Ia mencontohkan kasus korupsi yang terus meluas, masih adanya kesulitan rakyat yang dialami 40 persen warga miskin, hukum yang tak bekerja dengan adil hingga hutang yang semakin besar dan kohesi sosial yang terkoyak.
"Kesemuanya adalah hal-hal yang harus diatasi, bila negara dan bangsa kita mau menjadi negara bangsa berwibawa dan kuat. Melarang pemimpin baru bicara perubahan sama saja meminta membiarkan masalah-masalah di atas tidak diselesaikan," kata dia.
Ia turut menyoroti nantinya capres-cawapres yang maju di Pemilu 2024 harus membuat visi dan misi. Baginya, seorang pemimpin harus merumuskan visi, misi dan program yang lebih baik.
"Apakah semua calon Presiden dan Wakil Presiden tak boleh merumuskan sesuatu yang lebih baik? Mosok visi misi capres hanya: Melanjutkan situasi yang sekarang?" kata dia.
Benar apa yang dikatakan Sudirman, pemilu yang terjadi dalam rentang waktu 5 tahun sekali di negara ini, merupakan momen untuk melakukan evaluasi atas apa yang telah dicapai dalam pembangunan 5 tahun sebelumnya. Adakah yang harus diubah, diteruskan atau dihentikan karena ternyata tidakf membawa manfaat bagi warga bangsa ini secara keseluhan. Dan, tugas mengevaluasi itu ada di tangan kita semua, penduduk negeri ini. Â Karena itu, kenapa harus takut dengan perubahan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H