Mohon tunggu...
Ridwan Lanya
Ridwan Lanya Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Ridwan Lanya, mahasiswa Universitas Madura, menempuh program studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Menulis menjadi hobi meningkatkan kreativitas. Melalui karya, seperti esai dan puisi, sedang mengasah kemampuan menulis sekaligus mengekspresikan diri. MENULISLAH SEBELUM DITULIS

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Batu Penyesalan

4 Desember 2024   19:58 Diperbarui: 4 Desember 2024   20:06 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

2. FAKTA CERITA 

Fakta cerita dalam cerpen “Anak yang Durhaka kepada Ibunya” karya Moh Sulton terdiri dari tokoh, alur, dan latar yang saling mendukung untuk menguatkan tema cerita. Tokoh utama dalam cerita adalah Malin Kundang, seorang anak awalnya memiliki hubungan hangat dengan ibunya. Namun, setelah menjadi kaya, ia berubah menjadi sombong dan lupa diri. ini terlihat dari kata-katanya yang kasar kepada ibunya:

"Hei, kau wanita tua, siapa kau hingga berani memanggilku anakmu?"

Sementara itu, ibunya digambarkan sebagai seorang wanita penuh kasih rela berkorban demi kebahagiaan anaknya. Yang senantiasa mendoakan kesuksesan Malin, meskipun akhirnya terluka oleh sikap anaknya yang durhaka. Tokoh lain dalam cerita ini adalah istri Malin, yang menjadi saksi atas perbuatan Malin yang memungkiri ibunya demi menjaga status sosialnya.

Dalam cerita ini menggunakan alur maju, dimulai dari kehidupan Malin Kundang dan ibunya yang serba kekurangan di sebuah desa kecil. Sang ibu mendukung Malin untuk merantau agar mengubah nasib mereka. Konflik muncul ketika Malin, setelah meraih kekayaan, melupakan janji untuk pulang dan malah berbohong kepada istrinya bahwa ibunya telah meninggal. Puncak cerita terjadi saat Malin kembali ke desanya dan ibunya mengenalinya, lalu berkata:

"Malin... Malin Kundang anakku."

Namun, Malin dengan kejam menyangkal ibunya dan berkata kasar di depan umum. Ibunya merasa terluka kemudian berdoa agar Malin menerima hukuman atas kedurhakaannya. Doa itu terkabul, dan sebagai resolusi, Malin berubah menjadi batu akibat kutukan ibunya. Di saat-saat terakhirnya, Malin menyesali perbuatannya dan memohon ampun:

"Ibu, tolong ampuni aku. Tolong selamatkan aku,"

Tetapi semua sudah terlambat.

Latar cerita ini mencakup desa kecil tempat Malin dan ibunya tinggal, serta pelabuhan tempat Malin dan istrinya berlabuh.

"Di pulau itu, istrinya mengajak Malin turun dari kapal untuk membeli ikan."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun