[caption id="attachment_348744" align="aligncenter" width="560" caption="Orangutan Menjadi Daya Tarik Wisatawan Mancanegara"][/caption]
Pukul 09:00 kami sudah siap meninggalkan Pulau Samosir. Kapal Ferry menjemput kami di Hotel Caronila tempat kami menginap, ke Parapat dengan waktu tempuh 30 menit. Destinasi selanjutnya yang akan kami kunjungi adalah Kawasan Wisata Alam Bukit Lawang, yang berada di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Dari Parapat kami memesan travel yang langsung mengantarkan kami ke Bukit Lawang. Mobil yang mengantar kami adalah mobil Suzuki APV yang berkapasitas 8 orang termasuk supir. Kami berangkat dari Parapat pada pukul 10:00. Ongkos perjalanan Parapat - Bukit Lawang adalah sebesar Rp 200.000 per orang, dengan waktu perjalanan yang cukup lama, sekitar 8 jam.
Perjalanan kami menuju Bukit Lawang melewati Kota Medan dan Kabupaten Binjai. Lokasi Bukit Lawang sendiri adalah sekitar 2 jam perjalanan dari Binjai. Benar saja, kami sampai di Bukit Lawang pada pukul 18:00, saat itu hujan sangat deras. Kebetulan supir travel kami mengenal salah satu guide yang bisa mengantarkan kami berkeliling, namanya Bang Joseph. Setelah mencari informasi tentang paket wisata, akhirnya kami mengambil paket tracking selama 3 jam di Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) sambil mengunjungi orangutan, dilanjutkan dengan tubing di Sungai Bahorok, dan caving di Goa Kelelawar di keesokan harinya. Sementara malam ini kami menginap di penginapan Bang Joseph, Rain Forest. Biaya yang kami keluarkan untuk paket wisata dan penginapan tersebut adalah sebesar Rp 1.200.000 untuk berempat. Sebagai informasi, wisatawan berkeliling di TNGL harus didampingi oleh guide, mengingat medan yang berbahaya.
[caption id="attachment_348734" align="aligncenter" width="480" caption="Peta Penginapan dan Objek Wisata Bukit Lawang (sumber : sumatraecotourism.com)"]
Keesokan harinya, kami berkumpul pada pukul 09:00 di titik awal tracking. Kami dipandu oleh guide yang merupakan adik Bang Joseph. Pada awal tracking perasaan saya bercampur aduk, antara terpesona dengan indah dan rindangnya hutan sekaligus terkejut dengan medan yang begitu terjal. Setelah beberapa menit saya pun dapat menyesuaikan diri dengan medan tersebut. Di hutan kami dijelaskan lokasi - lokasi yang sering disinggahi oleh orangutan, kami pun berfoto di sana.
Tidak lama berjalan, kami bertemu dengan Orangutan di TNGL ini. Di sana sudah ramai dengan rombongan wisatawan asing yang berasal dari berbagai negara, seperti AS, Kolombia, Portugal, Belanda, dan lain - lain. Orangutan yang kami temui begitu mengesankan. Ketika kami asyik memfoto orengutan tersebut, tiba - tiba dari atas pohon turun orangutan yang lebih kecil. Ternyata mereka adalah ibu dan anak yang sedang bersantai di pohon. Ketika guide menjulurkan sebuah pisang, orangutan tersebut langsung menerimanya dengan perlahan.
[caption id="attachment_348732" align="aligncenter" width="466" caption="Berpose Bersama Ibu dan Anak Orangutan"]
Kami berkeliling lagi dan menemukan orangutan selanjutnya. Sama dengan sebelumnya, orangutan ini adalah pasangan ibu dan anak, mereka sangat lucu dan menggemaskan. Total kami bertemu dengan 10 ekor orangutan di TNGL. Kami sangat beruntung saat itu, karena orangutan biasanya agak sulit untuk ditemui, apalagi jika musim buah, ketika mereka berkeliaran bebas mencari makanan. Di Bukit Lawang sebenarnya terdapat spot pemberian makan orangutan. Pada awalnya kami hendak mengunjunginya, tetapi guide merekomendasikan kami untuk berkeliling TNGL saja karena kesempatan menemui orangutan lebih besar.
