Mohon tunggu...
Ridwan Lanya
Ridwan Lanya Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Ridwan Lanya, mahasiswa Universitas Madura, menempuh program studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Menulis menjadi hobi untuk meningkatkan kreativitas. MENULISLAH SEBELUM DITULIS

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Analisis Film "Taare Zameen Par 2007"

25 Januari 2025   18:57 Diperbarui: 23 Januari 2025   18:56 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

sikap semacam inilah yang menurut saya, menyebabkan anggota keluarga lain seperti; Ibunya (Maya), Yohan dan Ishaan kurang dapat mengkomunikasikan apa yang mereka rasakan dan apa yang mereka inginkan.Berdasarkan hal di atas, peran-peran anggota keluarga dalam film Taare Zameen Par menggambarkan dimensi psikologis peran laki-laki dan perempuan secara tradisional. Pembagian peran itulah yang pada akhirnya menghalangi keluarga berfungsi secara baik, karena adanya halangan-halangan yang dihadapi oleh masing-masing subsistem untuk mengembangkan potensinya. Berikut ini adalah peran suami dan isteri (laki-laki dan perempuan) secara tradisional:

1. Peran isteri; berorientasi rumah dan anak, hangat dan penuh kasih sayang, peka dengan perasaaan anggota keluarga, perhatian dan bijaksana, emosional, lemah (rapuh), penurut dan cenderung tergantung dengan apa yang diungkapkan oleh suami.

2. Peran suami: ambisius, kompetitif, kurang berperasaan, tangguh, dominan dalam menentukan dan membuat keputusan, kasar (keras) dan otokratik (kaku)Disfungsi komunikasi pada keluarga Nandkishore Awasthi tersebut menyebabkan ketidaktahuan orang tua terhadap masalah yang dihadapi anak (Ishaan) yang mengalami krisis perkembangan. Sebagai akibatnya, orang tua (ayah) menganggap bahwa Ishaan adalah anak yang malas, nakal dan tidak dapat diatur. Posisi Ishaan juga cenderung semakin sulit karena keadaannya bertolak belakang dengan apa yang ada pada diri kakak (Yohan). Sebab disfungsi peran keluarga memiliki korelasi yang kuat dengan krisis perkembangan, baik perkembangan keluarga itu sendiri maupun perkembangan setiap anggota keluarga, orangtua maupun anak.Ayahnya menginginkan anak-anak yang cerdas, pintar dan sukses secara akademik sehingga mereka dapat menjawab tantangan zaman yang terus menuntut persaingan. Keinginan ayahnya nampaknya tidak begitu sulit bagi kakaknya (Yohan) karena dia memang anak yang cerdas dan memiliki self-regulasi yang baik. Sedangkan bagi Ishaan, harapan itu adalah hal yang sangat sulit untuk dilakukan. Bukan karena dia malas ataupun nakal seperti yang dipahami oleh orang-orang yang ada disekitarnya. Semua itu disebabkan oleh gangguan kesulitan belajar (disleksia) yang cukup terlambat diketahui baik oleh sekitarnya.

Berdasarkan hal di atas, makna mitos yang ada dalam film Taare Zameen Par, munculnya anggapan bahwa keluarga yang ideal dan sukses dapat dinilai dalam suatu sistem yang didalamnya memiliki serangkaian aturan, dengan berbagai batasan untuk masing-masing subsistem yang ada didalamnya. Subsistem merupakan unit yang ada dalam sebuah sistem yang secara keseluruhan memiliki fungsi dan peran yang berbeda-beda.

 Hal yang perlu ditekankan adalah kejelasan atas batasan dari masing-masing subsistem guna menciptakan keluarga yang berfungsi secara efektif dan dapat bertumbuh bersama. akna mitos yang lainnya, mengikuti perintah orangtua, belajar dan membuat prestasi = cerdas, pintar dan sukses. Sehingga muncul sebuah kesimpulan bahwa anak yang suka membantah orang tua, malas belajar, mendapatkan nilai ujian yang jelek = nakal, bodoh, tidak sukses. Padahal Setiap anak lahir dengan membawa berbagai keunikan tersendiri. Mereka memiliki impian dan ketertarikan yang berbeda. Dan, tentu tidak sama dengan orang lain termasuk orang tua yang telah melahirkan dan membesarkannya. Entah karena lupa, tidak dibekali dengan pengetahuan yang cukup, atau bahkan karena sikap egois yang ada pada orang tua, sehingga mereka sering tidak mau tahu dengan apa yang dirasakan oleh anak-anaknya.

Oleh karenanya, masih banyak orang tua yang meminta dan menuntut anak-anak mereka bisa mencapai dan menjadi apa yang dapat diraih oleh orang lain secara umum Mitos lainnya mengenai realitas dalam praktik pendidikan yang terjadi di sekolah, tidak jauh berbeda dengan yang terjadi dalam keluarga. Segala macam disiplin dan aturan yang ketat serta hukuman yang keras akan dapat membuat siswa menjadi anak yang penurut. Belum lagi dalam melaksanakan tugas sebagai pengajar, banyak dari mereka yang kurang bisa mendengarkan pendapat yang datang dari para siswa Adegan saat kepala yayasaan menjelaskan tentang aturan yang ada di sekolah asrama Gambaran ini seolah ingin menegaskan bahwa guru adalah pihak yang paling tahu dalam proses pembelajaran. Zaman telah berubah, sumber informasi ada di mana-mana dan dapat dijangkau dengan mudah oleh anak-anak. Oleh sebab itu, anggapan yang demikian sangatlah tidak tepat. Proses belajar bisa terjadi dengan pola interaksi dan komunikasi yang timbal balik antara gurudengan siswa, maupun siswa dengan guru. Pertukaran informasi itulah, yang nantinya dapat meningkatkan kemampuan dan wawasan siswa.

Teknik Pembuatan Film:

Sutradara: Amole Gupte

Skenario: Amole Gupte

Musik: Pritam Chakraborty

Sinematografi: Avik Mukhopadhyay

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun