ada hal ekstrem semacam itu yang menghampiri saya, tapi saya lebih mempercayai hal itu disebut syirik. Sekali musuh tetaplah musuh.
Atau pernahkah Anda ketika memasuki suatu tempat kemudian komat-kamit "permisi" pada si empunya daerah itu? Pernah? dan sekali lagi itu termasuk syirik, lewat perantara tepatnya.
Pernahkah Anda ketika masuk ke kamar mandi dan mendendangkan lagu? Atau ketika kebelet pipis dan memilih (maaf) kencing di balik pepohonan? Atau ketika tidak sengaja menjatuhkan barang lalu tidak mengucapkan asma Allah? Atau sengaja tidak menggosok gigi dua-tiga kali sehari? atau sengaja tidak mencuci tangan dan kaki sebelum tidur? atau sengaja membuang air panas ke lubang wastafel/selokan? Pernahkah?
Oh tapi perilaku-perilaku itu bukan syirik sih, melainkan sebuah perilaku yang memancing gangguan setan/jin pada kita. Mereka juga punya kehidupan sendiri -selain mengganggu kita, mereka juga punya kewajiban untuk melangsungkan hidup layaknya manusia. Dan secara tidak sadar, perilaku kita menambah level gangguan mereka pada kita.
Untuk apa pentingnya doa sesudah dan sebelum masuk kamar mandi ada jika kita masih menyanyikan lagu di kamar mandi? Kamar mandi bukan studio rekaman. Di air lah mereka membentuk "kerajaan". Termasuk sungai, jadi mereka yang membuang sampah ke badan sungai adalah termasuk top list mereka.
Kencing dibalik pepohonan, atau memasukkan kotoran ke lubang. Kita memandangnya perilaku primitif, tapi perilaku itu sudah mengakar, menyentuh sisi sosial-budaya. Lantas apa perlunya kita belajar sopan santun? Hei, kesopanan itu ngga hanya untuk mereka yang kasat mata, tapi tak kasat mata juga.
Barang-barang yang tidak sengaja kita jatuhkan ke lantai atau tempat lainnya, juga membuang air panas ke selokan/wastafel berpotensi menjadi tempat bermain anak-anak makhluk gaib itu. Mungkin terdengar lucu, tapi kenyataannya begitu. Seorang ibu yang kedapatan anaknya menangis karena lemparan bola dari ayunan tangan kita, dan tahu bahwa kita pelakunya, bagaimana tidak kalau ibu tadi marah pada kita karena membuat anaknya menangis? Analoginya begitu. Berujung dendam kesumat, bukan gangguan lagi namanya.
Pun termasuk kebersihan diri, menggosok gigi dan mencuci tangan-kaki sebelum tidur. Kedengarannya sepele, tapi mau bagaimana lagi kalau kenyataannya setan itu suka berpelendotan di tubuh kita sesuai kesukaannya. Apalagi yang tidak membersihkan anggota tubuhnya. Termasuk di rongga mulut.
Jika kebersihan diri terpenuhi, punya toleransi antar makhluk berbeda ruang, dan perilaku tidak menyimpang tapi tetap diganggu, well..saya bisa menyarankan apa. Asal muasal mereka diciptakan untuk mengganggu. Mau bagaimana lagi :-) yang penting kan sudah membentengi diri dengan ayat-ayat Al-Qur`an.
Level gangguannya pun berbeda tiap orang, berhati-hatilah :-)
Semoga bermanfaat. Tabik!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H