[caption id="attachment_348746" align="alignnone" width="560" caption="Berfoto Bersama Orangutan Lagi"]
Setelah puas melihat dan berfoto dengan orangutan, kami hendak kembali ke tempat start tracking. Namun cara kami kembali bukanlah dengan menyusuri jalan masuk semula, melainkan dengan Tubing menyusuri Sungai Bahorok. Tubing adalah arung jeram menyusuri sungai dengan menggunakan ban dalam yang besar. Empat buah ban dalam dirangkai berjejer. Seorang pengemudi duduk di ban depan dan belakang, sementara 2 ban di tengah diduduki oleh kami berempat. Awalnya saya ragu untuk melakukan tubing, karena saat itu musim hujan dengan arus sungai yang sangat deras. Tetapi setelah diberi tahu bahwa hal ini aman, saya dan kawang - kawan yakin akan melakukan tubing. Barang berharga kami dimasukkan ke dalam plastik oleh guide agar tidak basah.
[caption id="attachment_348749" align="alignnone" width="560" caption="Tubing di Sungai Bahorok"]
Ternyata tubing ini seru sekali! Ketika melintasi air tenang kami dapat bersantai - santai, tetapi ketika tube melewati arus deras, kami berpegangan pada tali di tube sambil menjaga keseimbangan badan. Basah kuyup pun tidak dapat dihindari karena arus Sungai Bahorok saat itu relatif sangat deras. Tubing ini membawa kami pulang ke titik awal tracking. Senang sekali rasanya, setelah berlelah - lelah mendaki memasuki jalan terjal di hutan, kami kembali dengan bersantai di atas tube menuju tempat semula.
Kami beristirahat sejenak sebelum melanjutkan wisata Caving Goa Kelelawar. Lokasi Goa Kelelawar tidak jauh dari lokasi awal tracking, yaitu sekitar 15 menit berjalan kaki. Goa kelelawar ini adalah goa di darat, dengan permukaan kering. Siapkan senter bagi wisatawan yang berkunjung Goa Kelelawar, guide kami menyediakan senter yang sudah termasuk dalam paket wisata. Lokasi Goa Kelelawar sangat indah, terdapat stalaktit dan stalakmit yang cukup besar dan terdapat juga batu besar disana. Ketika kami memasuki goa cukup dalam, mulai terlihatlah kelelawar - kelelawar bergantungan ketika disorot senter. Di titik lain, kelelawar beterbangan di tengah kegelapan goa. Tak lupa kami memfotonya, dan berfoto juga di dalam goa ini.
[caption id="attachment_348757" align="aligncenter" width="560" caption="Kelelawar di Langit - Langit Goa"]
[caption id="attachment_348755" align="alignnone" width="560" caption="Di Mulut Goa Kelelawar"]
Selesai beraktivitas, sekitar pukul 15:00, kami selanjutnya kembali ke basecamp, yaitu kantor guide tempat kami menitipkan barang - barang. Kami segera membersihkan badan dan makan, karena harus segera berangkat menuju Binjai dan langsung ke Banda Aceh. Dari Bukit Lawang ke Binjai kami menaiki sarana transportasi umum, yaitu Elf (Baca : Elep kalau di Jawa Barat). Pukul 16:00 kami berangkat, dan sampai di pool Bus Putra Pelangi pada pukul 18:00. Bus kami menuju Banda Aceh datang pada Pukul 19:30.
Beruntung sekali bagi kami. Ketika di Binjai kami dikunjungi oleh teman saya dari Medan. Dia membawakan kami Bolu Meranti dan Pancake Durian yang sangat khas dari Kota Medan. Walaupun tidak sempat mengunjungi Medan, tetapi kami tetap dapat merasakan kuliner Medan. Akhirnya bus kami, kami pun berangkat menuju Banda Aceh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H