Mohon tunggu...
Ridwan Sank
Ridwan Sank Mohon Tunggu... Konsultan - Ridwan Sank Hipnovator

Ridwan Sank adalah seorang Penulis Buku, Public Trainer & Hipnoterapis, juga Founder TEH (The Ethnic Hypnoaura) yaitu Mesmerisme Aura Ala Sunda . Silahkan kunjungi web saya www.ridwansank.co.id, WA/Telp. 081310831118

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

3 Siklus Usia Rentan Perubahan pada Anak

15 Desember 2016   08:26 Diperbarui: 15 Desember 2016   08:40 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belakangan diketahui bahwa cara ini terpaksa ditempuh oleh pihak sekolah untuk menjaga predikat sekolah yang telah berstatus akreditasi A, sehingga mereka khawatir dengan kualitas akedimisi Doni yang rendah  akan berakibat buruk terhadap kredibilitas sekolah di masa depan, memang terlihat tidak adil tapi itulah realitas yang ada.
Orang tuanya Doni semakin khawatir karena dihadapkan oleh dilema, bila anaknya tetap berada di sekolah tersebut, sudah pasti hasilnya Doni tidak akan lulus ujian, namun bila dipindahkan ke sekolah lain, Doni sekarang sedang duduk di kelas 6 SD pertengahan bulan Desember, jadi beberapa bulan lagi akan  menghadapi ujian dan kelulusan SD.

Di tengah kebimbangan orang tua Doni ini lah, mereka datang ke tempat saya  untuk berkonsultasi mencari solusi. Saat proses hypnoanalyisis melalui   wawancara dengan Doni, hasilnya saya menemukan akar masalah yang menjadikan dia bermasalah di sekolah, yaitu peristiwa yang dia alami saat duduk di kelas 2 SD.  Dia merasa tidak dihargai oleh wali kelasnya, bahkan disebut bodoh saat dia tidak mampu menjawab pertanyaan guru saat dia berdiri di depan kelas, dia juga menuturkan bahwa  latihan soal yang dikerjakannya di kelas, jarang diberi nilai oleh guru dengan alasan bentuk tulisan Doni sulit untuk dibaca. Semakin lama dia merasa tidak di anggap oleh gurunya sendiri, sehingga dia berpikir “untuk apa saya belajar, untuk apa saya mengerjakan tugas, toh juga nanti diacuhkan oleh guru”. Agar tidak merasa sendirian menjadi anak bermasalah di kelasnya, dia sering mengganggu dan menghasut teman-temannya agar menjadi anak yang bermasalah. 

Dari cerita di atas, ada pelajaran berharga yang bisa Anda pelajari. Pengalaman yang dialami manusia dicatat oleh pikiran bawah sadar dan tersimpan dalam memori, secara spesifik, pengalaman ini dikategorikan menjadi dua jenis yaitu memori biasa dan program yang bersifat dorman (tidur)  hingga terjadi reaktivasi, ini bisa terjadi bila ada pemicu 

Sumber awal terjadinya simpton atau yang disebut ISE (Initial Sensitizing Event), berasal dari peristiwa paling awal yang dialami oleh seseorang. ISE ini diperkuat oleh beberapa rentetan kejadian lanjutan yang biasa disebut SSE (Subsequent Sensitizing Event), dengan konten emosi yang sejenis, hingga akhirnya muncul menjadi  simtom dan simtom yang terjadi pada manusia, berupa aspek fisik dan  mental/emosi. 

Dalam kasus Doni ini sumber masalahnya adalah dia  merasa tidak dihargai oleh gurunya, sehingga dia berontak, dengan cara mengganggu teman, malas belajar, acuh terhadap pelajaran. Semua orang pasti ingin dihargai, termasuk Anda kan ?

Jadi bila Anda memang seorang guru, hargailah diri Anda sendiri dan juga anak didiknya, berilah pujian saat mereka melakukan kebaikan, karena pada dasarnya manusia adalah mahluk yang senang dipuji, meski secara sadar dia terlihat tidak senang dipuji, tapi alam bawah sadar mengatakan hal yang sebaliknya, percayalah !

 • Siswa kelas 8 SMP

Siklus ini yang paling rentan terhadap perubahan psikologi anak menuju remaja, karena pada usia ini (14-15 tahun) adalah masa masa di  mana fungsi critical factor pikiran sadar anak menjadi cukup kuat dan akan menjadi sangat kuat saat nanti  di usia 17 tahun. 

 Masalah yang biasa dilakukan di usia ini antara lain:

  •   Membolos
  •   Kecanduan game online
  •   Mencoba untuk merokok
  •   Mencoba   minuman ber-alkohol
  •   Melawan orang tua, bahkan dalam beberapa kasus, anak sudah berani terhadap orang tuanya, hingga nekat memukul mereka
  •   Nongkrong dan begadang dengan teman hingga larut malam, sehingga keesokan pagi harinya, malas untuk berangkat  sekolah dengan alasan masih ngantuk.
  •   Pacaran
  •   Masturbasi
  •   Pornografi
  •   Malas belajar
  •   Tawuran pelajar

 • Siswa kelas 11 menjelang 12 SMA

Siklus ini boleh dikatakan cukup berat, karena pada usia 17 tahun dan seterusnya, fungsi critical factor pikiran sadar anak menjadi sangat kuat. Kuatnya critical factor disebabkan anak sudah punya banyak data atau informasi sebagai pembanding atau filter terhadap informasi yang ia terima dari lingkungan. Selain itu, anak sudah mulai merasa memiliki “power”, karena  ukuran tubuhnya kini sama atau bahkan lebih tinggi dari guru dan orang tuanya. Akibat dari kedua faktor tersebut, anak  sudah mulai berani berdebat, membantah, bersebrangan dan bertentangan dengan orang tua maupun guru, bahkan bisa berujung pada “pemberontakan”.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun