Mohon tunggu...
Ridwan Remin
Ridwan Remin Mohon Tunggu... Freelancer -

User and Freelancer | Contact: ridwanremin@gmail.com | Twitter: @ridwanremin

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[FR] Anak Kost Tak Perlu Dikasihani

16 Juli 2015   06:58 Diperbarui: 16 Juli 2015   06:58 1084
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

BAIK di media sosial, di kampus, bahkan di tongkrongannya sendiri pun Gofar selalu diejek sebagai anak kost yang penuh derita, terlebih saat bulan Ramadan seperti ini, semakin banyak saja orang yang mengejek dan meragukan ketahanannya sebagai anak kost. Belas kasihan orang-orang itu sangatlah menyinggung perasaannya. Menurutnya, tidak ada anak yang lebih siap menghadapi bulan puasa ketimbang anak kost.  

"Jangan kan bulan puasa, bulan biasa pun kami makan sudah jarang. Jangan kasihani kami!" kata Gofar pada teman-temannya yang merasa lebih bisa menghadapi bulan suci ini. "Anak kost selalu senang ada di bulan Ramadan. Ya, kami senang, karena kami merasakan lapar tidak lagi sendirian. Yee!" tambahnya penuh dengan semangat.

"Tapi kamu kan ngekost, Gof?" sahut Yeti, salah seorang teman kampus Gofar yang sering sekali menghabiskan uang bulanannya dalam seperempat bulan untuk membeli makan. Wajarlah kalau badan Yeti tumbuh begitu subur. Untung saja Yeti tidak punya banyak bulu yang lebat, seandainya dia punya, mungkin orang-orang akan sulit membedakan mana Yeti yang anak kampus dan mana Yetti yang sering dijadikan mitos sebagai monster gunung.

"Ya terus kenapa kalau aku anak kost?" tanya Gofar.

"Namanya juga anak kost, paling menu makan sahur dan bukanya nggak akan jauh dari mie instan. Iya, kan? Kasihan!"

"Tak perlu kau kasihani aku, Yet!" nada bicara Gofar mulai meninggi. "Aku makan sahur memang iya pakai mie instan, tapi asal kau tahu, kalau untuk berbuka menu makanku lebih bervariatif, dan selalu enak-enak."

"Kok bisa?" Yeti mulai kebingungan.

"Bisalah, tempat kostku kan dekat masjid."

"Ah, kamu ini, itu sih sama saja kamu seperti kaum duafa yang mengemis ta'jil. Kasihan kasihan kasihan!"

***

Gofar pun mengakui, memang tidak mudah menjalani ibadah puasa di bulan ini. Sempat beberapa kali puasanya batal, bukan karena tak kuat menahan lapar dan haus, tapi lebih karena dia tidak enak dengan temannya. Aneh ya, anak jaman sekarang lebih milih membatalkan puasa karena merasa tidak enak dengan teman daripada takut akan dosa. Jadi setiap kali temannya ada yang datang ke tempat kost dengan keadaan tidak puasa, Gofar selalu setia menemani dengan ikut tidak puasa. Alasannya karena nggak enak. Aneh! Kelakuan seperti ini sudah seharusnya dihilangkan oleh Gofar, jangan sampai menjadi kebiasaan dan terjadi terus menerus. Karena pasti akan merugikan, misalnya ketika Gofar meninggal dunia, lalu ada temannya yang masuk neraka, masa iya dia akan setia menemani karena alasan nggak enak?

Teman-teman Gofar memang tidak semua rese, ada juga yang baik dan tidak pernah menghasut Gofar untuk membatalkan puasa. Seperti misalnya si Ucup, meski sedang tidak puasa, Ucup tidak pernah menghasut temannya untuk ikut tidak puasa. Namun kadang si Ucup juga menyebalkan. Pernah waktu itu di siang hari yang cuacanya sangat terik, Ucup meminta tolong pada Gofar untuk membelikannya nasi bungkus.

"Lho, gak puasa?" tanya Gofar.

"Iya nih, semalam lupa sahur," jawab Ucup dengan alasan yang sangan klise.

"Woelah, alasan!"

"Serius. Tolong beliin nasi bungkus dong di warteg depan," pinta Ucup, memelas.

"Males ah. Lu yang nggak puasa kenapa gua yang belanja?"

"Gua malu sama tukang warteg,"

"Dasar aneh lu. Malu kok sama tukang warteg? Malu tuh sama Allah karena nggak puasa!"

"Yee, malah ceramah. Ya sudah kalau nggak mau bantu, gua beli sendiri."

"Yee, malah marah. Jangan marah dong, sini gua beliin," kata Gofar mencairkan suasana. "Tapi duitnya lebihin ya, gua juga laper, semalam nggak sahur. Hehehe..." dan akhirnya mereka berdua pun tiba-tiba menjadi sangat kompak dalam urusan berbuat dosa.

***

Hari demi hari telah Gofar lalui di bulan Ramadan tahun ini dengan penuh cerita, meski kadang ceritanya tak semanis kolak pisang yang sering dia santap di masjid dekat tempat kostnya, dia tetap optimis bisa menuju hari kemenangan dengan kegembiraan.

Esok ialah hari penantian di mana gema takbir akan dikumandangkan, dan itu artinya kemenangan sudah ada di depan mata. Pembuktian kalau anak kost itu tidak perlu dikasihani di bulan puasa sebentar lagi akan dituntaskannya. Tapi sebelum itu, di hari terakhir ini ketahanan imannya lagi-lagi harus menempuh ujian. Di saat dia sedang menahan rasa aus yang sudah membuat tenggorokannya kemarau, siang itu dia disuguhi pemandangan seorang anak kecil yang sedang asik-asikan nyedot susu langsung dari sumbernya; dari ibunya. Pemandangan itu membuat Gofar menjadi serba salah, mau negur tapi gak enak, mau ikutan tapi belum Maghrib. Duh, Gofar pun jadi galau dibuatnya.

Setelah semua rintangan berhasil dia lewati, meski tidak semuanya dilalui dengan mulus, Gofar bersyukur bisa sampai pada hari kemenangan ini. Inilah saat yang tepat untuk mengumumkan pada dunia kalau dia baik-baik saja, dan anak kost memang tak perlu dikasihani!

***

NB : Untuk membaca karya peserta lain silakan menuju akun Fiksiana Community, dan silakan bergabung di group FB Fiksiana Community.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun